'Aku pengen ketemu kamu, Ay...'
Aya membaca sms dari Ditya dengan bimbang. Entah harus menjawab apa. Satu sisi hatinya ingin menemui Ditya, namun satu sisi lagi ia tak mau menambah berat hatinya untuk melepas Ditya sepenuhnya.
'Aku masih ada acara keluarga sampe besok, Dit.' Balas Aya akhirnya.
Tak lama, Ditya pun membalas lagi.
'Oke... Jadi lusa kamu gak ada acara lagi. Aku bener-bener pengen ketemu kamu, Ay. Aku harap kamu gak nolak.'
Aya menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Menahan gejolak hatinya. Ia bertekad untuk benar-benar menyelesaikannya dengan Ditya. Dan memutuskan untuk bertemu dengan pria itu untuk yang terakhir kalinya.
'Iya, Dit. Aku juga mau ketemu kamu. Nanti aku kasih tahu lagi tempat sama waktunya.'
'Iya, sampai ketemu lusa, Ay.' Balas Ditya.
Aya tersenyum. Biar bagaimanapun Ditya sudah membuatnya mengalami masa-masa indah dan bahagia. Dan tak hanya itu, Ditya juga membuat Aya terpuruk.
"Ay, udah siap belum?" tanya Sarah yang sudah berada di belakangnya.
"Udah. Acara siramannya udah mau mulai, ya?" Aya dan Sarah juga keluarga mereka datang ke Jakarta memang untuk menghadiri pernikahan kakak sepupu mereka, Arini.
"Iya," jawab Sarah seraya mengangguk dan berjalan menuju pintu. "Ayo!"
"Sar," Sarah yang merasa dipanggil membalikkan tubuhnya dan menatap Aya dengan pandangan bertanya, "gue mau ketemu Ditya."
Mata Sarah membulat. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Lu... gak salah ngomong, kan?" tanya Sarah masih tak percaya. Perlahan kakinya membawa ia ke hadapan Aya.
"Enggak," jawab Aya tegas. "Gue cuma pengen ketemu dia untuk yang terakhir kalinya. Gue pikir ini saatnya gue buat lepasin semuanya tentang dia. Mau bilang apa pun dia nanti, gue harus tegas sama dia dan hati gue."
Sarah kemudian memeluk Aya. "Oke, gue dukung kalo gitu. Dan lu harus janji gak akan ada acara nangis-nangisan ngabisin tissue lagi."
Aya mengangguk dan mereka pun tertawa bersama. 'Semoga keputusan ini akan jadi awal yang lebih baik,' batin Aya.
*****
"Lo yakin gak mau ditemenin?" tanya Sarah saat Aya akan berangkat menemui Ditya.
"Gue sih mau-mau aja lu temenin. Tapi lu pasti bosen nungguin gue ngomong sama Ditya. Mau emangnya gue kacangin?" tanya Aya menatap Sarah ragu. Ia tahu persis bagaimana Sarah. Sepupunya itu bukan tipikal orang yang suka menunggu dan membuang-buang waktu.
Sarah memutar-mutar bola matanya —berfikir. Ia pasti akan mati bosan menunggu Aya. Tapi ia juga tak bisa membiarkan Aya pergi sendiri. Sarah khawatir Aya takkan pulang dengan keadaan yang baik-baik saja setelah bertemu Ditya.
"Gue..." Aya memiringkan kepalanya, menunggu Sarah menjawab. "Gue bisa kok nunggu lo sama Ditya ngomong. Gue tunggu di mobil."
Aya tersenyum. Ia sangat tahu pikiran Sarah yang terlalu mengkhawatirkannya. Dan setelah pamit pada nenek dan orang tua mereka masing-masing, mereka segera meluncur ke tempat tujuan —bertemu Ditya.
*****
"Sorry lama, Dit. Tadi agak macet," ujar Aya setelah sampai di kafe dan duduk di hadapan Ditya. "Udah lama?"
"Belum, kok. Mau pesen apa?" tanya Ditya ramah dan memasang senyum termanisnya. Aya nyaris tak berkedip melihatnya.
"Orange juice aja," jawab Aya berusaha untuk tidak tegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Teen FictionSequel dari 'Luka Termanis'. Bagaimana Aya melepas semua perasaannya pada Ditya. Akankah ia bisa atau justru terjerat lebih dalam lagi..? Dan apakah Aya akan mendapatkan seseorang yang akan menggantikan Ditya di hatinya..?