11┊1 Januari 2021

299 121 113
                                    

﹝selamat membaca﹞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


﹝selamat membaca﹞

"Pelan-pelan, jangan ngintip!"

Tiga, dua, satu,

"SELAMAT TAHUN BARU 2021, SELAMAT HARI BROJOL AYA." Ada Haidar yang berteriak paling kencang karena pemuda itu meminjam toa dari tetangga di rumahnya.

Bunda datang menghampiri dengan sebuah kue tart serta lilin dengan angka dua puluh yang bertengger manis di sebelah buah ceri. "Aya, selamat ulang taun sayang, ayo buat permohonan terus tiup lilin."

FIUH

"POTONG KUENYA, POTONG KUENYA, POTONG KUENYA SEKARANG JUGA, SEKARANG JUGA, AKU TEH LAPAR." Bisa kalian tebak siapa yang jadi MC sekaligus singer dadakan di hari yang indah ini.

Ribuan cahaya bermuara di telaga malam. Selaku pengantar harsa yang pernah andam karam, sampai-sampai aksa menolak untuk memejam.

Kulangitkan angan bersama bunga api di angkasa. Sesamar chandra yang tersenyum mesra. Semoga, cahayanya akan tetap memijar walau hanya sementara.

• • •

Maia tersenyum lebar karena mendapatkan banyak bingkisan berisi hadiah ulang tahun. Tangannya gatal, ingin merobek semua pembungkusnya dan melihat isinya.

"Aya," bisik Joa.

Yang dipanggil pun berbalik dan mengangkat kedua alisnya. "Kenapa?"

Tuan tadi tak berkutik, ia hanya melambaikan tangan, pertanda kalau Maia harus mengikutinya.

Keduanya sudah sampai di dekat pohon rambutannya Bunda. Agak jauh dari tempat gelaran pesta, sengaja, biar ngga ada gangguan.

"Aku belom kasih hadiah 'kan buat kamu? Aku kasih sekarang, tapi kamu tutup mata."

Maia menurut saja. Ia pejamkan kedua matanya, telapak tangannya menengadah, siap menerima hadiah dari kekasihnya.

Joa meraih saku celananya dan mengeluarkan hadiah untuk Maia. "TADAA, buka matanya."

Seuntai benda berkilau menyapa indera penglihatannya. Maia lagi-lagi menyunggingkan senyum dan memekik senang. "Kalungnya cantik."

"Iya, kaya kamu. Sini aku pakein."

Kini kalung berhiaskan bulan sabit perak sudah bertandang di leher Maia. Teruni itu terlampau gembira. Ia melompat-lompat girang. Dalam sekejap, tubuhnya memeluk erat Joa.

"Makasi banyak, aku seneng pake banget," katanya.

Joa membalas pelukan gadisnya. Jemari besarnya perlahan mengusap surai kehitaman milik Maia.

"ADUH ITU TOLONG JANGAN MOJOK DEKET POHON RAMBUTAN. DIGANGGU KUNTILANAK LEBOK SIA." Haidar berujar, lagi-lagi dengan toa hasil pinjaman dari paman tetangga.

Edar sialan.

• • •

"Jepan, Jepan," panggil Maia.

"Naon, naon."

"Ajarin nyalain petasan."

"Mbung ih. Ketauan si Joa bisa digeprek jadi rendang gue."

Maia mengerucutkan bibir. Padahal 'kan dia mau jahilin Haidar. "Yauda lu yang nyalain, ke sana tuh," tunjuknya ke arah pemuda yang sedang asik makan jagung bakar.

"Gampang. Lewat sana biar ngga ketauan, Ay."

DORRRR DORRRR

Haidar kaget bukan main sampai dia terjungkal dari kursi baso yang didudukinya. Ternyata, bukan cuman Haidar, Bang Thama juga kaget sampai hampir nyusruk ke kolam ikan.

"HAHAHAHAHAHAHAHHAHAAHHAHAHAAHHA." Ini Joa yang tertawa paling keras, dilanjut dengan Jevan dan Maia yang baru saja nongol dari balik pohon.

"Anying Jepan. Ka dieu sia." Edar bangkit seraya mengangkat kursi baso berwarna merah muda.

Kalau lihat orang jahil dijahilin tuh level kesenangannya meningkat sampai dua kali lipat. Jangan tiru ini ya, kalau ngga mau kena tampol panci sama ratu di rumahmu.

﹝bersambung

﹝bersambung﹞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1/365

Eunoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang