Part 5

152 9 0
                                    

Yang kasih vote ⭐ saya doakan masuk surga 🤲

Belajar bersama di rumah Ita. Bersama anak kelas XII i yang isinya kalian pasti tahu sendiri bagaiman kelas nomor sembilan paling akhir. Fani yang sedari tadi hanya membolak balikan isi buku entah dibaca atau tidak. Berkumpul di rumah Ita niat untuk belajar malah menjadi kegiatan yang tidak berfaedah saling bercanda. Untung saja hanya lima anak yang ikut. Kalau satu kelas bisa dibilang panti anak hilang pada berkumpul di sini.

"Eh... Kalian nggak ada yang punya cita-cita apa?!" Tanya Fani yang mulai jengah dari tadi hanya dia yang membuka buku untuk belajar.

"Niatlah Fan." Jawab Udin salah satu anak kelas I yang paling receh seantero sekolah.

"Lah terus. Kenapa nggak belajar. Malah bercanda lu pada."

"Masalahnya kita nggak tahu harus belajar apa? Lo tahu sendiri kan keadaan kelas kita gimana? Mau belajar dari mana kalau isinya begini semua?" Tanya Risya yang membuat Fani berpikir keras. Benar juga kata si Risya. Batinnya. Atau gue terima aja tawaran Ryan.

"Lah malah ngelamun nih bocah atu," Ita mulai waspada. Pasalnya Fani ini kelakuan terkadang tidak bisa ketebak.

"Gue tahu. Siapa yang bisa ngajarin kita," Fani lalu meraih ponselnya dan memanggil Ryan yang kemarin menawarkan jasanya.

"Ryan. Lo bisa ke sini?"

"Waalaikumsalam," Jawab Ryan di seberang sana dengan senyum yang mengembang.

"Assalamualaikum," Fani malu langsung nerocos begitu saja. Bisa-bisanya saking semangatnya dia untuk menyenangkan teman-temannya. Sedangkan, Ryan di seberang sana sudah tertawa terbahak-bahak.

"malah ketawa. Nggak jadi deh," Fani hampir memutuskan sambungan.

"Iya. Kenapa putri cuek?" Fani berdesis tak suka.

"Gini tawaran loe pas kemarin di tokoh buku masih berlaku nggak buat jadi guru privat?"

"Masih donk. Kenapa emang?" Ryan mulai bersemangat. Akhirnya masa ini datang juga.

"Lo bisa ke sini nggak? Buat ngajarin gitu."

"Bisa."

"Ya udah. Cepetan ke sini. Gue tunggu."

"Siap calon murid," Ryan tak kalah senangnya ia bisa berdua bersama Fani meskipun hanya kerja kelompok.

"Gimana Fan?" Tanya Ita ingin tahu.

"Iya. Ryan nya mau. Sebentar lagi dia ke sini."

"Emang dia tahu alamat rumah gue?"

"Udah gue kirim alamatnya."

Semua yang ada di rumah Ita terlampau senang. Akhirnya hari libur berkumpul di rumah Ita yang awalnya kegiatan tak berfaedah menjadi berfaedah.

Ryan tak bisa berkomentar, ia lemas seketika. ternyata ini rumah Ita dan kagetnya banyak sekali anak kelas I yang berkumpul. Tadi seharusnya hanya lima. Namun, Ita menghubungi grup chat mereka

[Teman-teman kalau ada yang ingin belajar dapat guru gratis ke rumah gue sekarang ya]

Begitulah isi pesan chat grup. Hampir setengah penghuni kelas I yang datang. Ryan yang merasa ogah-ogahan seharusnya, Fani lalu menghampirinya.

"Ryan. Maaf ya... Banyak temen-temen. Nggak papa kan?" Demi apa coba melihat senyum Fani langsung meleleh.

"Iya. Nggak papa. Ayo dimulai belajarnya," ajak Ryan setengah gugup.

Belajar bersama dimulai dengan guru Pak Ryan membawakan mata pelajaran Matematika. Semua mendengarkan tak terkecuali Fani. Banyak yang menanyakan tanya jawab dan dengan lihai Ryan bisa menjawabnya. Maklumlah dia termasuk siswa cerdas di sekolah namun masih di bawah Farel. Ryan sering bertanding dengan Farel jika terkait dengan rangking. Tak ada yang tahu banyak jika sebenarnya keduanya adalah saudara sepupu dari ayah Ryan dan ibu Farel. Hanya Fani dan sahabatnya Ita yang mengetahuinya. Bukan untuk menutupi. Ada hal lain yang membuat mereka berdua tidak akur.

Chasing Shamelessly (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang