Meeting, doubts and sincerity

4.3K 167 5
                                    

"Ay, gue berangkat sendiri aja deh,," ujar Sarah yang seketika menghentikan langkah Aya dan Arvin di teras rumah Aya.

Hari ini Arvin datang dengan maksud menjemput Aya tanpa memberi tahu sebelumnya. Kejutan katanya. Sementara Sarah terlanjur datang.

"Kok gitu, Sar..?" tanya Aya. Ia masih berharap Sarah mau berangkat bersamanya.

"Gak bareng mobil aku aja Sar..? Kan lebih efisien,," tawar Arvin. Sarah tersenyum dan menggeleng.

"Justru lebih efisien kalo gue bawa mobil gue sendiri.. Jadi pulangnya gue gak kesini dulu. Aya juga ada lo ini yang nganterin,," tolak Sarah. Dari sudut matanya ia melihat Aya memberenggut. Tak mau mengecewakan sepupunya tapi ia juga harus menyelamatkan hatinya. Jika tak ingin sakit lagi.

Aya ingin menolak, namun ia menyadari ketidak nyamanan Sarah jika lagi-lagi ia harus bersama dirinya dan Arvin.

"Ya udah. Tapi hati-hati ya,," ujar Aya akhirnya.

Sarah mengangguk. "Ketemu di kampus ya. Gue duluan,,"

Sarah berjalan menuju mobilnya.Sementara Arvin berjalan bersama Aya ke arah mobilnya terparkir. Selagi mereka berjalan, Sarah sudah melaju sambil melambaikan tangannya ke arah Aya dan Arvin.

"Sarah kenapa, Bee..?" tanya Arvin setelah menyalakan mesin mobil. Perlahan mobil Arvin pun melaju meninggalkan kediaman Aya.

"Apa..? Bee..?" tanya Aya heran. Arvin mengangguk dan tersenyum manis sekali.

"Iya,, Bee.. Bee dari baby," Aya tersenyum. Selama seminggu 'jadian' dengan Arvin, mereka hanya saling memanggil nama atau sayang.

"Bee,," gumam Aya. Melirik Arvin yang sedang fokus menyetir. "Aku suka,"

Arvin kembali tersenyum. Menoleh sebentar pada Aya dan mendapati gadisnya itu sedang tersenyum seraya menatapnya.

"Hei,, tadi aku tanya Sarah kenapa sayang.. Kok belom jawab..?" tanya Arvin saat ingat pada sesuatu yang membuatnya tak enak hati.

"Maaf,, lupa sayang.. Aku juga gak tau.. Mungkin Sarah gak mau ganggu kita aja," jawab Aya.

"Oh. Aku jadi gak enak sama Sarah, Bee. Kan dia yang jemput kamu duluan. Takutnya dia marah," sesal Arvin.

"Gak apa-apa, Bee.. Sarah pasti ngerti kok. Nanti aku mintain maaf deh,," balas Aya. Arvin mengangguk mengiyakan.

*****

"Sar,," panggil Aya pada Sarah yang sedang berbicara dengan seorang teman. Setelah selesai, Sarah menghampiri Aya.

"Apa neng..?" tanya Sarah sembari duduk di samping sepupunya.

"Nggak," Aya membenarkan duduknya. Menghadapkan badannya pada Sarah. "Maen kabur aja tadi. Kenapa..?"

Sarah tersenyum tipis. "Gak apa-apa. Kan biar gue gak ganggu. Jadi lo bisa pacaran sama Arvin,"

"Ya elah, Sar... Gue kan udah bilang, gue sama Arvin gak apa-apa.. Lo gak ganggu kok," kata Aya sungguh-sungguh.

"Iya, kalian gak apa-apa. Gue yang gak enak," timpal Sarah. Aya mengerutkan keningnya. Tiba-tiba terlintas ide jahil di pikirannya.

"Lo cemburu yaaa..?" goda Aya. Sarah kaget. Tak siap dengan apa yang Aya tanyakan. Apa ia terlihat cemburu pada Arvin dan sepupunya..? "Makanya, cari pacar. Jadi kita bisa double date,"

Sarah lega. Ternyata bukan seperti dalam pikirannya kalau Aya tahu ia cemburu pada kekasih sepupunya sendiri. "Ngarang..! Gue gak cemburu. Dan gue belom butuh pacar, Aya,," elak Sarah.

"Iya, iya. Percayaa,," katanya dengan nada dibuat-buat. "By the way, Arvin minta maaf katanya.."

"Maaf..? Buat..?" tanya Sarah bingung. Ia merasa Arvin tak punya salah apa-apa padanya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang