06

68 17 6
                                    

Jam di ponsel Kara menunjukkan pukul 3 dini hari dan dirinya masih terjaga, setia duduk menghadap jendela yang dibiarkan terbuka setengahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam di ponsel Kara menunjukkan pukul 3 dini hari dan dirinya masih terjaga, setia duduk menghadap jendela yang dibiarkan terbuka setengahnya. Mendatangkan angin yang mampu membuat Kara menggigil kedinginan. Namun kala itu Kara tidak merasakan apa-apa. Dia terlalu larut dalam pikirannya.

Bukan, Kara bukan sedang memikirkan apa yang dilakukan Bunda tadi. Ya, walaupun hatinya jelas nggak baik-baik saja. Memang Bunda bukan ibu kandungnya, tapi tetap saja sebuah luka tercipta dalam dirinya. Dan Kara yakin, luka itu akan membekas untuk waktu yang lama.

Sementara itu perasaannya tidak enak sejak tadi. Dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada orang yang pernah dia temui. Masalahnya Kara bertemu banyak orang dan tak ada satu pun yang mengalami kejadian tragis. Kara bisa tahu sebab dia tidak melihat apa-apa saat mata mereka saling bertemu.

Terakhir kali kemampuan Kara muncul pada Yeseline Jane Eunoia.

Apa 'sesuatu' itu terjadi ke Yeji? Pikir Kara namun setelahnya dia menggeleng cepat. Membuang jauh-jauh prasangka asalnya itu.

Menurut analisisnya, jarang terjadi musibah berturut dari orang yang sama. Tapi tidak menutup kemungkinan hal tersebut bisa terjadi.

Kara tidak tahu bahwa kabar yang dibawa Nana di siang hari membuatnya merasa bersalah kepada Yeji dan berpikir, seharusnya dia menunggu di sana lebih lama lagi.

🕰️

"Jeno? Lo ngapain di sini?"

Yeji akhirnya bertanya usai kesadarannya kembali sepenuhnya. Saat membuka mata, sosok Jeno jadi yang pertama dilihatnya. Padahal Yeji pengen Adara yang duduk di sana. Entahlah, mendadak dia kangen pada maminya.

Harsha juga tidak kelihatan. Ah ya, Yeji ingat pertemuan terakhirnya bersama Harsha tidak berjalan baik. Mereka adu mulut, lalu... Yeji lupa. Tetapi baiknya dia nggak ketemu ayahnya dulu, kalau nggak bisa-bisa terjadi perang dunia ketiga..

"Nemenin lo."

"Gue nggak butuh." Yeji berujar angkuh.

"Dan gue nggak butuh pendapat lo." Jeno ikutan jawab kayak Yeji. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, cowok itu khawatir dengan kondisi Yeji.

Yeji berdecak. "Mami mana?"

Jeno mengedikkan bahu yang sukses bikin Yeji cemberut.

Di sisi lain, Harsha tengah menangis sendiri di ruang tengah rumahnya. Beberapa jam lalu Harsha mendapat telepon dari kantor polisi. Mereka bilang menemukan mobil Adara yang setengahnya telah terbakar. Beruntung hujan turun tak lama setelah ledakan mobilnya. Namun jasad Adara juga ditemukan di dalam mobil tersebut.

20 Minutes [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang