Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"our - memories"
"Gimana? Galeri seninya bagus kan?"
Berjalan berdampingan, mereka berdua terlihat sangat bersinar dengan pakaian yang serasi dan cocok dengan galeri seni.
Aeri mengangguk, tetapi pandangannya tetap terfokus pada setiap lukisan yang dilewatinya.
Handphone milik Soobin berdering, segeralah dia berhenti dan mengangkat telepon dari seseorang.
Sedangkan Aeri tetap berjalan, dia tidak peduli dengan kakaknya. Baginya, lukisan lebih menyenangkan dibandingkan kakaknya.
Tidak lama kemudian, Soobin menepuk pundak Aeri.
Langkah Aeri pun terhenti, lalu mengalihkan pandangannya kepada kakaknya.
"Kenapa?"
Sedikit sulit untuk memberitahu Aeri, "Begini, kakak harus ketemu teman kakak di luar galeri, kamu nggak apa-apa kalo kakak tinggal sebentar?"
Aeri kira itu hal yang serius, ternyata tidak, "Oh ngga apa-apa, Aeri kan bukan anak kecil lagi, lagian juga lukisan lebih menyenangkan daripada kakak" Ledek Aeri.
"Kau ini memang ya! Kakak pergi sebentar, nanti kakak jemput kamu kalau sudah selesai" Soobin menjitak pelan kepala Aeri.
Mengelus pelan kepalanya yang baru saja terkena jitakan dari kakaknya, Aeri tertawa puas karena bisa menjahili kakaknya itu.
Setelah itu, Soobin langsung bergegas menuju keluar Galeri, dia terlihat sangat terburu-buru.
Aeri melanjutkan turnya, ia berjalan perlahan, melewati setiap lukisan yang terpajang di dinding galeri seni.
Tetapi, langkahnya terhenti ketika Aeri melihat sebuah lukisan yang terpajang diujung lorong.
Itu adalah lukisan bunga anyelir yang berwarna merah.
Aeri terus memandangi lukisan itu.
"Kau tahu tidak apa arti dari lukisan ini?"
Terkejut mendengar suara, Aeri refleks menengok kesampingnya, ia baru sadar bahwa ada seseorang disampingnya.
Seseorang dengan kursi roda
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.