02. Permulaan

39 12 6
                                    

Kamu terlalu menyepelekan hal kecil 
hingga lupa bahwa
kekecewaan yang didapatkan 
membuatnya bisa pergi
kapan saja.

***

Luna Aura Serena, itu namaku. Nama 'Luna' diberikan oleh nenekku. Luna berasal dari bahasa latin yang artinya Bulan. Nenekku amat menyukai bulan dan kebetulan aku lahir saat bulan sedang berbentuk sempurna. Bisa kalian bayangkan betapa bahagianya nenekku saat melihat cucu pertamanya lahir ke muka bumi ini di sambut dengan bulan penuh.

Aku tumbuh dengan penuh kasih sayang dari orang tua dan keluargaku. Bagaimana tidak, aku adalah cucu pertama dari kedua keluarga orang tuaku. Jika kalian berpikir aku dimanjakan oleh kedua orang tuaku, tentu saja tidak. Sejak umur 2 tahun, kedua orang tuaku bekerja dan aku dititipkan pada nenek dari ayahku, kebetulan aku satu rumah dengan keluarga dari ayahku. Semua kegiatan yang berkaitan tentangku selalu nenekku yang mengurus.

Saat umurku 6 tahun, aku harus melakukan berobat jalan di beberapa rumah sakit karena penyakit yang dideritaku, dan itu pun nenekku yang mengurus segalanya. Aku aktif dalam melakukan kegiatan perlombaan, dan yang menemaniku tentu saja nenekku. Sampai akhirnya nenekku harus pergi untuk selama-lamanya dari bumi ini. Nenekku memang pergi dari bumi ini, tapi tidak dari hatiku. Nenekku menjadi bintang yang paling terang di langit, menemani bulan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Saat ini aku sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja berumur 19 tahun yang sebentar lagi akan melaksanakan sidang untuk penentuan lulus atau tidaknya dari sekolah. Tersisa satu bulan untuk membuat laporan akhir, aku terlalu banyak menghabiskan waktu berleha-leha di bulan-bulan lalu hingga tak terasa tinggal 1 bulan lagi waktu yang tersisa untukku menyelesaikan laporan akhir. Cukup menguras tenaga memikirkan hal ini, karena aku belum melakukan beberapa praktikum dan aku belum memaksimalkan bimbingan dengan pembimbingku.

Deva: Luna udah bab berapa?

Luna: Lagi di bab 4.

Luna: Tapi bab 3 juga belum selesai sih sebenernya.

Deva: Udah lagi ya.

Luna: Takut ga sempet bimbingan.

Luna: Deva lagi di rumah Dani ya?

Tak kusangka Deva akan mengirimku pesan singkat. Wajar memang menanyakan hal itu, tapi aku tak biasa jika dia yang mengirimiku pesan singkat, karena ini kali pertama dia bertanya hal-hal dasar seperti itu. Dan entah kenapa aku menanyakan hal yang sebenarnya tidak perlu untukku pertanyakan.

Aku sempat membuka aplikasi bernama 'Zenly', aplikasi pengintip lokasi real time. Niatku membuka zenly adalah untuk melihat posisi keberadaan Ruri. Tak sengaja aku melihat posisi Deva yang sedang berada di rumah Dani.

Deva: Tau dari mana? Kamu dukun ya?

Luna: Bukanlah, tau deh pokoknya.

Deva: Dari siapa?

Luna: Aku tau sendiri, Dev.

Deva: Kok bisa gitu? Terus bener lagi.

Luna: Librakan intel.

Dani Althaf Shahbaz, laki-laki yang khas dengan rambut kribonya. Rambutnya bisa menyembunyikan banyak barang loh. Dia juga orang yang ramah dan mudah bergaul dengan yang lain, dia juga suka melontarkan lawakan di kelas.

LunaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang