Chapter 5 : Terasingkan (Revisi)

4 2 0
                                    

Happy reading

Sejak hari itu, tidak ada seulas sapa, dari Varo. Laki-laki itu benar-benar meninggalkan Rinjani, dia benar-benar pergi dari kehidupan Rinjani. Di Sekolah pun Rinjani tidak menemukan batang hidungnya, di kantin tidak ada, lapangan basket tidak ada, perpustakaan, rooftop, kelas, juga tidak ada. Apa Varo tidak masuk Sekolah? Pikir Rinjani. Tapi karena apa? Akhh!!! Perasaannya benar-benar gundah sekarang!"

Mutia berjalan mendekati meja kantin yang di duduki Rinjani diikuti kedua antek-anteknya. Mutia terselandung kaki kursi sehingga membuat es yang ada di tangannya menumpahi makanan Rinjani.

Rinjani menatap Mutia. "Apa?" ketus Mutia.

Rinjani menghela nafasnya, ia tidak ingin berdebat dengan Mutia, bagaimana pun dia sahabatnya.  Rinjani bangkit dari duduknya berniat untuk membuang makanannya di tempat sampah tapi kaki Mutia menghalangi langkahnya membuat Rinjani terselandung dan menubruk beberapa meja. Kekacauan terjadi!!! Seluruh makanan yang ada di meja itu kini mengenai Rinjani serta pecahan-pecahan piring dan mangkuk berserakan dimana-mana. Semua orang menatapnya dengan tatapan sinis, jiji layaknya memandang sampah!

Rinjani meringis merasakan sakit pada matanya. "MATA GUE, TOLONG!!!!"

"MUTI, TOLONG!!!"

Tidak ada satupun orang yang menolongnya. Orang-orang yang ada di Kantin malah menertawakannya.

"Kayaknya ada yang kurang deh," kata Mutia. "Girls!!!" Kedua antek-anteknya itu menumpahkan satu ember es batu yang sudah di campur dengan tinta hitam dan juga cabai yang di blender pada Rinjani. Benar-benar keterlaluan!!

"ARGH!!! HENTIKAN!!! PEDIH!!!! TOLONG!!!" pinta Rinjani. Ia ingin pergi dari situ tapi kakinya tercepit meja dan kursi.

"PEMBUNUH EMANG PANTES DIGITUIN!!!" orang-orang yang ada di Kantin melemparkan sisa makanan pada Rinjani seolah-olah Rinjani adalah sampah. Rinjani menangis merasakan sakit yang luar biasa pada matanya juga pada tubuhnya.


Seorang laki-laki berjalan dengan cepat memasuki kerumunan menatap semua orang yang ada di sana dengan tajam. Mereka yang ada di sana langsung diam tak berkutik sedikitpun termasuk Mutia. Laki-laki itu membawa Rinjani yang sedang kesakitan keluar dari lingkaran setan itu. Sebelum laki-laki itu benar-benar membawa Rinjani pergi, laki-laki itu menatap Mutia. "Sekali lagi lo ganggu milik gue, lo akan tau akibatnya!!!"


"Sakit ... siapapun tolong gue ...." Rinjani menangis ia benar-benar kesakitan.

"Zer, urus kekacauan di sini!!! Kasih pelajaran sama iblis itu, sampai dia jera." Tegas Al-Varo lalu membawa Rinjani menjauh dari tempat itu.

"Gue gak sanggup liat lo menderita seperti ini. Maaf Rinjani, gue gagal untuk menjaga lo." Batin Varo.

"Mutia gue kecewa sama lo, bisa-bisanya lo lakuin ini ke sahabat lo sendiri. Gue pikir lo orang yang baik, ternyata lo adalah manusia yang gak punya hati!!!" ujar Zero. Ia sangat-sangat marah pada Mutia yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri.

"Zero, please, dengerin penjelasan gue jangan salah paham."  Zero menyentak telapak tangan Mutia dengan kasar. "Gak perlu ada yang dijelasin lagi. Kalau sampai Elvan tau perbuatan lo, abis lo sama dia!!!"

"Zero, please ...."

"Bersihin semua ini dengan tangan lo sendiri dan jangan ada yang membantunya. Dan kalian yang ada di sini, jangan harap bebas dari hukuman, ingat itu!!!" setelah mengatakan itu Zero pergi menyusul Varo. Semua yang ada di sana berdecak kesal termasuk juga Mutia. Sial!!! Gertakan dari Zero membuat mereka tak punya nyali sekarang. Ketos di lawan!

365 Hari [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang