Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan mengganti pakaianku dengan setelan tidur. Besok sudah hari Senin, hari terakhir sidang dilaksanakan. Seperti sebelumnya, aku harus datang lebih pagi ke basecamp. Tidak hanya diriku yang datang ke basecamp, Raihan juga dapat bagian berjaga di basecamp. Sedangkan Ariani, Mustika, dan Wira dapat bagian bertanggung jawab di sekolah.
Ruri: Aku sebenernya pengen liat kamu sidang kaya gimana. Tapi nanti kalau ada aku disana kamu malah jadi ga fokus hahaha.
Luna: Aku ada video waktu aku sidang, di videoin sama Bunda Dayyan. Nanti aku kirim ke kamu ya.
Ruri: Terima kasih.
Luna: Maaf ya sayang.
Ruri: Gapapa, Sayang. Aku ngerti kok. Ga usah minta maaf ah.
Luna: Sayang terus yang ngertiin aku, maaf. Egois banget kayanya aku ini.
Ruri: Emang kamu harus mendahulukan yang penting dulu, Sayang.
Luna: Iya, Sayang.
Aku tahu pasti, kalau alasan yang sebenarnya kenapa ia tak datang di acara sidangku adalah karena dia malu. Ia malu karena banyak teman-teman sekelasku disana. Setiap aku berusaha mengajaknya untuk ikut bermain atau bergabung bersama teman-temanku, Ruri selalu menolak karena ia malu dan sulit beradaptasi. Sebenarnya aku tidak masalah dengan hal itu, tapi yang membuatku kesal adalah ia tidak pernah mau mencoba. Sulit untuknya keluar dari zona nyamannya.Tapi aku...
Aku selalu mencoba untuk menyesuaikan segalanya. Aku selalu mencoba berbaur saat bersama teman-temannya walau aku lebih banyak didiamkan olehnya. Bahkan saat aku sedang ikut berkumpul bersama teman sekelasnya, yang biasa mengajak aku mengobrol atau berinteraksi adalah temannya, namanya Wildhan. Wildhan selalu mengajakku mengobrol, menawarkan makanan atau minuman untukku.
TING!
Satu notifikasi muncul diponselku.
Ternyata pesan masuk dari Devara.
Devara: Lunaaa, aku belum bilang makasih, lupaa. Makasih banyak Luna udah bantuin laporan Deva sampe beres, makasih juga Luna udah bantuin Deva kemarin sidang, maaf kalau Deva suka tiba-tiba minta tolong malem-malem terus ngerepotin Luna hehe. Maaf Deva cuma bisa ngasih cemilan kecil, tapi itu tanda terima kasih Deva ke Lunaa. Semoga kedepannya temenan terus yaak jangan takut ini itu okee. Pokonya makasih bangett!!!
Aku benar-benar terkejut mendapatkan dan membaca pesan dari Devara. Berulang kali aku membacanya, kata-katanya tentu saja tidak akan berubah walaupun aku membacanya berulang kali. Untuk pertamakalinya aku mendapatkan ucapan terima kasih atas hal-hal yang menurutku tak seberapa, bantuan yang aku berikan padanya tak begitu besar menurutku. Pertama kalinya aku mendapatkan apresiasi seperti ini dari seorang teman.
Bahkan aku perlu waktu untuk membalasnya, aku membacanya berulang kali lagi. Hingga akhirnya aku... menangis. Aku menangis membaca pesan yang Devara kirim. Aku sangat senang tentu saja, saking senangnya aku jadi menangis.
Luna: Terus we bilang makasih.
Luna: Padahal jujur banget aku pribadi ga ngerasa ngebantu banyak, karena waktu ngerjain laporan juga aku kan kerjain laporan aku juga gitu, makannya agak bingung kalau dibilang bantu banyak haha. Pokoknya mah jangan takut minta tolong sama Luna, kalau butuh mah chat aja atuh gapapa. Meni gapapa atuh, Dev. Aku yang harusnya makasih banyak udah inget gitu sama Luna padahal mah Luna teh ya 'secuil' aja gitu dihidup kalian teh. Makasih juga udah bikin Luna ngerasa makin bersyukur, makasih karena udah bikin Luna bertahan sampai sejauh ini, makasih udah bikin Luna ngerasa berguna. Intinya sih makasih aja buat semuanya akhir-akhir ini. Iyaa atuhh, ya kalii ga temenan hahaaaa, tapi jujur sempet overthinking tentang setelah sidang bakal kaya gimana, 'karena awal deket gitunya pas ngurusin laporan, sidangnya kan udahh yaa mau ngapain lagi' gitu sihh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunara
Teen FictionLuna Aura Serena, perempuan berumur 19 tahun berparas cantik dengan tubuhnya yang mungil itu sedang mengalami patah hati. Hubungan luna dan kekasihnya yaitu Ruri Narendra, harus berakhir di tahun ke 3. Betapa hancur hatinya saat ini. Tapi, tanpa dis...