Kini jingga di langit itu telah berubah menjadi gelap. Dengan hamparan bintang yang terbentang di sana, serta bulan yang sedang berbentuk sempurna itu bersinar dengan sangat cantik membuat langit malam ini semakin terlihat sempurna.
Dan aku masih berada di Rumah Dayyan.
Pada awalnya, aku akan pulang. Tapi aku mengurungkan niatku karena Devara. Kalau saat itu Devara tidak bertanya padaku "Kamu masih lama disini, Na? Kalau masih, aku nanti balik lagi kesini." mungkin saat ini aku sudah asik bercengkrama dengan tempat tidurku.
***
Selepas Devara pulang, aku dan yang lainnya kembali masuk ke Kamar Dayyan.
"Eh, si Devara teh balik deui teu?" tanya Dayyan.
"Teuing tah. Kesini lagi ga, Na?" tanya Nayra padaku.
"Katanya mah kesini lagi, tapi ga tau juga." jawabku.
Kami pun kembali berbincang-bincang tentang segala hal yang bisa kami bahas saat itu. Dari mulai masa lalu, kejadian sidang kemarin, kekhawatiran tentang revisi, dan masih banyak lagi. Akhir-akhir ini, percakapan seperti ini sangat aku tunggu. Karena aku jadi lebih tau lebih banyak tentang mereka, teman-teman kelasku. Aku pun jadi lebih mengenal karakter mereka lebih dalam.
***
Tiga tahun yang lalu, aku selalu sibuk dengan dunia di luar kelasku. Di mulai dari mengurus organisasi di SMP, ikut organisasi di sekolah, mengembangkan bisnis -walaupun tidak berlanjut pada akhirnya-, sampai aku sibuk dengan Ruri.
Aku selalu merasa kurang akrab dengan teman-teman kelasku, kecuali dengan Tama tentunya. Dia satu-satunya teman yang selalu ada untukku dari awal aku satu kelas dengannya. Ariani dan Mustika juga dekat denganku karena kita sama-sama sibuk di luar kelas, organisasi kami masing-masing. Kami sering bertemu di ruangan organisasi atau biasa kita sebut dengan sekre.
***
Devara: Aku baru sampe rumah. Kamu masih di Dayyan?
Luna: Masih, Dev. Masih pada disini yang lain juga. Tadi pada nanya kamu jadi balik lagi kesini apa engga?
Devara: Kamu masih lama ga disananya?
Pertanyaan yang sama ia ulang kembali.
Luna: Aku sih santai sebenernya.
Devara: Ya udah, abis sholat aku otw kesana ya.
Luna: Iya boleh, hati-hati aja.
Devara: Oke, tunggu ya.
***
"Udah di mana cenah si Devara teh?" Nayra yang sedari tadi memperhatikanku karena aku asik dengan ponselku langsung bertanya.
"Lagi di jalan kayanya mah."
Padahalkan bisa chat Devara aja sendiri, kenapa harus nanya sama aku.
"Bener weh si eta mah balik deui." tanggap Nayra.
"Lumayan jauh da ka dieu teh nya?" tanya Catra.
"Jauh atuh lumayan. Aya satengah jam mah." jawab Nayra.
"Tapi si Deva mah mun mawa motor ngebut siah lumayan." ucap Aydan.
"Bae atuh, Dan. Sugan weh rek balapan mereun." kalimat Wafi membuat kami tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunara
Teen FictionLuna Aura Serena, perempuan berumur 19 tahun berparas cantik dengan tubuhnya yang mungil itu sedang mengalami patah hati. Hubungan luna dan kekasihnya yaitu Ruri Narendra, harus berakhir di tahun ke 3. Betapa hancur hatinya saat ini. Tapi, tanpa dis...