03

78 14 3
                                    

Apa yang lebih menyenangkan dari iseng jalan-jalan ke Yogya berujung berkah karena bertemu bidadari secantik Jovita Alice Ankarna?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apa yang lebih menyenangkan dari iseng jalan-jalan ke Yogya berujung berkah karena bertemu bidadari secantik Jovita Alice Ankarna?

Sudah pasti jawaban David adalah tidak ada.

David dan Nana satu kampus sama Alice yang reputasinya sedang sangat bagus dalam dunia permodelan. Tentu keputusannya bersekolah di kampus tersebut membuat followersnya gigit jari karena iri. Even ada yang sampai minta pindah.

Tapi betulan deh, reputasi Alice tidak main-main. Hampir menyamai level Yeji.

Seorang Yeseline Jane Eunoia belum terkalahkan saudara-saudara.

Karena David penasaran sama Alice, jadilah dia berkenalan dengan Alice, disusul Nana. Mereka dekat selama 6 bulan, sempat jauh sekitar 1 bulan. Eh, tau-tau David dapat kabar kalau Nana jadian sama Alice.

Kan kebakaran hati David. Dia yang dekat duluan, eh jadiannya sama Nana. Emang ya nggak ada akhlak.

Gara-gara itu David galau berhari-hari. Tiap malem cowok itu menenggak sebotol penuh soju dan berakhir drunk parah. Beruntungnya, David memiliki sebuah unit apartemen sendiri. Jadi kalo mau ngapa-ngapain bebas.

Waktu berlalu, tapi tentunya perasaan David pada Alice tidak ikut berlalu. Apalagi Nana sering mengajaknya hangout bareng Alice. Tapi nggak enak banget asli. David kayak jadi penikmat keuwuan orang lain.

"Loh, David?"

David sedang duduk-duduk aja di Malioboro ketika Alice memanggilnya lantas dengan gerakan cepat, cewek itu duduk di samping David.

"Tumben ke sini sendiri. Biasanya sama Ryuna." Alice bertanya sembari tersenyum manis.

Saking manisnya sampe David salah tingkah sendiri.

"Iya nih hehe."

"Jawabnya awkward gitu." Alice terkekeh, membuatnya terlihat semakin manis di mata David.

"Gimana ya, soalnya hari ini lo cantik banget." David berkata sambil garuk-garuk belakang kepala walau nggak gatal.

Namanya aja salah tingkah pemirsa.

Alice menoleh, menatap pada mata David. "Thank you."

David pun membalas tatapan itu. Mereka bertatapan selama sejenak sebelum David mengajak Alice makan di kafe langganannya. Alice setuju. Mereka berjalan berdampingan, menceritakan segala cerita yang keduanya belum ketahui.

Kafe yang dimaksud David tak jauh, hanya perlu waktu 5 menit dengan berjalan kaki. Namun mereka tak menyadari eksistensi waktu sehingga tau-tau mereka sudah sampai di tujuan. Kalau udah gitu David jadi pengen menghentikan waktu.

Mereka memesan dan menunggu sambil lanjut bercerita. Berhubung mereka sama-sama mood maker—entah itu di kelas maupun di rumah—obrolan mereka jadi nyambung aja. David bikin Alice tertawa, Alice bikin David tertawa.

20 Minutes [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang