13. M

455 35 2
                                    

13. MASA LALU

"Aku tak benar-benar mencintaimu! Pergilah menjauh dari ku, aku malas melihat wajah mu."

Pemuda dengan rambut raven itu kini berbalik dengan angkuhnya meninggalkan sang gadis merah muda di tepian sungai pinggiran kota setelah kencan melelahkannya.

Apa itu maksudnya? Dia dengan santai mengatakan bahwa 'tak benar-benar mencintai' pada seorang gadis lugu yang tak tau apa-apa. Cukup menyakitkan memang.

"Wahh parah sekali kau ini Sasuke! Kami tak menyuruhmu sampai berkata seperti itu loh, kejam sekali."

Seorang pemuda lainnya yang entah siapa tersenyum miring sambil sesekali melirik kearah Sakura yang kini hanya bisa mematung tak percaya, jarak mereka tak terlalu jauh itu lah mengapa Sakura masih mampu mendengar percakapan mereka.

"Sudahlah, tak usah banyak bicara, mana uang nya? Aku sudah berhasil menaklukan dia, kalian bisa liat sendiri kan? Dia percaya kalau aku menyukai nya."

Pemuda yang tadi disebut sebagai 'Sasuke' itu tampak mendecih tak suka bertele-tele serta berbasa basi, satu tangannya ia masukan kedalam saku celana dan nampak tak perduli dengan sekitarnya,

jelas terlihat dari cara dia berbicara. Jelas pula Sakura masih ada disana tapi mereka dengan santai nya membahas hal-hal menyakitkan di depan orang yang mereka bicara kan. Didepan orang yang mereka jadikan bahan taruhan lebih tepatnya.

"Iya iya kami tau kau berhasil, nih hadiah nya." Pemuda lainnya yang Sakura tak kenal juga terlihat menyodorkan sebuah amplop putih ukuran sedang dan terlihat agak tebal itu kehadapan Sasuke yang tentu disambut oleh pemuda itu dengan senang hati.

"Senang bekerja sama dengan kalian, lain kali kalau mau taruhan lagi, ajak aku."

Sasuke berjalan semakin menjauh dengan diikuti oleh pemuda-pemuda lainnya itu yang nampak tengah tertawa tanpa beban.

"Ogah ah, taruhan dengan mu bisa rugi aku! Kau mudah sekali berkata manis seperti itu pantas saja gadis-gadis mudah di tipu oleh mu."

Sakura Terdiam, telinga nya mendadak tuli sementara sepertinya. Terlalu banyak kata-kata menyakitkan dan fakta yang benar-benar melukai masuk kedalam telinganya.

Tak seharusnya dia mendengar ini atau lebih tepatnya tak seharusnya dia mengalami hal seperti ini.

Memang apa salah nya? Apa dosa nya sampai dia dijadikan bahan taruhan oleh orang yang disukainya sejak lama itu?

.

.

.

.

"Bodoh! Aku tak akan memaaf kan mereka semua Sakura!"

Ino menggebrak meja kantin dengan kekuatan penuhnya membuat suasana hening seketika, semua pelajar nampak menolehkan kepala menatap satu direksi yang sama, seorang gadis pirang yang bera-api penuh dengan dendam tengah mengepalkan tangan, sedangkan disebelahnya sang sahabat gadis merah muda nampak mencoba menenangkan meskipun air mata menghalangi pandangan.

"Sudah tenang dulu Ino, jangan berlebihan seperti itu, kita sedang dikantin tau."

Senyum Sakura kikuk. Sungguh, Meskipun saat ini dia bilang begitu padahal kenyataan dalam hati nya ia masih cukup terpukul dengan apa yang sudah terjadi pada nya kemarin.

"Tidak Sakura! Apa kau bodoh? Kau sudah di tipu daya oleh mereka! Bahkan dimanfaatkan demi kepentingan pribadi dan perasaan kau ditukar dengan uang. Apa mereka itu bukan manusia? Bagaimana kalau itu terjadi pada dirinya sendiri atau keluarganya? Apa mereka masih akan tetap tertawa? Jika ia aku akan tepuk tangan dengan kedua kaki ku!"

Gadis ini nampak masih emosi, nada bicara nya bahkan naik satu oktaf membuat semua yang ada disana tambah tak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Ada apa ini? Sedang manequin challenge?"

Seorang pemuda berambut raven tiba-tiba masuk kedalam kantin masih dengan gaya cool khas dirinya, dibelakangnya ada beberapa kawan-kawannya yang bahkan lebih terkesan seperti 'bawahan' ketimbang kawan.

"Kau! Si bangsat kurang ajar!" Ino lekas menghampiri orang yang menjadi biang keladi rasa sakit sahabatnya itu dengan tanpa rasa takut.

PLAK!

"kurang ajar! Beraninya kau mempermainkan sabahatku demi taruhan mu dan memenangkan uang itu! Kau pikir Sakura itu barang yang bisa dipertaruhkan?! Dia itu manusia tau!"

Satu tamparan keras itu lolos dan bersarang dipipi kiri pemuda raven, bukannya merasa bersalah dia malah tertawa, gila memang.

"Cih! Bukan nya kalian memang seperti barang ya? Lebih tepatnya sih barang rendahan. Jadi terserah aku mau memperlakukan kalian seperti apa." Jawabnya enteng yang tentu malah membuat Ino makin terbakar habis, bisik-bisik mulai memenuhi ruangan besar ini.

Sebagian besar dari mereka bahkan terkejut begitu mendengar pernyataan dari sang bungsu Uchiha. Terlalu meremehkan orang lain. Yah bukan kah itu memang ciri khas Uchiha ya?

"Kurang ajar kau! Bukannya minta maaf malah merehkan!" Ino kembali akan melayangkan tamparannya ketika Sakura dengan sigap mecegah nya.

"Sudah Ino! Jangan buat keributan! Ayo kita pergi, percuma kau marah-marah pada serangga tak tau diri yang bisa nya hanya mengandalkan kekuasaan orang tua nya. Lebih baik kita cari sesuatu yang lebih bermanfaat. Karena kita kan pintar hasil sendiri, tak seperti dia yang semua nya kan hasil uang orang tua, sudah kaya tapi masih saja mau menerima tawaran taruhan yang hadiah nya tak seberapa. Keliatan sekali miskin nya. Masih mending kita loh yang biasa saja, tapi tak mau menurunkan harga diri untuk ikut taruhan yang hadiahnya tidak seberapa itu. Ayo kita pergi!"

Sakura lekas menarik tangan Ino begitu selesai 'menampar' fakta pada sang bungsu Uchiha didepan banyak orang dikantin yang tengah penuh sesak ini.

Yah sedikit banyak memang itu fakta. Kekuasaan mengalahkan segalanya. Terutama uang.

Terbukti karena keesokan harinya Ino dan Sakura dikeluarkan dari sekolah tanpa alasan yang jelas. Cih mengingatnya membuat Sakura kesal sendiri.

Mulai saat itu Ino selalu menjaga Sakura. Ia siap siaga, tak mau melihat sahabatnya kembali terluka. Maka dari itu wajar kalau Ino selalu teliti dengan orang-orang yang mencoba mendekati Sakura.

Jadi, tak heran kan kenapa sikap Sakura dulu sangat angkuh ketika Naruto mengatakan perasaan nya dulu di kencan pertama mereka?

Yahh masa lalu memang harusnya dilupakan, tak ada untungnya memang. Lagipula Sakura tak perlu merasa khawatir lagi, toh sekarang dia telah menemukan tambatan hati yang tulus mencintainya dan telah meminangnya.

Sepertinya Naruto adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan untuk Sakura selain putra kecil nya yang kini masih berada dalam kandungannya.

.

.

.

.

END

.

.

.

.

A to Z (Narusaku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang