Sebuket cantik bunga cemelia merah digenggam erat. Langkah yang lebar menandakan bahwa si pemilik kaki panjang sedang tergesa-gesa atau mungkin ada dorongan semangat yang membuatnya ingin segera sampai di tempat tujuan.
Tak ayal, perbuatannya membuat orang-orang yang berlalu lalang tertubruk olehnya. Namun, lelaki itu tetap meneruskan jalan dan berlari setelah pintu ruangan yang dituju sudah dekat.
Napasnya menderu kuat. Dadanya tampak naik-turun terlalu cepat menaiki anak tangga mengingat ruang perpustakaan ini ada di lantai empat. Tepat di depan pintu, Jovic sedikit membuat kerusuhan karena lagi-lagi menubruk seseorang.
Laki-laki berkacamata tebal bulat yang memengang tumpukan buku-buku tampak kerepotan akibat ulahnya. Menyebabkan banyak pasang mata menatap ke arahnya. Enggan meminta maaf, ia melanjutkan langkah tanpa merasa bersalah pada mahasiswa yang masih sibuk memunguti buku-bukunya.
Mata tajamnya mengedar mencari keberadaan seseorang. Begitu sosok yang dicari terlihat, ia melangkah penuh percaya diri menuju pojokan meja yang menempel pada tembok. Di sana, terlihat dua orang gadis duduk bersebelahan sedang berdiskusi.
Ekspresi raut terkejut tergambar jelas dua mahasiswi itu. Terutama gadis yang memakai blouse sabrina kerut warna mint karena tiba-tiba saja lelaki berkemeja jeans yang kancingnya dibiarkan terbuka semua hingga menampilkan kaos oblong putihnya berada di antara mereka.
"Ayana, jadilah kekasihku."
Iris mata gadis sang pemilik nama membola. Pandangan Ayana mengarah pada wajah laki-laki itu, lalu beralih pada buket bunga yang diserahkan untuknya.
"Aku menyukaimu."
Bisik-bisik mahasiswa yang berada dalam ruangan tersebut mulai terdengar. Sangat mengganggu indera pendengaran Ayana. Apalagi beberapa pasang mata ada yang menatap sinis.
Sementara, Chika--gadis yang tadi ada didekat Ayana sudah menjauh ikut bergabung menjadi penonton dengan yang lainnya seolah menunggu adegan selanjutnya.
"Terima saja, Ayana!" Suara dari salah satu mahasiswi terdengar kencang. Detik berikutnya bersambung dengan banyak suara yang menyuruh hal yang sama.
Ayana terdiam. Mengamati raut wajah tampan laki-laki berwajah oriental di depannya. Mahasiswa tengil yang baru setahun pindah ke perguruan tinggi yang sama dengannya. Entah apa penyebabnya.
Namun, Ayana sudah lebih dulu mengenalnya karena pemuda bernama Jovic ini adalah salah satu customer yang cukup sering membeli bunga di florist tempatnya bekerja paruh waktu.
Beberapa bulan ke belakang Jovic terang-terangan menunjukkan ketertarikan padanya. Berbagai macam cara telah dilakukan, seperti selalu menungguinya jika pulang dari kampus, bahkan menjemputnya selepas bekerja. Namun, Ayana selalu menolak secara halus. Bukannya menjauh, Jovic malah semakin gencar mengejarnya.
Meski pernah ada sedikit simpati atas perlakuannya, Ayana tidak serta merta besar kepala. Ia justru menganggap jika apa yang Jovic lakukan hanya sebatas rasa penasaran mengingat rekam jejak pemuda itu yang berandalan.
Ayana juga pernah mendengar cerita langsung dari Chika mengenai perangai Jovic saat masih di kampus sebelumnya.
Ayana mendengus ketika matanya tertuju pada gadis yang tadi asik berdiskusi dengannya. Kenapa sekarang malah memberi suara untuk menerima lelaki nakal ini, sementara Chika tahu semua kebobrokan tabiat sang pemuda.
Pesona rupawan Jovic memang banyak digilai oleh para mahasiswi. Bahkan ada yang bertindak berani mengemis cinta sang bad boy tengil.
"Kamu terlalu lama berpikir. Aku tahu kamu juga menyukaiku, tapi sengaja bersikap sok jual mahal agar aku terus mengejarmu," terka Jovic penuh percaya diri diselingi senyum pongah.
Tangan Ayana bergerak membenahi buku-buku di atas meja. Sebagian sudah masuk ke dalam tas ranselnya, dan sisa tiga buku ia pegang sendiri. Tanpa berniat menerima sodoran bunga cantik di depannya, Ayana berucap, "Maaf, aku tidak bisa. Aku juga tidak tertarik dengan urusan asmara. Tahun ini kita akan disibukkan dengan tugas skripsi. Mungkin buatmu yang memiliki segala materi menganggap bukan hal serius. Maafkan aku," tegasnya bangkit dari duduk, tak memedulikan perubahan raut wajah laki-laki yang menggenggam erat buket.
Samar-samar Ayana mendengar ada yang mencela dirinya karena terlalu sombong menolak. Bahkan ada juga yang tertawa melihat seorang Jovic diabaikan oleh gadis biasa seperti Ayana.
"Gila, berani sekali dia menolak. Selama satu sekolah dengannya, aku tidak pernah melihatnya mengungkapkan perasaan secara langsung, tapi sekarang keberaniannya sia-sia."
Ayana memejamkan mata ketika hendak keluar. Suara dari perempuan yang berdiri dekat pintu sempat membuatnya menghentikan langkah sejenak didera rasa cemas.
Ayana meneguhkan pendirian bahwa percintaan bukan tujuannya. Ia ingin segera menyelesaikan jenjang akhir pendidikan dan meraih gelar sarjana untuk bekal mencari pekerjaan yang layak di ibukota.
.
.Cinta ditolak, anu bertindak 😑
*Selasa, 06 Juli 2021
EL alice
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Luka
Romance[ Mature Romance 21+ ] Ketika cinta ditolak. Segala macam cara akan dilakukan untuk mendapatkannya. Sebagai bad boy yang memiliki daya tarik memukau, jelas sangat melukai harga dirinya. Ego dan kebencian yang akan menyeret seorang gadis polos nyata...