BAB 13

155 7 0
                                    

Yang vote⭐ saya doakan masuk surga 🤲

Rutinitas setiap pagi, mandi siap-siap sekolah. Fani membereskan tempat tidurnya agar terlihat rapi, kalau di rumahnya ia bisa seenak jidat tetapi ini rumah orang jadi kebersihan harus dijaga.

bangun tidur kuterus mandi

tidak lupa menggosok gigi

habis mandi kutolong ibu

membersihkan tempat tidurku.

"Eh bocil!"

"Astaghfirullah!" Fani kaget melihat Farel yang sudah berdiri bersandar di pintu kamarnya untung saja ia sudah memakai baju lengkap hanya rambut basah yang masih ia tutupi handuk.

"Kenapa berdiri di kamar orang lain!" teriak Fani untuk pertama kalinya di depan Farel.

"Rumah gue. Terserah gue," Fani bedecik kesal mendengar penuturan Farel. Berhenti bilang RUMAH GUE. Fani faham sangat kalau dirinya hanya numpang di sini.

"Mama nungguin di ruang makan. Cepetan. Ribet banget jadi cewek," ujarnya pergi ke ruang makan.

"Ribet apaan sih! Pagi-pagi udah bikin kesel," sungut Fani segera menyelesaikan rutinitas paginya, setelah itu ia harus sarapan guna menambah stamina agar bisa menghadapi segala rintangan yang ada. Fani bahkan heran. Farel itu mirip banget seperti Bunglon. Gampang banget berubahnya. Baru kemarin imut banget jadi, adem lihatnya. Lah, sekarang sudah berubah jadi seerem lagi. Power ranger kali dia.

"Pagi tante," sekilas menatap Farel dengan sinis tengah melahap roti selai coklatnya. Farel yang ditatap sedemikian rupa, berpura -pura tidak tahu. Baginya gadis dihadapannya adalah ABG 'Anak Baru Gede' makanya tingkahnya aneh. Besok juga ngejar ngejar lagi. Dengan percaya dirinya, Farel beranggapan seperti itu. Ya, dirinya memang selalu percaya diri atau lebih ke bentuk tinggi rasa.

"Pagi sayang," sapa Rika. Nasi goreng, susu, roti selai sudah tersaji di meja. Fani duduk di tempat yang sudah tersaji roti selai strawberry kesukaannya. Melahapnya, ketika ia melirik ke arah Farel ia terkejut bukan main. Farel menatapnya seperti ingin mencekiknya. Sampai Fani terbatuk-batuk dibuatnya.

"Kenapa Fan?" tanya Rika melihat Fani yang tiba tiba tersedak makanan. Sang bibi menyodorkan minuman.

"Terima kasih Bi," meneguk air itu hingga tandas. Tenggorokannya bahkan masih ada kunyahan roti yang tertinggal.

"Nggak papa tante," Rika mengelus punggung Fani. Ini semua gara-gara Farel. Laki-laki itu lama-lama menyebalkan. Fani kaget bukan main, ia enak-enak makan dan Farel tiba tiba menatapnya seperti ingin memakannya hidup hidup. Ia langsung menundukkan kepala sembari menghabiskan roti yang tinggal satu lahapan dan meneguk susu vanilla sampai habis tak tersisa. Mungkin sesudah ini perutnya akan kembung akibat kebanyakan kemasukan air.

"Pelan-pelan Fan," Rika menepuk perlahan punggung Fani.

"Makasih tante," Rita mengelus kepala Fani sembari mengangguk dan tersenyum. Farel yang melihat pemandangan itu. Terlihat jelas mamanya sepertinya sangat menyayangi Fani layaknya anak perempuan kesayangannya.

"Hari ini mama pergi ke Bandung. Mau melihat perkembangan Kafe. Jadi, kalian di rumah sama Bi Inna."

"Hah!" Bagaimana ini, Fani benar-benar akan serumah dengan Farel. Fani menatap Farel, yang berekspresi biasa saja ditinggal mamanya pergi. Yaiyalah tenang sudah besar, haruskah menangis, atau mewek. Tidak mungkin.

"Cuman sehari kok sayang. Besok pagi juga pulang," Fani mengelus dada, ada rasa tenang di sana. Hanya satu malam saja dan itu tidak buruk. Mereka berduapun berpamitan berangkat sekolah. Mencium punggung tangan Rika dengan khidmat.

Chasing Shamelessly (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang