Prolog

90 24 6
                                    

"Kalau aku gak ada kan masih ada Tama, Na."

Akhirnya aku mendapatkan jawaban dari pertanyaanku selama ini. Beberapa hari lalu, sikap Devara mulai berubah seperti orang asing. Seperti bukan Devara yang Luna kenal. Dan benar, Tama adalah alasan utama mengapa dia menjauh dariku.

Berhari-hari kepalaku diisi dengan pertanyaan

Kenapa dia menjauh dariku?

Apa yang salah dariku?

Sesalah itukah aku sampai dia berubah sedrastis ini?

Ahh- seharusnya aku tidak perlu memikirkan itu, toh aku bukan siapa-siapa untuk dia. Kalau dia memang ingin pergi, seharusnya aku tidak perlu menahannya dengan menanyakan hal-hal yang tidak seharusnya aku tanyakan padanya.

Tapi- aku butuh jawaban dari semua pertanyaanku. Dan jawabannya cuma ada di dia.

"Maksudnya yaudah cukup aja gitu," Devara menghela napas, "Aku gamau ganggu kalian."

Jawaban yang ia lontarkan, entah kenapa membuat hatiku sakit. Aku maunya Devara bukan Tama. Harusnya dia tau kalau yang aku mau ya cuma dia, bukan yang lain. Berulang kali aku meyakinkannya, dan berulang kali juga dia melontarkan kata-kata yang berisi tentang ke'mundur'annya.

"Aku gak mau sebenernya tapi yaudahlah gitu."

"Kalau kamu gak mau kenapa kamu lakuin itu?" Luna bertanya-tanya.

"Aku gak tau juga kedepannya bakal kaya gimana, Na. Jalanin aja dulu."

Ya, sepertinya memang itu adalah jawaban yang terbaik saat ini untuk aku dan dia.

***
Annyeonghaseyo!

Salam kenal semua!

Gimana nih prolognya? aku harap kalian bakal suka sama cerita yang aku bikin ini ya.

Aku harap kalian juga bakal meninggalkan kesan yang baik buat aku.

Jangan lupa Vote, Comment, dan Share cerita ini ke temen-temen kalian yang lain ya❣️

Bertahan sampe akhir sama aku yaa disini <3

Annyeong!

LunaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang