Ail berjalan santai memasuki sekolah, langit terlihat berawan. Dia berjalan ke lapangan juga semua siswa ketika mendengar bel apel pagi, hal rutin yang dilakukan sekolah sebelum pembelajaran dimulai. Barisan mulai terbentuk, Ail berada pada tengah barisan, terdengar bisik-bisikan ketika siswa perempuan melihatnya, Ail menghela napas pelan, ngga usah pikirin Ail, toh lo tidak berbuat kesalahan. Tepukan pelan membuatnya menolehkan kepalanya kesamping. Di tatapnya dengan pandangan ada-apa?"Kok bisa?", bisik Ifa tak ingin terdengar oleh guru yang sedang memberi arahan di depan.
"Ntar gue ceritain di kelas", Ail membalas dengan berbisik. Ifa mengangguk. Setelah selesai, para siswa di persilahkan untuk ke kelas masing-masing.
Di ujung koridor kelas terlihat jelas beberapa siswi sedang menunggu seseorang, Ifa memicingkan matanya melihat dengan jelas siapa yang berdiri didepan. Ketika dia menyadari siapa yang di lihatnya, dia menoleh pada Ail, "kak Reli and the genk", Ail hanya mengangguk, dia sudah menebaknya sejak semalam, gue nggak takut! Seperti itulah tatapan yang diberikan Ail.
Mereka tetap berjalan santai ketika melewati gerombolan itu, sampai ketika suara menghentikan langkah Ail.
"Sudah berapa kali gue ngomong, jangan deketin Asa!", sarkas Reli,
Ail menatap santay.
"Aku juga udah ngomong untuk yang kesekian kali, ngomong sama kak Asa jangan deketin aku!", Ail tak kalah tajam menatap Reli. Reli maju selangkah mendekati Ail.
"Sekali lagi lo deketin Asa, lo habis sama gue!", Ail menatapnya datar. Reli menubruk bahu Ail dengan keras meninggalkan kedua sahabat itu.
"Lo ngga apa-apa?", Tanya Ifa khawatir memegang lengan Ail. Ail menghela napas kasar, mengangguk samar. Ifa pun menariknya ke kelas.
***
"Ail, lo ngga di apa-apain, kan?", Reno menghampiri ke meja Ail, dia tak sengaja melihat Reli and the genk melabrak Ail. Ail hanya mengangguk seaadanya.
"Wuiss, ada apa nih pagi-pagi muka lo pada udah tegang",
"Ail di labrak sama kak Reli and the genk", Reno memberitahu Alex.
"Setan tuh kakak kelas, mau dia apasih", Alex menendang pelan kaki meja, bentuk dari kekesalannya kemudian beralih pada Ail.
"Lo tenang aja, kalau lo di apa-apain sama tuh gengers kasih tau kita berdua. Gue siap jadi tameng lo", Alex berkata dengan berapi.
Ail tersenyum ke keduannya,"Thanks, udah care sama gue".
"santuy lah sama kita", Alex menyengir. Mereka peduli karena Ail memang baik kepada semua orang, Ail pun tak segan membagi PR miliknya pada mereka. Jadi hal biasa jika banyak yang menyukainya, atau bahkan membencinya. Alex dan Reno meninggalkan keduanya, ketika bel pelajaran terdengar.
***
"Ohh, jadi gitu, kira-kira siapa yang nyebar berita lo?",
Ail mengedikan bahu.
"Ntahlah, bodo amat siapa yang nyebar. Udah ngga peduli gue".
Mereka sedang di kantin, Ail menjelaskan tanpa melewatkan sedikit pun kejadian kemarin.Disudut kantin Asa menatap Ail tanpa berniat menegurnya, dia sudah mendengar desas-desus tentang kejadian tadi pagi. Asa sudah tak bisa menahan emosinya, dia meninggalkan kantin mencari gadis yang menyebabkan Ail enggan mendekatinya.
Dicengkramnya tangan gadis itu dengan erat. Asa menyeretnya menuju taman belakang.
"Pelan-pelan kenapa sih, Sa!", dia menyeimbangi langkah Asa yang begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Twin Story
Teen FictionHidup tak bisa ku tebak. Ternyata yang selama ini ku anggap tak ada. Berakhir bersama ku -- Aileen, Azkia. Kenapa kenyataanya begitu menyakitkan untuk ku - Bunda, Mama. Maaf, Bun - Ayah, Alvaro. Maaf, Ma - Papa. Cr pict : ig @_womencity