Di hari minggu berikutnya mereka bertiga kembali bertemu. Biar bagaimana pun, penyamaran harus maksimal. Yah meski sebenarnya sudah all out sih, apa yang perlu diubah lagi walau mereka kembar identik? Tentu saja gaya rambut. Jadi, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah salon pinggiran kota demi meminimalisir bertemu dengan orang-orang yang mengenal mereka. Alex datang bersama Ail sedangkan Kia membawa mobil sendiri.
"Mau style rambut apa?", Tanya Alex membuka lembar demi lembar majalah yang ada di tangannya.
"Kayak lo aja yang mau nyalon." Jawab Kia sedikit sinis.
Alex yang mendengar itu menaikan alisnya. Tatapannya menyiratkan, untung lo mirip Ail, kalo nggak. udah gue cakar-cakar muka lo!
"Gimana kalau samaan aja kayak rambut lo. Gue gak suka rambut pendek soalnya." Ail memberi usul setelah melihat isi majalah yang tidak begitu membuatnya tertarik.
"Hmm... boleh sih. Gue juga mau rapiin dikit sih ini. udah lama gak nyalon juga."
Berakhir pada Ail yang memotong rambutnya sedangkan Kia merapikan sedikit rambutnya yang agak lepek. Alex memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, dia tidak ingin terjebak lama menunggu para perempuan itu yang dia perkiraan akan mengambil waktu sedikit lama. Di tengah-tengah menikmati treatment rambut mereka masing-masing. Ail tau-tau bertanya.
"Mama lo gimana orangnya?"
Kia sedikit terkejut mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Ail lalu menjawab. "Baik. Seperti mama pada umumnya. Hanya saja, terkadang pulang kantor agak sorean. Kita selalu kumpul saat sarapan sama makan malam. Rumah selalu sepi kalau weekdays tapi kalau weekend semua di rumah. Gimana sama... Bunda, lo?"
"Bunda selalu di rumah, Ayah juga. Sesekali ke kantor kalau perlu. Bunda suka buat kue dan dari situ Bunda buka orderan kue, hanya sekitaran komplek sih. Soalnya, gue yang selalu antar orderan."
"Ngantarnya pake apa?"
"Sepeda."
"Hah?" Kia betulan kaget.
"Hm-mm.. Pake sepeda."
"Kenapa gak pake motor?"
"Gue gak bisa bawa motor."
"Mobil?"
"Apalagi. Gak bisa. Gak di bolehin sama Bang Al."
"Jadi, kalau ke sekolah lo pake apa? Jalan kaki?" sahut Kia masih dengan kekagetannya.
"Biasanya sih Ayah yang nganter tapi semenjak masuk SMA. Gue lebih suka make sepeda ke sekolah."
Kia speechless.
"Kenapa? Kok kayak kaget banget."
"Ini masalahnya, kalau kita tukeran. Yah masa gue pake sepeda ke sekolah sih." Kia memberenggut. Hal yang membuat Ail sedikit terkejut, seperti ini ternyata muka gue kalau lagi bingung.
"Emang lo gak bisa bawa sepeda?"
"Bisa tapi itu waktu gue SD."
"Yang penting kan bisa." Ujar Ail enteng.
"Masalahnya gak hanya itu loh ya!" Oke fix, mbak-mbak salon mulai tergangggu karena kepala keduanya yang saat ini mulai goyang-goyang.
"Apa lagi?"
"Lo gak bisa bawa mobil, sedangkan gue ke sekolah kadang bawa mobil sendiri kalau gak ada sopir." Kia menjelaskan.
"Kalau ada sopir. Lo di antar jemput dong?"
Kia mengangguk.
"Yaudah. Pake sopir aja." Ail masih menyahut enteng. Ini kalau di ibaratkan, sifat Kia malah ketukar dalam tubuh Ail.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Twin Story
Novela JuvenilHidup tak bisa ku tebak. Ternyata yang selama ini ku anggap tak ada. Berakhir bersama ku -- Aileen, Azkia. Kenapa kenyataanya begitu menyakitkan untuk ku - Bunda, Mama. Maaf, Bun - Ayah, Alvaro. Maaf, Ma - Papa. Cr pict : ig @_womencity