Bab 1

275 5 0
                                    


Bab 1

Saya, Pak Prayit, dan setan hotel tua

(Sekitar tahun 2008)

Pada waktu itu, saya dan desainer perusahaan saya (Pak Prayit), ditugaskan oleh papa saya (Yohan) untuk mengurus suatu urusan pekerjaan di kota Bandung.

Kami berdua menginap di hotel yang berumur cukup tua, di daerah pinggiran kota Bandung.

Selain karena biaya menginapnya cukup murah, hotel tersebut juga memiliki lokasi yang berdekatan dengan beberapa restoran dan kafe, sehingga memudahkan kami berdua untuk mencari tempat makan jika sedang lapar.

Kamar hotel yang kami tempati berada di lantai 3 yang sepi dan agak gelap penerangannya.

Malam itu, saya dan Pak Prayit tertidur dengan pulas.

Kami berdua merasa sangat lelah setelah mengurusi pekerjaan kami seharian penuh.

Sekitar jam 1 pagi, saya dikagetkan oleh suara Pak Prayit yang sedang mengucapkan ayat-ayat doa, sambil tangannya terangkat ke atas dan bergemetaran.

Saya melihat handphone saya.

Masih jam 1 pagi.

Kok Pak Prayit sudah sholat subuh?, kata saya di dalam hati.

Aneh sekali.

"Ah, bodoh amat. Saya masih mengantuk. Tidur lagi saja,ah", kata saya dalam hati lagi.

Saya tertidur kembali.

Satu jam kemudian, saya merasa bagian dada saya sesak sekali.

Seperti ada yang menindih bagian dada saya.

Saya membuka mata saya dan melihat ada sosok perempuan yang berambut panjang, sedang duduk di atas dada saya.

Pakaiannya berwarna merah darah.

Namun, saya tidak bisa melihat wajah sosok perempuan itu dengan jelas.

Wajahnya seperti tertutup kabut yang tebal.

Sosok perempuan itu mencoba mencekik leher saya.

Mata saya membelalak ketakutan.

Saya segera mendorong tubuh sosok perempuan itu menjauh.

Sosok perempuan itu tiba-tiba menghilang di balik tembok kamar hotel itu.

Saya tidak bisa kembali tidur.

Jantung saya masih berdebar-debar.

Saya memutuskan untuk pergi ke dalam kamar mandi dan mencuci wajah saya dengan air dingin.

Detak jantung saya berangsur-angsur mulai kembali normal.

Saya segera kembali berbaring di atas ranjang kamar hotel itu dan mencoba untuk tidur kembali.

Sekitar 1 jam kemudian, saya akhirnya tertidur kembali.

Jam 4 pagi, saya kembali terbangun dari tidur, karena saya mendengar suara Pak Prayit yang berteriak ketakutan.

Saya segera bertanya kepadanya, kenapa kok Ia berteriak ketakutan?

Pak Prayit tidak menjawab dengan suara yang jelas.

Saya hanya mendengar suaranya yang terdengar gemetaran dan ketakutan.

Ia segera berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan berada di dalam sana lama sekali.

Saya memutuskan untuk kembali tidur.

Pagi itu, karena urusan pekerjaan kami berdua yang sangat sibuk, kami berdua tidak saling membahas mengenai kejadian yang kami masing-masing alami kemarin malam dan subuh tadi. Sampai ketika hari sudah mulai sore dan kami berdua sudah kembali ke kamar hotel kami berdua, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Pak Prayit apa yang terjadi kepadanya kemarin malam dan subuh tadi.

Pak Prayit dengan wajah yang terlihat ragu-ragu bercerita bahwa kemarin malam tubuhnya ditusuk-tusuk oleh kuku sosok perempuan yang berambut panjang.

Setelah Ia mengucapkan ayat-ayat doa, sosok perempuan berambut panjang itu akhirnya perlahan-lahan menghilang

(Pak Prayit membuka bajunya dan saya bisa melihat bekas-bekas tusukan-tusukan berwarna merah tua memenuhi seluruh tubuhnya)

Dan, ternyata ketika subuh tadi Ia berteriak ketakutan, itu disebabkan oleh sosok perempuan yang berambut panjang tersebut, menarik-narik celananya dan menggigit-gigit jari kakinya.

(Pak Prayit menunjukkan kepada saya, bekas gigitan berwarna kebiruan di jari-jari kakinya)

Pak Prayit terlihat ketakutan ketika menceritakan apa yang Ia alami kemarin malam dan subuh tadi.

Saya juga menceritakan apa yang saya alami kemarin malam kepada Pak Prayit.

Pak Prayit tidak memberikan komentar apa-apa mengenai cerita saya.

Wajahnya terlihat pucat.

Saya merasa kaget dan kasihan kepada Pak Prayit.

Bagaimana kalau kami berdua diganggui oleh sosok perempuan berambut panjang itu lagi malam ini?

Saya dan Pak Prayit memutuskan untuk pergi ke meja resepsionis dan meminta untuk berpindah kamar hotel.

Setelah saya berdebat cukup lama dengan resepsionis hotel itu, akhirnya kami berdua dipindahkan di kamar hotel yang berada di lantai 2.

Ternyata, ketika saya berdebat dengan resepsionis hotel itu, salah satu tamu hotel yang sedang duduk bersantai di sofa, di dekat meja resepsionis, mencuri dengar bahwa saya malam kemarin menginap di kamar hotel di lantai 3 tersebut.

Tamu hotel itu menghampiri saya dan bercerita bahwa memang kamar hotel di lantai 3 tersebut sangat angker.

Ia juga pernah menginap di kamar hotel itu dan diganggui oleh setan perempuan berambut panjang.

Tamu hotel itu juga memberitahu saya :

Dengar-dengar, tidak tahu benar atau tidaknya, dulu ada PSK yang dibunuh oleh kliennya yang gila, di dalam kamar hotel tersebut. Ia dibunuh dengan cara dicekik sampai habis nafasnya oleh kliennya itu. Mayat PSK itu ditemukan beberapa hari kemudian di dalam kamar hotel itu, dengan kondisi yang sudah membusuk. Kliennya tersebut, tidak pernah ditemukan sampai sekarang. 

00:44 TENGAH MALAM KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang