07┊rindu rumah

399 145 239
                                    

﹝selamat membaca﹞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

selamat membaca﹞

"Aya beneran mau pulang?" tanya Bunda.

Maia mengganguk pelan, matanya memelas, "Bosen, di sini ngga ada apa-apa. Pengen pulang ...."

Dokter yang mendengarnya pun menghela napas, "Luka di kepalamu itu belum sembuh total. Ngga boleh kebentur apapun. Kalo mau keluar dari rumah sakit kamu harus hati-hati ya."

"Iya, Aya bakal hati-hati. Janji!" katanya seraya mengangkat jari kelingking.

"Yauda besok kamu boleh pulang."

"YEYYYYYYYYYY." Maia bangkit dan melompat-lompat girang.

"Eh, jangan lompat-lompat, kamu 'kan baru bisa jalan," kata dokter sambil geleng-geleng kepala.

"Makasi Bu dokter, makasi Bunda!" Seulas senyum tak henti-hentinya ia sunggingkan.

• • •

Percik-percik gerimis memekik asa bermandikan hingar bingar Jalan Insinyur Haji Juanda.

Lembar ke dua belas, masih sama seperti biasa. Dalam ayunan langkah yang semakin cepat, menerobos rintik hujan yang tak lelah turun sejak bagaskara mulai memunculkan dirinya.

DUG

Sontak Bang Thama terhenyak karena seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Sang pelaku hanya nyengir kuda dan melambaikan tangan.

"Udah nyampe, Bang," ujar Haidar.

"Hooh." Keduanya melanjutkan jalannya menuju lobi. "Oh iya, lu ngga bareng si Joa?" tanyanya.

"Lah si Joa belum nyampe? Gue kira anaknya udah di sini soalnya gue ngga liat dia di kampus."

"Gue telponin ngga diangkat dari tadi."

Haidar manggut-manggut, "Ntar juga nongol anaknya."

Selang beberapa menit keduanya sudah sampai di lantai sepuluh, nampak Bunda sedang merapikan barang-barang di kamar Maia.

"Belom beres, Bun? Kirain teh udah." Bang Thama membantu merapikan tas dan menaruhnya dekat pintu depan.

"Ay," panggil Haidar.

Yang dipanggil pun menoleh, "Apa?"

"Nih," katanya seraya menyerahkan sebuah helm berwarna putih.

"Bukannya naik mobil?" tanya Maia.

"Kata Bunda pala lu harus dijaga baik-baik. Pake helm aja Ay, biar tahan banting."

Bang Thama merampas helm putih di tangan Maia dan memakaikannya pada Haidar, "Lu aja yang pake biar pala lu makin gede."

Haidar mengerucutkan bibir, pundung katanya.

DRRT DRRT

Joa
calling

"Halo, maneh ke mana aja wa."

"Sorry, gue ngga bisa ke sana. Gue lagi sama Jina."

• • •

Joa menutup ponselnya dan menaruhnya di saku celana. Maniknya kembali menatap Jina yang sedang merapikan jaket kulitnya.

"Udah enakan?" tanya Joa.

Yang ditanya hanya berdehem kecil. Perutnya masih sedikit mual, tapi tidak separah tadi.

"Makanya kalo punya mag jangan telat makan. Kambuh 'kan."

"Maaf, jadi ngerepotin."

Sore ini jalanan masih terlihat basah. Tanpa mengucapkan sepatah kata, keduanya melangkah sampai ke sisi trotoar.

Joa mencegat taksi yang lewat dan membukakan pintu di sebelah kanan, "Gue ngga bisa nganterin lu balik, naik taksi aja ya," ujarnya.

Ada sisa hujan menggenang di bawah langit jingga. Keheningan semakin menyeruak karena tak ada jawaban dari puan di hadapannya.

Deg

﹝bersambung﹞

﹝bersambung﹞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eunoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang