part 6

149 10 0
                                    

Yang kasih vote ⭐ saya doakan masuk surga 🤲

Tiba saatnya Penilaian Tengah Semester dengan persaingan ketat setiap kelas dan tentu saja kelas A yang paling unggul dari kelas -kelas lain. Di sekolah ini jika nilai tertinggi entah PTS atau PAS bahkan kenaikan kelas sekalipun akan mendapatkan penghargaan berupa piagam atau piala di kelasnya. Kelas paling banyak prestasinya adalah kelas A yang membuat iri. Berbeda dengan olah raga kelas I yang paling unggul dari kelas lain. Tidak lain dan tidak bukan kelas yang terdapat manusia paling aneh seantero sekolah yaitu Fani.

"Dapat berapa nilai loe?" Tanya Ita kepada Fani yang sudah menggenggam lembar hasil PAS Minggu lalu. Dari raut wajah gadis itu, Ita sudah menduga tak sesuai dengan harapan.

Fani menyodorkan lembar PAS ke Ita. Tak tanggung-tanggung langsung di wajah Ita.

"B*set. Nih orang. Muka gue di kasih kertas. Lihat ya lihat. Tapi GK gini juga." Fani malah nyengir kuda.

"Tujuh puluh lima. Lumayan Fan. Mentok KKM."

"Iya," ujarnya senang. Perkembangan tak sia-sia ia privat gratis. Sepertinya ia harus mentraktir Ryan.

"Gue ikut seneng."

"Kalau loe berapa?" Ita mengangkat lembar hasil PAS dengan mimik bahagia.

"90. Wih...." Emang ya... Fani tuh kalau nilainya kecil paling terkecil dari pada teman sekelasnya meskipun mentok KKM. Nasib ya Nasib. Apa emang otaknya udah butek gegara mikirin Farel terus. Padahal jika nilainya paling tinggi di kelas, Fani sudah nadzar akan mentraktir Ryan. Ternyata oh ternyata!

Fani cemberut. Kurang ajar banget Ryan. Nggak jadi traktiran deh. Kalau nilainya masih sama kecilnya dari pada teman-temannya. Ita yang melihat ekspresi sahabatnya tertawa.

"Terus aja loe ketawa di atas penderitaan gue."

"Kwkwkwk..."

Lah masih diterusin ketawanya nih orang atu.

--*--

Clingak clinguk di depan kelas A sudah menjadi rutinitas wajib Fani sesudah sekolah. Namun, berbeda dengan hari ini dengan meksud berbeda. Bukan untuk mencari Sang pujaan hati, jiwa, raga nya tetapi untuk mencari Ryan guna untuk mentraktir dan membalas Budi karena membantunya mendapatkan nilai tinggi meskipun mentok KKM.

"Ryan," panggil Fani sembari melambaikan tangan dengan ekspresif. ketika melihat Ryan keluar dari kelasnya. Ia menghampiri lelaki itu yang masih terbengong bengong di tempatnya.

Mimpi apa gue semalam dicariin Fani. Biasanya aja udah ngecengin Farel.

Fani mendekat dengan senyum manisnya yang membuat meleleh semua orang, kecuali si kunyuk Farel yang tidak akan meleleh malah semakin beku seperti es kutub selatan.

"I..iya Fan. Ada apa?"

"Ayo ikut gue," langsung menarik tangan Ryan sedangkan Ryan hanya diam mengikuti langkah Fani.

"Sepertinya Fani deket banget ya sama Ryan," Laras memecah lamunan Farel yang sedari tadi melihat interaksi Fani dan Ryan.

"Tumben juga. Fani nggak nyariin loe Farel," Laras gadis itu masih melanjutkan kalimatnya meskipun sedari tadi tidak dihiraukan Farel.

"B aja," jawab Farel lirih, kentara sekali terdapat nada tidak suka di sana. Meninggalkan Laras yang masih di depan kelas.

Gue tahu loe sebenarnya tertarik sama Fani, Rel

--*--

Entah apa yang pantas menggambarkan perasaan Ryan saat ini. Sederhana tetapi membuatnya bahagia setengah mati.

Chasing Shamelessly (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang