5- The Woman and The Man Met 'Again'

414 63 19
                                    

(DISCLAIMER : All the topic and character development on this story based on fictional character. Neither of them was a fact. ITS A FANFICTION. So please be a wise-reader, Thank you!~*)


*Ye-Jin's POV*
"NAEE?! TEMANMU?!"

Aku masih terbelalak dengan fakta yang Jae berikan melalui telfon. Dia berteman dengan CEO-ku? Tidak. Dia merekomendasikanku pada CEO?!

"Ya. Je-Hoon. Kau tidak ingat dia? Aku memang jarang menceritakan soal dia. Tapi, aku yakin beberapa kali aku menyebut namanya ketika menceritakan soal masa awal kerjaku di perusahaan yang dulu" jelas Jae

Pantas saja aku merasa tak asing dengan namanya.

"Tunggu. Berarti bisa saja dia menerimaku hanya karena kau adalah temannya, kan? Jae. Aku tak suka bila aku kerja seperti ini"

"Hey, Miss Big Headed. Kau sangat percaya diri sekali bahwa kau akan diterima. Je-Hoon adalah orang ter-objektif yang pernah aku kenal. Adiknya sekalipun tak akan dia beri posisi semudah itu"

"Daepyo-Nim memiliki adik?" tanyaku

"ITS A METAPHOR" jawab Jae dengan sedikit berteriak

"Arraseo. Tak usah berteriak" ujarku sambil sedikit menjauhkan telfonku dari telinga karena suaranya

"Ye-Jin ssi. Apapun hasilnya nanti. Jangan pernah berfikir bahwa itu karena ada campur tanganku dalam hal ini. Je-Hoon adalah orang yang sangat aku hormati, dia orang yang bisa kupercaya. So whatever the results are, it's because of you" jelas Jae

Aku terdiam mendengar penjelasan Jae. Mungkin dia ingin menenangkanku, atau bahkan mengancamku bahwa aku tidak akan hidup dengan mudah karena memiliki CEO yang sangat objektif.
Tapi aku cukup tenang mendengarnya. Aku mengangguk pelan selama Jae menjelaskan.

"Geurae. Arraseo. You are nagging too much, Jae" ujarku, "And. Thanks, Jae. For giving me this opportunity" lanjutku

Jae tertawa kecil, "Wah. It's really nice to hear that words in a soft voice. O-raen man-i nae (sudah lama tidak mendengar itu)" jawab Jae

Aku ingat. Aku harus belanja siang ini, persediaan makananku mulai habis. Ah, akupun harus melakukan part-time pada pukul 2.

"Jae. I gotta go. Aku harus belanja dan harus kerja paruh waktu. Akan kukabari ketika sudah dapat hasilnya"

"Ok. Call me when you want"

"Geurae. Hung up"

tut.

"Right, Ye-Jin ssi. Kamu masih memiliki pekerjaan paruh waktu, bila kau tidak diterima di perusahaan itu" ucapku pada diri sendiri sambil menepuk-nepuk dadaku

Namun, tidak menutup keinginanku untuk masuk ke perusahaan itu. Aku sangat ingin bekerja di ranah seni instalasi. Itu sudah menjadi mimpi-ku saat melihat Installation Art Expeditions 5 tahun lalu.

Dan...
Itu juga merupakan keinginan Eomma dan Appa...

Mengingat Ibu dan Ayahku selalu saja membawa memori menyedihkan. Seakan kenangan bahagiaku dengan mereka terhempas.

Meskipun sudah 2 tahun, Aku masih belum sembuh dari kenangan buruk itu.

"Aigo!"
Aku menepuk wajahku dengan kedua tanganku untuk membuyarkan lamunanku,
"Lagi-lagi kau sedih, Ye-Jin Ah! Let's just pass this part. Ayo kita segera berbelanja!" ujarku sambil berdiri untuk bersiap pergi ke toserba untuk berbelanja

~*

"Ah! Susu!"
Aku teringat bahwa aku melewatkan susu dalam list belanjaku. Pantas saja aku memiliki feeling buruk saat membayar.

A Walk (Lee Je Hoon x Pyo Ye Jin) - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang