Happy reading
Pagi ini adalah awal yang baru untuk Rinjani, ia harus kembali ber-Sekolah dan menjalani rutinitas yang lainnya. Semenjak kejadian itu, Mutia tidak lagi ada di sampingnya, Elvan pun hanya sekedar menyemangatinya lewan chat ataupun telfon.
Keadaan berubah drastis semenjak kepergian Alfin.
Rinjani melewati hari-hari kelamnya ditemani dengan laki-laki yang dulu pernah membatalkan niatnya untuk bunuh diri. Laki-laki itu bernama Varo.
Varo yang selama ini membantunya merakit tangga untuk keluar dari lubang curam yang ada di dalam hatinya, Varo tidak pernah berhenti untuk men-support Rinjani, Varo selalu sabar menghadapi sikap Rinjani yang emosional dan juga sensitif, terimakasih Varo.
Rinjani menuruni anak tangga dengan cepat tanpa adanya senyum yang terukir. Rinjani menghampiri kedua orang tuanya dan juga Varo yang ada di meja makan. Melihat Rinjani yang sudah siap dengan seragam Sekolahnya mereka menghentikan makannya dan bangkit menatap Rinjani dengan tatapan bahagia. Akhirnya!!!
"Morning putri Papah,"
Rena tersenyum haru melihat awal pagi anaknya yang baik. "Sayang, ayo makan nanti kamu telat," kata Bunda.
"Pagi," kata Varo.
"Pagi semuanya," Rinjani bergabung di meja makan. Rasa sesak kembali menyelimuti hatinya. Rinjani sangat merindukan sapaan selamat pagi dari seseorang yang amat ia sayangi.
"Oh ya Rinjani, nanti sore Papah sama Bunda akan ke Surabaya, gapapa ya kami tinggal?" ujar Papah Rinjani.
Rinjani diam. Baru saja ia akan memulai lembaran hidup yang baru merasakan kehangatan dan kasih sayang dari orang tua, tapi kenapa mereka akan kembali pergi?!
"Varo, tolong jaga Rinjani. Om percayakan Rinjani pada kamu."
Varo mengangguk. "Pasti, terimakasih atas kepercayaan, Om."
Nafsu makan Rinjani berkurang, mood nya sedang tidak bagus sekarang. Ia meneguk satu gelas susu lalu beranjak dari duduknya. "Rinjani berangkat Sekolah, udah telat." Ujar Rinjani lalu menyalami kedua orang tuanya diikuti oleh Varo.
Varo tidak menjalankan mobilnya ia menatap Rinjani yang melamun menatap ke jendela. Kehancuran masih terlihat jelas di dalam manik matanya. "Udah siap untuk memulai semuanya?" tanya Varo.
"Ya,"
"Senyum dulu dong," kata Varo.
Rinjani memutar bola matanya dengan malas. "Gue udah telat, lo mau antar gue ke Sekolah gak? Kalo gak gue bisa pesan -"
"Oke kita berangkat sekarang." Potong Varo dengan cepat. Ia segera menghidupkan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.
***
Sesampainya di Sekolah, Varo langsung menjadi pusat perhatian siswa SMA Cakrawala pasalnya Varo yang diketahui murid dari SMA Lentera sekarang memakai seragam Sekolah SMA Cakrawala. Ya, dia memutuskan untuk pindah Sekolah demi bisa selalu mendampingi Rinjani. Ia benar-benar tidak ingin gadis itu berbuat nekat kembali dan jatuh di jurang kehidupan pahitnya.
Sepanjang koridor Rinjani terus menjadi pusat perhatian banyak yang menatapnya dengan tatapan haru ada juga yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Varo menggenggam tangan Rinjani meyakinkan gadis itu agar menghiraukan ucapan-ucapan negatif tentang dirinya.
"Dulu Alfin sekarang anak lentera!!!"
Rinjani menghentikan langkahnya dan melepas genggaman tangan itu."Gue bisa ke Kelas sendiri." Rinjani melanjutkan langkahnya. Varo menatap nanar kepergian Rinjani. Sepertinya ia harus bertindak agar tidak ada lagi yang men-judge Rinjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
365 Hari [SELESAI]
Jugendliteratur"Tentang harapan yang tidak sesuai dengan harapan." Tentang seorang gadis yang bernama Rinjani yang mencoba untuk bangkit dari masa lalunya, mencoba untuk berdamai dengan dirinya sendiri tapi kembali dipatahkan dengan kenyataan pahit yang menerpa hi...