Paksaan Berulang

5.4K 627 37
                                    

Warning konten 🔞
Bijaklah pilih bacaan kategori umur!

---

Apa yang telah dirangkai mulai terkikis pelan-pelan. Rasa percaya diri dan keteguhan hatinya mulai melemah oleh tindakan yang dilakukan laki-laki di atas tubuhnya yang terbuka. 

Air mata mengalir deras dari dua matanya yang redup. Isak tangis pilu tak sedikitpun membuat iba pemuda yang sibuk mengulum dada kembar secara bergantian. Di bawah sana, satu tangannya berada di pusat tubuh Ayana. 

"Tolong, berhenti." 

Bibir Jovic menyeringai mendengar suara yang menyerupai desahan. Jari-jari panjangnya tetap beraksi bertindak asusila. Tak ada yang bisa dilakukan oleh gadis mungil yang telah terkekang tubuh sang pemuda. Sampai kemudian tangis Ayana disumbat oleh bibir maskulin tanpa ampun. 

Pelecehan yang terjadi pada Ayana sudah berjalan empat bulan. Walau laki-laki itu hanya bermain-main pada tubuh dan gairahnya tanpa mengoyak mahkota sucinya, tindakan yang dialami Ayana telah membuat harga dirinya tercabik-cabik. 

"Harusnya kamu tidak menolakku! Harusnya sekarang kita menjadi sepasang kekasih yang saling memberi dengan senang hati, tapi kamu malah memaksa aku melakukannya seperti ini." Jovic mencumbu kasar hingga tangan gadis itu menutup rapat celah mulutnya karena menjerit. "Sekarang kamu harus terima menjadi jalangku. Yang aku nikmati sesuka hati tanpa ikatan," ejeknya. 

Lenguhan tertahan mengalun indah. Tubuh Ayana condong ke depan melengkungkan punggung. Jovic mendongak sebentar demi melihat ekspresi wajah cantik yang merona oleh tindakannya. 

"Kamu memang jalang. Baru ujung lidahku saja yang menyentuh, kamu sudah meminta lebih," kata Jovic dengan tatapan mencemooh. 

Keperawanan Ayana masih Jovic jaga. Entah apa yang membuat laki-laki itu enggan menerobosnya, padahal tiap kali melakukannya, ketegangan pusat dirinya telah mengeras. Namun, Jovic tetap tidak menuntaskannya secara penuh. 

Mata elang laki-laki itu memejam seraya menghidu aroma bunga pada kulit lembut Ayana. Ketika gadis teraniaya itu hendak bangkit, lehernya ditekan kuat hingga tulang punggungnya terasa nyeri oleh hantaman meja yang dijadikan pembaringannya. 

"Aku mohon, hentikan," rintihnya bergetar. Rasa nyeri dan nikmat berkolaborasi menjadi satu. 

Ayana tak menampik, tiap kali sentuhan yang bermula dengan pemaksaan akan berakhir dengan kepuasan dirinya.

"Bitchy." 

Ayana meringis pelan ketika merasakan sesuatu di bagian pangkal. Jovic mengelap cairan miliknya dengan segitiga minim milik Ayana, lalu menghirupnya. 

"Kamu tidak membutuhkan benda ini." 

"Jovic, please..." Ayana mengiba, berharap kain tipis pelindung miliknya dikembalikan. Namun, Jovic mengabaikan dan memasukkan dalam kantong celana kargo yang dikenakannya. 

"Segera benahi dirimu. Ingat, kamu masih ada kelas terakhir," titah Jovic santai sebelum keluar dari ruangan. 

Ayana bangkit. Posisinya masih berada di atas meja usang. Terduduk bersandar sambil meringkuk menutupi tubuhnya yang terbuka. Tangisannya menyayat hati, tetapi tidak akan ada yang mendengar mengingat situasi keberadaannya pada ruangan sunyi di lantai teratas. 

Paksaan yang terus berulang tidak akan bisa terbantahkan olehnya.

.

.

.

Sian banget sih neng geulis 😔

Btw, scene ini vulgat banget gak sih? Padahal sudah diusahakan ekstra tipis dari kadar bold naskah aslinya 🤭


*Senin, 05 Juli 2021
  EL alice

Serpihan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang