Part 7 - Salah orang!

3 0 0
                                    

Ail berangkat ke sekolah dengan diantar oleh Alvaro, hal wajib yang selalu dilakukan Al ketika pulang kampung, mengantar jemput sekolah Ail.

"Abang keknya ngga bisa jemput pulang sekolah nanti, Abang harus ketemu klien Abang nanti siang”.

Ail mengangguk. “Kalau gitu Ail boleh ngga main sama temen-temen Ail ke Mall? Udah lama ngga kesana soalnya”.

Al berpikir sesaat kemudian,”Reno dan Alex ikutkan?”.

Ail kembali mengangguk.

“Ya udah, selagi masih ada mereka disamping lo. Lo bisa pergi kemana pun”.

Ail tersenyum sembari mengangkat jempolnya. Al gemash dan mengacak rambut Ail,”Hati-hati, ngga boleh ada yang lecet”, Ail mengangguk dan melambai keluar mobil.

Ail bertemu dengan Ifa ketika dia sampai pada gerbang sekolah,
“Gimana? Jadi, hangout?”, Ifa bertanya ketika mereka memasuki sekolah, Ail hanya mengangguk sambil tersenyum lebar.

Dari arah kejauhan, sekitar 100 meter di belakang mobil Alvaro, ada yang sedang mengawasi mereka.

“Sepertinya dia punya kekasih..”

“…”

“Siap tuan, kami akan terus berjaga”. Tatapan seringai muncul ketika dia mengakhiri panggilan ponsel itu.

Alvaro meninggalkan area sekolah dan menelpon seseorang.

“Tolong selalu berjaga di area sekolah. Saya melihat ada yang mengikuti kami dari belakang”, tatapan Al menajam.

“Sampai terjadi apapun dengan nona muda. Kalian tahu sendiri akibatnya”, Al mengakhiri panggilan itu dan pergi ke suatu tempat.

***

Al memasuki gedung yang terlihat sudah lama tertinggalkan, hanya lampu temaram yang menerangi jalannya, hingga pada sebuah pintu yang tertutup rapat. Dia membuka pintu dengan pin yang sudah di hafalnya diluar kepala, lampu dengan penerangan terang menyilaukan matanya, dia memasuki ruangan itu dengan santai, dua sahabatnya sedang berlatih tinju di area berbeda.

“Dari kapan lo berdua disini?”, Al berjelan mendekat.

“Dari jam setengah 7 pagi”, jawab salah satu dari mereka sambil terengah.

“Dan lo terlambat setengah jam, Tuan muda”, pria yang sedang memakai sarung tinju itu berhenti melakukan aktivitasnya.

“Yah lo berdua tau sendiri, gue kan harus nganter Ail ke sekolah”, Al membela diri.

“Gue udah nawarin diri semalam tapi lo ngga mau”, sanggah pria itu.

“Lo kan emang modus mau nganter. Ngga dari hati, ngga mau lah gue”, sewot Al.

“Udah udah. Za, lo ngga apel pagi apa?”, Yah Reza, dia sedang berada disini.

“Gue udah minta izin sih mau keluar pagi ini”.

Al mengangguk seadanya. “Nah, lo Anggara, ngga nganter pacar lo?”, kini Al yang bertanya.

“Dia bisa bawa mobil sendiri. Lagian dia bukan tipe cewek manja”, kini keduanya mengangguk.

Setelah terdiam beberapa detik, Anggara membuka suara.

“Jadi, ada hal apa lo ngumpulin kita?”, dia berjalan mengambil mineral di kulkas yang sudah disediakan, jangan pikir mereka berada dalam gedung tua tak terpakai, diluarnya saja terlihat usang. Setelah masuk kedalam, ruangan ini sangat luas, bahkan terdapat area latihan tembak.

“Gue di buntutin sama tuh lawan gue”, Al berdecak kesal.

“Sejak kapan?”, Reza berjalan ke salah satu sofa yang ada, diikuti Al juga Anggara.

A Twin StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang