Part 7

119 8 1
                                    

Yang kasih vote ⭐ saya doakan masuk surga 🤲

Fani pergi ke rumah Farel. Hari ini adalah ulang tahunnya. Pagi-pagi buta Fani membuat kue hasil belajar dari Tante Rika. Ia memang tak pandai apapun, namun kalau urusan masak dan menghafal bumbu, ia akui cukup berbakat. Di dalam angkot dengan memangku kotak yang berisi kue ultah berukuran kecil itu. Fani bahkan berkali-kali membuka kotak kue itu. Rasa tidak sabar ingin mengetahui reaksi Farel. Semoga lelaki itu menyukainya. Semoga.

"Makasih bang," sembari menyodorkan ongkos naik angkot kepada sopir. Ya kali Fani kasih ke tukang jagal yang ada di sebelahnya. Bicara tukang jagal Fani tadi duduk sebelahan sama bapak-bapak bawa golok. Entah untuk apa? Fani membayangkan jika ia akan di culik habis itu kepalanya di penggal untuk penyangga jembatan. Seperti berita viral alias hoax yang dibicarakan anak-anak komplek rumahnya. Sepanjang perjalanan dari tadi Fani bersholawat, eh ternyata tidak terjadi apa-apa.

Sudah Su'udzon Baek lu Fan.

Emang kalau cerita atau kumpul sama anak-anak komplek yang ada ngayal Mulu. Habisnya yang diceritain berita yang tidak tahu asal muasalnya dari mana. Kan Fani yang polos ini percaya saja. Setibanya di kediaman Farel. Ia memencet bel dan tak lupa ucapkan salam. Bukan salam perpisahan. Mana bisa Fani berpisah dengan tuang rumah ini, yang ada ia akan menjadi putri tidur dan tidak tahu kapan pangeran datang membangunkannya. #Lagi_ngayal

"Assalamualaikum. Bi. Farel-nya ada?" tanya Fani yang disambut sopan oleh ART.

"Mmm," Fani sedikit heran kenapa jawabnya lama banget. Bahkan gelagat sang bibi sungguh mencurigakan.

"Nggak ada di rumah non," jawabnya bohong. Sebenarnya Farel ada di rumah. Melihat Fani yang membuka gerbang ia langsung cepat-cepat bersembunyi dan meminta tolong pada bibi untuk bilang kalau ia tidak ada di rumah.

"Kalau Tante bi?"

"Nggak ada juga non," kalau jawaban ini baru benar.

"Emang pada ke mana semua Bi?"

"Nyonya lagi ke luar Kota bersama Tuan. Kalau Den Farel,..."

Waduh. Malah belum kasih tahu mau ke mana! Batin Farel yang berada di balik pintu.

"Ya udah deh Bi. Ini buat Farel. Tapi, kalau Farel nggak mau. Buat bibi aja ya. Pokoknya jangan dibuang. Capek buatnya," ujar Fani lesu.

"Baik non. Emang isinya apa non? Kok Sampek Den Farel nggak mau. Pasti maulah non," Fani hanya tersenyum kecut.

Bibi aja nggak tahu. Tiap hari aku kasih bekal selalu dibuang sama Farel. Dipikir-pikir kenapa ia seperti nggak punya harga dirinya ya???! Padahal dia sudah bertekad ingin menyerah.

"Pokoknya gitulah Bi. Fani pamit pulang ya Bi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya non." Fani mengangguk dan pergi dari kediaman Farel dengan lesu. Gagal deh modus. Gumamnya dalam perjalanan pulang. Fani berbalik dan ia mendapati motor Farel terparkir rapi di sebelah.

Sepertinya habis cuci motor.

Fani menghela nafas, pelan. Ia meneruskan perjalannya. Sepertinya ia tahu jawaban kenapa Bibi tidak tahu Farel ke mana tadi karena memang lelaki itu tidak ke mana-mana.

"Segitunya Farel menghindar. Padahal niat aku kan baik," gerutu Fani bermonolog sendiri di jalan untung sepi, kalau tidak dikira orang gila bicara sendiri.

"Fani," panggil seseorang dari dalam mobil. Dia Laras. Gadis paling populer di sekolah. Cantik dan berbakat. Jika di sandingkan dengan dirinya, ia merasa tidak ada apa-apanya. Ditambah lagi Fani harus menjauhi gadis yang bernama Laras ini. Demi kesehatan hati dan jiwanya.

Chasing Shamelessly (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang