Part 1

492 29 4
                                    

Yang beri vote saya doakan masuk surga 😇

Cinta. Entah sejak kapan kata itu bersemayam di hati Fani. Seakan ia sudah menetapkan kalau lelaki itu dicap menjadi menjadi jodoh masa depannya. Seketika itu statusnya menjadi cenayang. Meramal seenak jidatnya.

Cinta. Fani sudah bertekad akan mengejar Farel jodoh masa depannya itu. Meskipun rintangan angin menghadang di depan mata. Ia tidak akan menyerah.

Cinta. Inilah kisahnya bersama lelaki bak sedingin es itu. Fani tidak tahu bagaimana awal kisahnya. Yang jelas pagi yang selalu sama itu selalu sama.

Bangun pagi adalah rutinitas yang harus dilakukan setiap hari. Bagun pagi juga bisa melancarkan Rizki. Ketika di kampung sinyal bangun pagi bisa kita dengar melalui ayam jantan berkokok. Berbeda dengan kehidupan hiruk-pikuk Kota Jakarta yang bahkan untuk mencapai berpuluh kilometer, kita tidak akan mendengar kokokan seekor ayam apalagi melihatnya. Mungkin iya ada. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bisa dijangkau di Kota besar ini.

Ya! Itu adalah masalah bangun pagi yang ditimpa oleh Fani. Gadis yang bahkan membuat Kirana alias Bundanya dibuat setiap hari mumet memikirkan masa depan anaknya.

"Fani!"

Setelah subuh gadis itu tidur kembali. Membuat sang Bunda berteriak layaknya lonceng membuat gendang telinganya sakit, sesakit banyaknya bisul ditelinga. Meskipun seperti itu, tidak mempan untuk Fani. Tidurnya terlalu pulas dengan mimpi indahnya.

"Astaghfirullah. Ini bocah!" Bunda Kirana menyingkap kasar selimut itu.

"Farel...," Fani mulai mengigau. Kirana geleng-geleng kepala. Meskipun Fani anak tunggal tidak ada kata manja buat Kirana. Ia harus mendidik Fani agar menjadi anak yang tidak bergantung pada orang lain karena sikap manjanya. Semua kerja kerasnya terbayar, Fani termasuk orang yang tidak pernah bergantung pada orang lain dan sikap pantang menyerah, serta selalu ceria patut di contoh bukan? Namun, kekurangannya adalah ia siswa terlemot sejagat raya. Nilai selalu bulat sempurna. Sekali dapat nilai tinggi paling besar 75, itupun pelajaran agama. Entah yang lain tidak tahu akan di bawa ke mana nasib Bangsa Indonesia yang mempunyai anak bangsa seperti dirinya.

"Fani. Bangun! Sekolah! Sudah jam setengah tujuh," seketika itu Fani terlonjak dari tidurnya.

"APA! Kenapa bunda nggak bangunin aku," Fani langsung lompat dari ranjang. Berlari ke kamar mandi. Sepertinya ia akan mandi secepat kilat alias mandinya kucing.

Kirana tidak heran dengan keteledoran Fani. Pertanyaannya, dulu ia hamil Fani nyidam apa? Pikirnya. Meskipun seperti itu ia tetap mencintai anak semata wayangnya.

Kirana dan Raka sudah di meja makan. Sedangkan putri mereka berlari tergopoh-gopoh menuju ruang makan, setelah itu duduk langsung mencomot roti dan meminum susu sekaligus ia teguk habis sempurna.

"Pelan-pelan Fani," tegur bunda.

"Ayah. Ayo yah... Aku telat nih," Sang ayah yang memang dasarnya golongan orang santuy menatap anak perempuannya dengan senyuman. Menurutnya ini hiburan di pagi hari.

"Makanya. Bangun pagi," ledek Ayah. Fani makin cemberut.

Kirana membetulkan dasi suaminya. Untuk para jomblo tolong jangan BAPER. Khususnya Fani.

"Etdda... Malah ada acara mesra-mesraan di pagi hari."

Fani belum diperbolehkan mengendarai motor atau bahkan mobil sendiri. Maklum Fani ini tipe perempuan bar-bar yang jika dibiarkan sedikit saja bisa berabe. Setelah Fani berpamitan dengan bundanya, barulah ia masuk ke mobil. Sesampainya di depan gerbang Fani langsung turun begitu saja. Sebelum itu,...

Chasing Shamelessly (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang