Keadaan berubah tegang setelah kedatangan Alvaro. Setelah kejadian di rumah Ail, Reno dan Alex memilih untuk segera ke basement menunggu Al juga yg lainnya. Sedangkan Anggara menemani Reza ke rumahnya untuk mengganti seragamnya dahulu kemudian menyusul ke basement.
Al duduk di salah satu single sofa, sumpah demi apapun Reno dan Alex sudah keringat dingin di tempatnya. Hawa AC menambah kebekuan suasana diantara mereka.
“Ehm!” Reza berdehem pelan menetralisir suasana.
“Nggak usah tegang napa sih, Al." ujar Anggara meminum sodanya.
Al menghela napas pelan. ”Ceritain kejadian tadi siang.”
Baik Reno dan Alex tak ada yang bergeming.
“Ceritain aja, kita juga bingung sekaligus kepo banget dengan kejadian itu." Anggara menambahi.
“Oke, jadi sewaktu kita masuk Mall. Gue udah ngeh kalau Mall itu udah ngga beres tapi gue ngga tau kalau lo akan ada pertemuan di sana, setahu gue lo akan ke kantornya. Kalau misal gue tau lo akan ada di sana, kita mungkin ngga se-waspada tadi, untungnya kita ngga tau”.
“Tapi Ail tetap lepas dari pandangan kalian." Potong Al cepat pada penjelasan Reno.
”Gue belum selesai Bang." Reno menatap datar Al, mengurangi kegugupannya. Reza menatap kesal Al dengan tatapan dengerin-dulu-napa-sih!
”Dengan banyaknya orang di sana, gue tahu sebagian dari mereka adalah orang-orang mereka yang kemungkinan juga orang-orang lo, secara mereka ngincer lo. Gue ngga ngerti kenapa dan kapan but gue mikir kalau salah satu dari mereka ada yang ngeliat Ail, dari situ mereka udah ngincer kita." Reno menceritakan dengan detail tanpa ada satu yang kurang.
Hening.
“Alex ingin menambahkan?" Anggara mempersilahkan Alex layaknya moderator yang sedang mempersilahkan teman kelompoknya ketika sedang presentasi di depan kelas. Hampir saja Reza terbahak jika tidak mengingat dia pasti akan di bunuh Al, Anjir Anggara bisa-bisanya ngelawak ditengah suasana mencekam.
Sedangkan Reno sudah mati-matian menahan senyumannya. Alex berdehem pelan sebelum membuka suara,”Gue memutuskan untuk menarik Ail ke resto ketika Ail ingin masuk ke salah satu toko yang gue lihat di sana ada beberapa orang berseragam hitam. Gue juga mau minta maaf, karena gue ngga ngeh sama sekali dengan keadaan." Ketika ingin melanjutkan, Anggara memotong,”Nih minum dulu, lo berdua kek mayat hidup, bibir pecah-pecah. Jangan bilang belum minum setelah latihan tadi?”
Reno dan Alex mengangguk, setibanya mereka disini, mereka berlatih tinju sembari menunggu mereka datang.
Al memutar bola matanya malas, ”Thanks Anggara, gue udah rileks."
Anggara terkekeh, dia hanya ingin membuat suasana sedikit lebih tenang. Anggara tak suka keseriusan yg berlebih.
“Next Alex”, perintah Al.
“Kita berempat ke resto, dan dari situ gue baru ngerti kalau suasana emang ngga lagi baik”.
“Terus kenapa kalian ngga pulang aja?" Reza bertanya.
“Kita udah ajak mereka pulang tapi mereka ngga mau." jawab Reno yang diangguki Alex.
“Karna gue mikir ngga bisa diajak pulang baik-baik dan keadaan udah ngga memungkinkan, ya udah gue narik aja mereka, dan kita kejar-kejaran di Mall." Reno kembali menjelaskan.
“Tapi gue masih ngga habis pikir kalau kalian melupakan Ail." pernyataan Reza membuat kerongkongan Alex dan Reno mendadak kering, ini yg jadi titik permasalahannya. Al masih setia mendengarkan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Twin Story
Novela JuvenilHidup tak bisa ku tebak. Ternyata yang selama ini ku anggap tak ada. Berakhir bersama ku -- Aileen, Azkia. Kenapa kenyataanya begitu menyakitkan untuk ku - Bunda, Mama. Maaf, Bun - Ayah, Alvaro. Maaf, Ma - Papa. Cr pict : ig @_womencity