6

726 105 28
                                    

Jaehyun bersyukur ia mempercayai kata-kata Yeri. Terkadang, ia suka berpikir kalau Yeri ini punya maksud lain dari setiap perkataannya. Ternyata, apa yang dikatakan, memang itu maksudnya. Seperti maksud dari 'makan ramyeon' ini. Daun telinga Jaehyun sampai memerah saat sadar ia memikirkan hal yang tidak-tidak. Ah, memang dasar partner mesum. Benar saja kalau ini tergantung aku, batinnya sambil mengelus belakang lehernya.

Saat ini dirinya sudah berada di dalam apartemen Yeri. Ia duduk dengan tegangnya—karena ini pertama kalinya ia masuk ke rumah wanita lebih tepatnya—dan menunggu Yeri yang sedang memasak ramyeon di dapur mininya.

"Telurnya mau satu atau dua?" Tanya Yeri dari dapur tanpa melihat ke arah Jaehyun karena sedang mengiris sayuran.

"D-dua kalau boleh," Bahkan mendengar kata makanan saja perut Jaehyun sudah berbunyi. Terakhir ia makan adalah saat jam makan siang dan tentu saja tercerna cepat untuk ukuran laki-laki.

"Hahaha, tentu saja boleh."

Melihat ke sekitar, apartemen Yeri ini memanglah tidak luas, tapi karena didekorasinya sedemikian rupa, jadilah terasa nyaman dengan dekorasinya yang serba kayu. Bahkan Jaehyun ingin rasanya berbaring di atas karpet bulu halus yang ia duduki sekarang. Belum lagi aroma dari lilin aromatherapy yang menyala. Kalau Yeri memperbolehkan dirinya kemari kapanpun, mungkin dengan senang hati Jaehyun akan datang setiap hari, mengingat apartemennya yang lumayan jauh dari kantornya dan jam pulang kantor yang membuat angkutan umum sedang ramai-ramainya.

Yeri mematikan kompor lalu memindahkan panci yang sudah berisi ramyeon—yang baunya menggoda itu—ke meja kecil yang ada di depan Jaehyun, dimana sebelumnya sudah ia beri tatakan di bawahnya. Jaehyun sampai menelan ludah tidak sabar melihat pemandangan indah di dalam panci di depannya. Uap yang mengebul dari mie yang baru saja dimasak, yang akan di makan di malam hari dan sedang hujan.

"Silahkan," Ucap Yeri sambil menyerahkannya sepasang sumpit.

"Wah, maaf merepotkan." Jaehyun senang, namun etika harus dijunjung ketika ada yang melakukan sesuatu untuk kita: harus bersikap bersalah karena telah merepotkan orang lain.

"Haha apa yang kau katakan. Ini hanya ramyeon biasa. Bukan hal yang besar."

Jaehyun tersenyum menanggapi Yeri sebelum dirinya mulai memakan ramyeon. Makanan apapun yang dimakan saat sedang lapar-laparnya pasti akan sangat terasa enak. Ditambah, Jaehyun bisa menemukan beberapa potongan sosis dan sayuran di dalam ramyeonnya. Ia sedikit merasa bersalah karena sudah menilai  Yeri.

"Enak?" Tanya Yeri sambil berusaha melihat wajah Jaehyun yang menunduk karena sedang memasukkan mie ke dalam mulutnya. Tentu saja Jaehyun hanya membalasnya dengan anggukan kecil sambil tetap fokus pada ramyeonnya. "Aku hanya memakai bahan makanan yang ada. Harus habis ya!" Sebenarnya untuk yang terakhir Yeri hanya bercanda, tapi Jaehyun justru membentuk jarinya menjadi bentuk 'ok'.

Ia tahu ramyeon rasanya tetap sama, tapi Yeri merasa senang dan bangga karena sepertinya resep versinya disukai oleh Jaehyun yang memakannya dengan lahap. Ia bangkit untuk mengambil segelas air untuk Jaehyun dan meletakkannya di atas meja kecilnya.

Ketika Jaehyun sudah selesai makan, ia segera bangkit dan membawa pancinya ke wastafel.

"Taruh saja. Biar aku yang cuci nanti,"

"Tidak, tidak. Kau sudah membuatkannya untukku." Keras kepala, Jaehyun pun tetap mencuci peralatan makan yang ia pakai tadi.

Pemandangan Jaehyun yang sedang menyuci piring kotor seperti sekarang terlihat seperti dirinya sudah sering kemari, membuat Yeri mengeluarkan dengus tawa. Well, dia sudah merasa nyaman di apartemenku sekarang.

To Do ListTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang