10

708 63 44
                                    

Sesampainya di dalam apartemen Yeri, Jaehyun menurunkan Yeri tepat di pintu depan dengan pelan untuk melepas tas mereka dan menyalakan lampu. Karena efek alkohol, tubuh Yeri tidak dapat berdiri tegap dan berayun maju-mundur seperti orang mengantuk yang dipaksa berdiri.

"Diamlah sebentar," pinta Jaehyun dengan suaranya yang ia buat berat dan rendah walaupun ia tahu Yeri tidak akan menyadarinya, mendengarnya pun tidak. Bahkan saat Jaehyun sedang melepas sepatunya, ia terlebih dahulu membuat Yeri bersandar pada dinding dan jangan sampai membuatnya merosot ke bawah. Perlakuannya pada Yeri yang sedang sakit dan mabuk sangatlah berbeda. Jaehyun memiliki pendirian sendiri akan hal itu dalam hidupnya.

Jaehyun meninggalkan Yeri yang masih bersandar di dinding untuk ke dapur lalu kembali dengan segelas air di tangannya. Dirinya berlutut di depan Yeri lalu mengangkat dagu perempuan itu dengan sedikit kasar. Dari sudut pandang Yeri, matanya secara langsung mengenai lampu apartemennya yang cukup terang hingga ia segera menutupnya kembali karena silau; sedikit kesadarannya mendorong tangan Jaehyun yang sedang memegang gelas berisi air hingga sedikit tumpah.

"Jangan ganggu aku!"

"Yeri-ssi, ini aku," Jaehyun mencoba kembali menarik dagu Yeri agar ia bisa menghadapnya. Rambut panjang Yeri saja sudah mengganggu karena terus menutupi wajahnya sebagian dan telah menjadi faktor kecil yang membuat kadar kesabaran Jaehyun menipis. Kejadian di klub tadi masih saja terlintas di benaknya dan mengurusi orang mabuk bukanlah hal yang mudah walaupun ia sering melakukannya.

"Kau kira aku tidak tahu apa yang kau masukan ke dalam air itu?!" teriak Yeri yang masih mendorong Jaehyun dan tetap tidak melihatnya.

Bagaikan ada sesuatu yang putus, Jaehyun dengan cepat mendorong Yeri hingga punggungnya kembali mengenai dinding. Jaehyun meminum air dari gelas yang masih ia pegang dan membuka paksa mulut Yeri dengan miliknya hingga dirinya dapat memindahkan air di dalam mulutnya ke mulut Yeri. Air tersebut turun menuju tenggorokan Yeri dan sebagian menuruni lehernya hingga mengenai dress hitam yang ia kenakan.

Yeri mendorong paksa Jaehyun menjauh seraya dirinya menenangkan dirinya yang terus terbatuk-batuk karena tersedak. Itu bukanlah cara memasukkan air ke dalam mulut yang baik. Bagaikan belum puas dengan apa yang baru saja ia lakukan, Jaehyun kembali mengambil air minum lalu menarik dagu Yeri kembali untuk melakukan hal yang sama. Kini Yeri dapat melihat jelas sepasang mata yang berada di depannya langsung sedang menatapnya tajam.

Yeri menekan jakun Jaehyun dengan sekuat tenaga sebagai bela diri karena kepanikan dan adrenalin yang terpacu. Mereka tentu saja langsung terpisahkan kembali.

"JAEHYUN-SSI!" teriak Yeri sembari menyeka sekitar mulutnya yang basah. Ia menempel pada dinding untuk bersandar. Kepalanya tertunduk karena masih terasa sakit dan dirinya yang takut dengan perilaku Jaehyun barusan.

"Kau bisa menolakku tapi bukan pria asing yang yang menempel padamu tadi?" tanyanya dengan nada intimidasi yang rendah.

Namun karena Yeri tidak kunjung mengangkat kepalanya, dengan sedikit kasar Jaehyun mengangkat dagunya kembali, hanya untuk bertatapan dengan matanya yang sudah berlinang air mata. Sekarang perasaan bersalah menyeruak ke seluruh tubuh Jaehyun setelah melihat ekspresi terluka di wajah Yeri.

"Yeri-ssi ... Aku ... Astaga," Ia merangkul Yeri dengan pelan, bahkan ia sendiri tidak dapat berkata-kata atas perilakunya barusan. Tangannya mengusap-usap punggung Yeri dan bahunya yang bergetar. Jaehyun sadar ia telah kelewatan dan melihat reaksi dari Yeri, kata-kata apapun yang ia keluarkan saat ini dapat terdengar seperti alasan. Maka dari itu, ia menunggu agar perempuan yang ada di rangkulannya sekarang ini merasa tenang.

"Kau ... Marah hanya karena ada pria yang mendekatiku?"

Jaehyun tertegun mengingat kembali alasan utamanya, "Iya,"

To Do ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang