Chapter 10 : Permintaan (Revisi)

6 1 0
                                    

Happy reading

Setelah pertemuan di club malam itu, Varo selalu membawa Rinjani untuk berkumpul bersama sahabat-sahabatnya. Mereka pun menerima Rinjani dengan baik dan Rinjani pun menerima mereka dengan baik. Rinjani paham sekarang, kenapa tempo hari lalu Varo mengajaknya ke Bandung untuk memulai kehidupan yang baru, ternyata jawabannya adalah ini. Hidupnya perlahan lebih berwarna dan perlahan Rinjani bisa melupakan masa lalunya.

Varo dan Rinjani kini menghabiskan waktunya di taman belakang Rumah sambil melihat pemandangan indah langit malam. "Gimana Bandung?" tanya Varo.

"Bandung penuh warna. Bandung punya ceritanya sendiri dan gue nyaman berada di sini. Thanks, Iqbal. Perlahan, gue bisa keluar dari rasa sakit itu. Berkat lo gue gak merasa sendirian lagi. Gue berhutang budi sama lo." Jujur Rinjani.

Varo tersenyum tipis. "Kalau semisalnya lo dapat kesempatan untuk bertemu Alfin, lo sanggup?"

Rinjani menggeleng. "Mustahil!!! Gue udah ikhlas, Iqbal. Gue udah terima kepergian Alfin." Salsa tersenyum. "Kenapa, sih? Kok tiba-tiba lo ngomong gitu?"

Varo menggeleng rasanya ia semakin tidak yakin. "Nanya aja." Jeda sejenak. "Besok mau ikut ke basecamp  gak? Ada Gina sama anak-anak yang lain juga." Ujar Varo mengalihkan pembicaraan.

"Emang boleh ya gue ikut? Sebenarnya gue merasa gak enak sama temen-temen lo. Kayaknya juga beberapa dari mereka gak suka sama kehadiran gue. Lagian kan, lusa tepat dua Minggu, sesuai kesepakatan awal, gue balik ke Jakarta." Ujar Rinjani. Sebenarnya ia sangat ingin ikut.

"Siapa yang gak suka sama kehadiran lo, Sal? Kalau mereka gak suka sama kehadiran lo, itu sama aja mereka cari masalah sama gue! Lo besok harus ikut! Jakarta? Please, stay in here." Ujar Varo sedikit memohon.

"Iqbal, gue gak mau terus-terusan repotin lo serta keluarga lo di sini." Jujur Rinjani.

Varo menghela nafasnya. "Gue sama sekali gak merasa direpotkan, Sal. Tapi kalo lo mau balik ke Jakarta, biar nanti gue antar. Tapi besok lo harus tetap ikut gue, gue pengin habisin satu hari itu sama lo."

"Harus ke basecamp, ya?" tanya Rinjani lagi.

"Ya, gue udah janji sama mereka."

Rinjani menghela nafasnya. "Kenapa, lo takut sama Rafka?" tanya Varo.

"Iya." Jawab Rinjani spontan. Ia langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

Varo tertawa. Dugaannya ternyata benar. Ia sangat prihatin pada sepupunya yang satu itu, bagaimana mau punya cewek kalau terus seperti ini. "Lo gak perlu takut sama dia, Sal. Rafka emang gitu sikapnya sulit untuk di tebak. Dia spesies manusia yang berbeda, galak memang, tapi aslinya dia baik."

"Seperti lo dong, sikapnya gak bisa di tebak!!!" Sahut Rinjani.

"Eits!! Jangan samain gue sama Rafka. Btw, dia jomblo tuh!!!"

Rinjani mengernyit bingung. "Apa hubungannya sama gue?"

"Kali aja mau ngegebet dia," goda Varo.

"Kalo ngegebet lo aja, gimana?" perkataan Rinjani barusan membuat Iqbal terkejut. Varo gak habis pikir bisa-bisanya Rinjani berkata seperti itu!!!

"Bercanda kali, gue." Rinjani tertawa terbahak-bahak melihat muka Laki-laki dihadapan nya itu sangat terkejut.

Varo menyentil dahi Rinjani. "Lagian gue udah punya pacar kali,"

365 Hari [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang