Sarah mengerlingkan matanya kesal. Malam-malam seperti ini Arvin menghubungi dan meminta alamat rumahnya. Dan yang paling membuat Sarah tak habis pikir, Arvin datang hanya untuk meminta nomor telepon Ditya. Yang menurutnya, pasti Sarah simpan di buku teleponnya.
"Buat apa sih, Vin?" tanya Sarah kesal.
"Cuma buat mastiin perasaan dia sama Aya, Sar. Mastiin dia gak akan jadi duri dalam daging buat hubungan aku sama Aya," jelas Arvin.
"Aya tahu lo ke sini?" Arvin menggeleng. Sementara Sarah menghela nafas. Ragu dengan apa yang harus dilakukannya. "Janji gak akan nyakitin Aya?"
Arvin mengangguk meski dalam hatinya meragu. Takut salah satu dari mereka akan tersakiti. Tapi dorongan itu sangat kuat. Arvin ingin memastikan perasaan Aya dan Ditya, walau ini terdengar gila.
Setelah beberapa menit Sarah menyerah. Ia memberikan nomor telepon Ditya yang sengaja ia simpan dulu. Dengan harapan masalah sepupunya dan Ditya berakhir. Dan Ditya tak membayang-bayangi hubungan Aya dan Arvin.
"Thanks, Sar," ujar Arvin. Sarah mengangguk pelan. "Kalo gitu, aku pamit dulu."
"Oke. Hati-hati, Vin," balas Sarah.
Arvin mengangguk dan melambai pada Sarah. Kemudian masuk mobilnya dan sekian detik kemudian mobilnya sudah meluncur di jalanan komplek perumahan Sarah.
*****
"Halo," sapa Ditya malas saat menjawab teleponnya. Terlebih yang menghubunginya nomor asing yang tak tercantum di kontak teleponnya.
"Halo. Ditya?" terdengar suara laki-laki di seberang sana.
"Ya. Siapa yaa?" tanya Ditya tak sabar.
"Arvin. Cowoknya Aya. Tadi siang kita ketemu." Ditya terdiam sesaat. Memikirkan hal apa yang bisa membuat Arvin menghubunginya.
"Oh... Ada apa?" tanya Ditya mencoba tenang.
"Bisa ketemuan?" tanya Arvin tanpa berbasa-basi.
"Ketemu sama lo? Buat apa?" Ditya makin heran dengan apa mau laki-laki yang diakui Aya sebagai kekasihnya ini.
"Ada yang perlu gue tanyain dan bahas sama lo," jawab Arvin.
"Tentang?"
"Aya sama lo," jawab Arvin mantap.
Betapa terkejutnya Ditya mendengar ucapan Arvin. Jadi Arvin sudah tahu tentangnya dan Aya? Tapi untuk apa Arvin ingin bertemu dengannya? Beberapa pertanyaan muncul dalam benaknya.
"Apa yang lo tau?" tanya Ditya berubah dingin.
"Gue bakal cerita apa aja yang gue tau, tapi gak sekarang. Besok siang gue tunggu di foodcourt di mall tadi. Lo bisa kan?" Sekali lagi Arvin berkata sangat tenang. Kontras dengan Ditya yang tegang dan merasakan persaingan di antaranya dan Arvin.
"Oke, jam makan siang kita ketemu," kata Ditya menyanggupi. Penasaran dengan apa yang akan dibicarakan Arvin dengannya.
"Oke. Thanks," ujar Arvin kemudian menutup teleponnya.
Ditya masih menatap layar ponselnya dengan perasaan campur aduk. Bingung, kesal, penasaran dan entah mengapa ada rasa marah dan takut. Saking asiknya, ia tak menyadari Nadya sudah duduk di sampingnya. Menghadap kolam ikan di halaman belakang rumah kakaknya.
"Kenapa, Dit? Masih mikirin kak Aya?" tanya Nadya membuyarkan segala hal yang dipikirkannya.
"Nggak, Nad." Ditya menerawang. "Aku lagi nebak-nebak apa yang dipikirin Arvin sampe ngajak aku ketemuan."
Arvin?! Nadya kaget. Ia yakin ia tak salah dengar. Tapi untuk apa kekasih Aya itu mau bertemu dengan Ditya?
"Maksud kamu cowoknya kak Aya yang tadi siang?" Nadya memastikan. Dan Ditya mengangguk. "Kapan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Teen FictionSequel dari 'Luka Termanis'. Bagaimana Aya melepas semua perasaannya pada Ditya. Akankah ia bisa atau justru terjerat lebih dalam lagi..? Dan apakah Aya akan mendapatkan seseorang yang akan menggantikan Ditya di hatinya..?