Chapter 20: An "I Love You" of a Million Quid

29 7 4
                                    

Setelah Ant pergi dari rumahnya, Rob segera menarik kopernya ke mobil. Ia berkendara menuju flat Rai untuk menjemput gadis itu yang telah berjanji akan menemaninya saat pergi ke klinik rehabilitasi hari ini.

"Semuanya sudah siap? Pakaian dan barang-barangmu yang lainnya?" Rai menoleh ke jok belakang setelah ia masuk ke mobil dan menutup pintu.

"Ya, sudah semuanya." Rob mulai melajukan mobilnya kembali mengemudi dalam kecepatan pelan.

"Kau tidak menyelipkan ekstasi atau kokain di antara pakaianmu, kan?" gurau Rai.

"Eh? Bagaimana kau tahu?" balas Rob sambil berpura-pura memasang ekspresi terkejut.

"Kau ini!" Rai langsung meninju lengan Rob dengan begitu keras dan keduanya pun tertawa.

Mereka tiba di klinik rehabilitasi yang cukup besar itu dan setelah proses yang cukup panjang seperti pemeriksaan dan sebagainya, Rob akhirnya diantar ke kamarnya.

"Kau akan sering datang untuk menjengukku, kan?" Rob memandang Rai dengan penuh harap sebelum gadis itu melangkah keluar dari klinik.

Rai mengangguk singkat, senyumnya begitu teduh.

"Setiap hari, kan?" tanya Rob lagi, memastikan.

"Tentu," jawab Rai. Ia kemudian mendekat dan memeluk Rob, membuat pemuda itu seketika merasa hangat dan tenang.

***

Cuaca yang gerimis hari itu tak mengurangi semangat dan keceriaan Rai. Setelah menyelesaikan semua transaksinya, ia pergi untuk menemui Rob di klinik.

"Aku membawakan sesuatu untukmu." Rai mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari ranselnya beserta satu bolpoin yang ujungnya diikat oleh tali yang terpasang pada buku itu.

"Ini ... terlihat seperti buku harian?" Rob meraih buku itu dan mulai membuka setiap lembaran-lembarannya. Masih kosong.

"Memang. Aku menyarankan sebaiknya kau menulis setidaknya sedikit saja setiap hari." Rai menghentikan tangan Rob lalu membuka kembali halaman pertama.

"Sebenarnya ... mereka juga memberikan jurnal untuk setiap pasien." Rob mengerutkan dahi. "Dan aku juga masih bingung, apa yang harus kutulis?"

"Apa saja, mungkin kau bisa mencatat kembali apa yang telah kau lalui setiap hari? Seperti jurnal harian pada umumnya."

Rob memandangi buku itu selama beberapa saat. Sampulnya tebal dengan ilustrasi bunga sakura dan bagian kertas di dalamnya juga berwarna merah muda pucat.

"Kenapa warna merah muda?"

Rai tertawa kecil, tak menyangka itu akan menjadi hal pertama yang diprotes oleh Rob.

"Kenapa tidak?" Rai balik bertanya.

"Merah muda itu, kan ... warna perempuan."

"Warna itu universal, tidak seharusnya dibatasi oleh gender." Rai menggeleng. "Selain itu, warna merah muda itu bagus untuk jiwa."

"Benarkah?" Rob memandang Rai tak percaya.

"Hahaha ... bukankah merah muda adalah warna yang indah?"

"Ya ... kukira tidak ada salahnya juga." Rob mengedikkan bahu lalu meraih bolpoin untuk mulai menuliskan sesuatu.

"Rob, boleh aku menanyakan sesuatu ... tentang foto keluargamu?"

Pertanyaan Rai seketika menghentikan gerakan Rob. Kembali diletakkannya bolpoin dan ia pun melihat Rai penuh tanya.

"Huh?"

"Saat aku terakhir kali datang ke rumahmu waktu itu, aku melihat foto yang biasa terpajang di dinding telah jatuh dan hancur berkeping-keping, aku yakin foto itu tak jatuh begitu saja, kan?"

Dear, Drug Dealer (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang