Aya tengah berjalan di koridor saat Sarah berlari mengejarnya. Dengan nafas yang agak tersenggal, ia menghampiri Aya.
"Kenapa, lu?" tanya Aya ketika Sarah sudah ada di hadapannya. Membungkuk dan memegangi lututnya.
"Gak apa-apa. Gue... tadi... ketemu Arvin," jawabnya masih dengan nafas yang tersenggal.
"Terus?" Aya mengernyitkan keningnya heran. Ia merasa tak ada yang aneh dengan keadaan yang Sarah ceritakan. Ia merasa wajar jika Sarah bertemu dengan Arvin karena mereka menimba ilmu di universitas yang sama.
"Arvin nitip salam buat lu," timpal Sarah setelah bisa mengatur nafasnya.
"Gitu doang?" Sarah mengangguk. "Jadi lu lari-lari kayak tadi gitu cuma buat bilang gitu sama gue?" tanya Aya heran. Padahal perasaannya tak karuan mendengarnya.
"Iya. Kan kemajuan, Ay," timpal Sarah.
"Kemajuan apaan?" tanya Aya pura-pura tak mengerti. Ia membalikkan tubuh membelakangi sepupunya. Kakinya melangkah lagi menuju kelas diikuti oleh Sarah.
"Ya kemajuan hubungan lu sama dia dong. Kayaknya... bentar lagi ada yang bakalan punya cowok baru nih," goda Sarah yang mensejajari langkah Aya dan berjalan di sampingnya.
"Siapa? Lu maksudnya?" tanya Aya balik menggoda sepupunya.
"Ya lu lah, Aya. Gue sih masih betah nge-jomblo," jawab Sarah. Aya mencibir mendengarnya.
"Heran deh. Giliran gue aja, lu sodor-sodorin ke cowok. Lu sendiri gak mau punya cowok."
"Kasus lu tuh beda. Lu mesti buru-buru dapet cowok biar lu ener-bener move on dari yang lama." Aya tersenyum mendengarnya. Sarah kadang sok tahu. Tapi kali ini mungkin 'spekulasi' Sarah ada benarnya.
"Arvin tadi bilang kangen sama lu," ujar Sarah tepat ketika Aya duduk di kelasnya. Sontak Aya merasakan pipinya memerah. Ada rasa senang yang berlebih di dadanya saat mendengar pernyataan Sarah.
"Iiiiiiih... Pipi lu merah. Hahahahaha." Sarah ini. Tak ada henti-hentinya menggoda Aya. "Kangen juga ya sama Arvinnya?"
Aya pura-pura tak mendengar dan menyibukkan dirinya dengan ponsel di tangannya. Sementara Sarah tergelak melihat Aya salah tingkah dan membiarkannya seperti itu.
*****
Drrrrttttt,, drrrrttttt,,
Ponsel Aya bergetar tepat saat kelas usai. Sebuah pesan dari Arvin. Mau tak mau membuat bibir Aya tersenyum.
'Lagi dimana, Ay..?'
"Ayo... Sms dari Arvin ya?" tanya Sarah seraya mengintip ponsel Aya. Dengan gerak cepat, Aya menyembunyikan ponselnya. Menjauhkannya dari jarak pandang Sarah.
"Want to know aja,," timpal Aya dengan nada meledek. Sementara yang diledek malah senyum-seyum sendiri melihat kelakuan Aya.
"Iya deh. Yang lagi naksir berat sama Arvin," balasnya seraya tertawa. Membiarkan Aya kembali menarikan kedua ibu jarinya di atas keypad ponselnya.
'Masih di kelas. Baru kelar kuliah nih. Kenapa, Vin..?'
Aya membereskan barang-barangnya. Memastikan isi tasnya 'aman'. Sementara Sarah menunggu Aya dengan setia.
"Yuk!" ajak Aya sambil merangkul Sarah.
Aya dan Sarah melangkah keluar kelas. Namun baru berjalan beberapa meter, seseorang memanggil Aya. Mereka menoleh bersamaan pada asal suara. Dan mendapati Arvin tersenyum menatap mereka. Atau lebih tepatnya terfokus pada Aya.
"Lho, kok di sini, Vin?" tanya Aya heran setelah Arvin tiba di hadapannya. Arvin menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Sementara Sarah cekikikan melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
Teen FictionSequel dari 'Luka Termanis'. Bagaimana Aya melepas semua perasaannya pada Ditya. Akankah ia bisa atau justru terjerat lebih dalam lagi..? Dan apakah Aya akan mendapatkan seseorang yang akan menggantikan Ditya di hatinya..?