Matahari mulai menampakkan wujudnya dari arah timur. Sinarnya memancar menyinari apa saja di bawahnya. Beberapa menembus masuk melalui celah jendela yang tidak tertutupi gorden. Salah satunya jendela kamar Arka.
Mata Arka terbuka sedikit, silau karena sinar matahari menyapanya seolah tak menginginkan Arka kembali ke alam mimpi. Arka mengangkat salah satu tangannya untuk menutupi matanya berharap dia bisa tidur sedikit lebih lama.
Sayang sekali rencananya harus padam ketika sebias suara memanggil namanya sambil mengetuk pintu kamar. Arka sangat mengenal suara ini, suara seseorang yang tidak bisa dia tolak eksistensinya.
Ryuna Arystiena Cayapata.
Perlahan Arka menurunkan lengan lantas mengubah posisinya, dari berbaring menjadi duduk. Dia mengucek mata beberapa kali sembari berjalan ke luar kamar, menghampiri Yuna yang besar kemungkinan berada di dapur.
"Are you sleep well, Prince?" Yuna berujar setengah sarkas saat melihat Arka duduk di salah satu stool.
"Hm-mm." Arka menyahut singkat. Tangannya mencomot apel dari atas pantry yang Yuna bawa dari rumahnya.
"Lo mau gue bikinin something?"
"Nggak terima kasih." Sahut Arka segera.
Bukan apa-apa, dulu Yuna pernah mencoba memasak untuk Arka dan yang terjadi setelahnya bikin Arka kapok membiarkan Yuna memakai dapurnya. Dapur rumah Arka hampir hangus dibuat Yuna. Untung saja Arka cepat-cepat mengambil fire extinguisher dan segera memadamkannya.
Arka tidak bisa membayangkan jika dia terlambat sedikit saja.
Senyap menyelimuti keduanya. Hanya suara gigitan apel yang terdengar. Mereka sama-sama tidak tau harus mengatakan apa dalam situasi ini. Terlalu canggung.
Apel di tangan keduanya mulai mengecil. Suasana diantara keduanya tidak berubah. Bibir mereka tetap tertutup. Arka yang kurang suka suasana ini mengambil tindakan. Tidak dia sangka, Yuna melakukan hal yang sama.
"Yun,"
"Arka,"
Yuna dan Arka saling pandang sebelum tawa keduanya pecah.
"Kenapa jadi kompak gini." Komentar Arka ditengah tawanya.
Keduanya tergelak selama beberapa menit. Perut Yuna sakit karena tak berhenti tertawa, begitu pula dengan Arka.
Kini keduanya tengah saling bertatapan dalam diam. Saling mengunci pandangan lawan bicara. Arka tidak tau, diam-diam Yuna memiliki rencana untuk membahas masalah pertengkaran Arka tempo hari.
Dengan penuh keraguan, Yuna memberanikan diri untuk bertanya.
"Arka, listen." Ekspresi wajah Yuna berubah serius. "Kalau lo berkenan, boleh gue tau detail masalah lo sama Raka?"
Sudut bibir Arka tertarik, menampilkan senyum yang membuat lesung pipinya timbul. "Sekarang bukan waktu—"
Kalimat Arka terpotong oleh pekikkan Yuna. Gadis itu sudah naik ke atas pantry sembari menunjuk seekor kecoak yang siap mengaktifkan mode terbang.
Tindakan Yuna selanjutnya betulan bikin Arka pusing tujuh keliling. Yuna meraih piring di dekatnya dan melemparnya secara brutal pada makhluk kecil itu.
"Pergi lo pengganggu!"
"Yuna! Ryuna! Stop it!"
Arka mencoba menghentikan Yuna tetapi usahanya gagal. Yuna mengabaikan Arka, melemparkan piring-piring hingga tak ada lagi piring yang tersisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
20 Minutes [On Hold]
Fantasy20 menit Waktu yang singkat namun dapat mengubah struktur kehidupan seseorang, dan Kara di sini hadir untuk mencegah hal tersebut.