Bab 3

133 4 0
                                    


Bab 3

Saya dan penunggu hotel tua di Pulau Bali

(Tahun 2019)

Pada waktu itu, saya, istri saya, dan anak pertama saya ; diundang oleh teman baik saya untuk menghadiri pesta pernikahannya di hotel tertua dan tertinggi di pulau Bali.

Teman baik saya ini juga meminta saya dan keluarga untuk menginap di hotel tua ini.

Ia sudah membayar biaya menginap di hotel itu juga selama 2 malam.

Karena merasa sungkan, saya menyetujui permintaannya.

Hotel tua ini terkenal angker dan bangunannya terlihat kurang terawat.

Ada 2 kamar hotel yang khusus disediakan oleh manajemen hotel tersebut, untuk Nyi Roro Kidul dan Bung Karno ; yang tidak boleh ditempati oleh siapapun.

Malam itu, sekitar jam 11 malam, setelah berbincang-bincang bersama teman-teman saya di kafe, di dekat pantai ; saya memutuskan untuk kembali ke dalam kamar hotel saya.

Sebenarnya, saya masih ingin berbincang-bincang lebih lanjut dengan teman-teman saya, karena kami semua sangat jarang sekali bisa berkumpul secara lengkap seperti malam itu.

Namun, saya merasa kasihan dengan anak dan istri saya yang tidur sendirian di dalam kamar hotel itu.

Apalagi, saya tidak bercerita kepada istri saya bahwa hotel yang sedang kita semua tempati ini dengar-dengar sangat angker.

Saya takut nanti istri saya akan merasa ketakutan dan berpikir yang aneh-aneh, selama menginap di hotel tua ini, jika saya bercerita kepadanya mengenai keangkeran hotel ini.

Ketika saya sudah kembali ke dalam kamar hotel saya, istri dan anak saya sudah tertidur lelap.

Saya segera mencuci wajah saya dengan air dan menyikat gigi saya.

Ketika saya melepas lensa kontak saya, tiba-tiba saya melihat ada bayangan perempuan yang bertubuh sangat tinggi sedang berdiri di bagian belakang saya.

Pandangan saya kabur, karena minus mata saya sangat tinggi.

Saya segera memakai kacamata saya dan melihat ke bagian belakang tubuh saya.

Tidak terlihat ada apa-apa disana.

Saya berpikir bahwa mungkin itu hanyalah bayangan atau efek lampu kamar mandi yang remang-remang saja.

Namun, bulu kuduk saya masih berdiri semua.

Pasti ada sesuatu yang tidak beres di dalam kamar ini, kata saya dalam hati.

Saya berusaha tidak menghiraukan perasaan merinding yang saya alami dan segera berjalan menuju ranjang kamar hotel tersebut.

Pengap dan bau apek sekali kamar hotel ini.

Saya membaringkan tubuh saya di atas ranjang dan memakai selimut yang terlihat kuning dan dekil.

Sudah sekitar 2 jam berlalu dan saya masih saja belum bisa tertidur.

Tubuh saya terus merasa merinding dan firasat saya tidak enak.

Saya mendengar ada yang mengetuk-ngetuk jendela kamar hotel itu.

Ketika saya bangkit dari ranjang, suara ketukan-ketukan itu menghilang.

Saya kembali membaringkan tubuh saya di atas ranjang dan memakai selimut dekil itu.

Kedua mata saya sudah terasa berat.

Saya mulai tertidur.

Baru saja saya tertidur selama beberapa menit, saya tiba-tiba mendengar ada suara perempuan yang menggumamkan sesuatu dari arah ujung ranjang.

Saya segera menengok ke arah istri dan anak saya yang sedang tertidur.

Tidak ada suara apapun yang terdengar dari mulut mereka.

Suara dengkuran pun tidak.

Terdengar lagi suara gumaman pelan perempuan di ujung ranjang.

Saya segera bangkit dari ranjang dan melihat ada sosok perempuan yang sedang duduk di ujung ranjang.

Ia menatap wajah saya sambil menggumamkan kata-kata yang tidak bisa saya mengerti.

Suaranya terdengar jauh dan buram.

Wajahnya terlihat buram juga (Atau mungkin ketika itu saya melihat wajahnya dengan jelas, namun karena suatu alasan yang tidak diketahui, saya sudah tidak bisa mengingat wajah sosok perempuan itu seperti apa).

Herannya, saya tidak merasa terlalu ketakutan.

Saya hanya merasa kaget dan merinding saja.

Sosok perempuan itu tetap memandangi wajah saya sambil menggumamkan kata-kata yang terdengar aneh.

Akhirnya, saya mencoba berbicara kepadanya dengan suara yang kecil,

"Kamu jangan ganggu aku. Aku juga nggak akan ganggu kamu. Aku disini untuk menghadiri acara perkawinan teman baikku. Tolong kamu jangan ganggu aku ya".

Sosok perempuan itu mengganggukkan kepalanya yang berambut awut-awutan dan merayap masuk ke dalam kolong ranjang kamar hotel yang pendek sekali itu.

Manusia sekecil apapun, tidak akan muat jika dimasukkan ke dalam kolong ranjang kamar hotel yang pendek sekali itu.

Benar-benar pemandangan yang menakutkan.

Kepala saya tiba-tiba terasa pusing.

Saya memutuskan untuk keluar dari kamar hotel itu sebentar dan berjalan di dekat pantai.

Waktu itu sudah hampir jam 2 pagi.

Ketika saya sedang berjalan di dekat pantai, saya merasa ada yang mengikuti saya dari arah belakang.

Saya menengok ke belakang dan melihat bahwa sosok perempuan yang tadi ada di dalam kamar hotel saya, sedang terbang mengikuti saya.

Setelah beberapa menit, sosok perempuan itu akhirnya berhenti mengikuti saya dan menghilang entah kemana.

Saya memutuskan kembali ke dalam kamar hotel saya setelah rasa pusing di kepala saya sudah mulai menghilang.

Keesokan malamnya, setelah resepsi pernikahan teman baik saya ini sudah selesai, saya dan teman-teman saya (Beserta teman baik saya yang baru saja menikah ini dan ayahnya yang sudah berumur akhir 60an tahun), sedang duduk-duduk di kursi-kursi dekat pinggiran pantai.

Saya menceritakan apa yang saya alami kemarin malam kepada mereka.

Teman baik saya yang baru saja menikah ini terlihat kaget.

Ia memberitahu saya bahwa beberapa hari yang lalu, Ia sudah menyalakan dupa di setiap kamar hotel yang akan ditempati oleh tamu-tamu undangannya.

Ia juga sudah meminta semua penunggu hotel yang tua ini untuk tidak mengganggu tamu-tamu undangannya.

Papa dari teman baik saya ini tiba-tiba berkata,

"Soal e awakmu iku ngganteng. Mbangkakno, akeh setan-setan wedok iku ngantil karo awakmu. Awakmu yo iso nontok mereka. Yo wajar wae nek wingi awakmu diketoki setan wedok iku. Mungkin wae, setan wedok iku kesepian. Njaluk diajak ngomong karo awakmu. Njaluk dikancani. Ora usah takut wes. Dinikmati wae. Laen nek ambek awakku. Elek ngene. Setan-setan gak onok sing gelem ambek awakku." (Soalnya kamu itu tampan. Makanya, banyak setan-setan perempuan yang mengikuti kamu. Kamu juga bisa melihat mereka. Ya wajar saja kalau kemarin kamu melihat setan perempuan itu. Mungkin saja, setan perempuan itu merasa kesepian. Minta diajak ngomong sama kamu. Minta ditemani. Tidak usah takut. Dinikmati saja. Lain kalau sama saya. Saya jelek. Setan-setan tidak ada yang mau dengan saya).

Semua teman-teman saya tertawa terbahak-bahak mendengarkan kata-kata papa teman baik saya ini.

Saya hanya tersenyum kecut mendengar kata-kata papa teman baik saya tersebut.

Untungnya, malam itu, tidak terjadi hal-hal yang menakutkan lagi di dalam kamar hotel itu.

Saya tidak mau menginap di hotel tua itu lagi.

Dibayar berapa pun, saya tidak akan mau.

00:44 TENGAH MALAM KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang