09┊malam minggu

309 121 101
                                    

﹝selamat membaca﹞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

﹝selamat membaca﹞

Senja hirap didepak malam. Lagi-lagi menyuguhkan guguran gemintang di tengah remangnya sinar rembulan.

Tak disangka, sekumpulan kunang tanpa sengaja singgah seraya diam-diam menyulam kisah.

Joa tidak lagi berdiri sendiri. Biasanya, jalanan abu-abu ini ia pijak tanpa ada yang menemani. Kini, ada taruni yang ikut andil menelurusi jalan demi sosok valak yang ia cari-cari.

Seraya terus menatap ke depan, Maia bertanya, "Ih mana sih, aku kan mau foto sama valak."

"Tuh di depan udah keliatan 'kan? Yang rame itu." Joa mengarahkan telunjuknya ke arah cosplayers berkumpul.

Kalau malam minggu gini, ya pasti rame.

Maia menoleh ke sana kemari. Yang ia lihat hanya spiderman, pocong, elsa frozen, dan terakhir boneka mampang. Maia ngga berani deketin boneka mampang, serem, katanya. Takut diseruduk.

"NAH ITU TUH," kata Maia.

"Itu apa?"

"Di belakang kamu."

Joa menoleh dan-

-ada trio setan yang memelototinya dari jarak tiga puluh sentimeter. Membernya terdiri dari valak, sundel bolong, dan hantu berkepala tiga.

"Si anjing ngareuwaskeun," latahnya. "Hush hush, jangan deket-deket ih sieun aing."

Bukannya menjauh ketiganya malah makin mendekat ke arah Joa. Nasib, nasib.

"Sana foto, tapi sama yang kepalanya tiga, aku fotoin," ujar Maia seraya mengeluarkan ponselnya.

"KOK GITU? KAN YANG MAU FOTO SAMA VALAK KAMU AYA."

"Berubah pikiran hehe." Mau tidak mau Joa iyakan.

Setan aja foto sama orang ganteng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setan aja foto sama orang ganteng. Kamu kapan?

• • •

Belum genap dua jam, keduanya sudah berteleportasi ke tukang baso tahu. Beuh.

"Enak ya? Nih makan yang banyak." Joa menggeser piring berisi tiga buah baso tahu yang belum ia sentuh ke sebelah piring Maia.

"Itwu pwunywa kwamwu," katanya seraya menggeser lagi piring milik Joa. "Mwakwan itwu, enwak."

"Nanti ah, liatin kamu makan aja."

Bukannya makan, Joa malah memperhatikan Maia yang tak berhenti mengunyah. Lagi makan aja gemes, sampai pengen Joa karungin!

"Ay, seneng ngga?"

"YA SENENGLAH MASA NGGA."

"Berarti kapan-kapan mau main lagi 'kan?"

Maia menggangguk cepat, masih belum berhenti berkutik dengan garpu dan sepotong baso tahu.

Kepadamu yang kupanggil malam, terima kasih sudah menghadirkan bias harsa penuh adorasi. Semoga kali ini, seribu satu masa dapat membingkai dalam kerangka imaji. Meski suatu saat‐

-akan mati.

﹝bersambung﹞

Halu aja dulu, bangunnya nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halu aja dulu, bangunnya nanti.

Eunoia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang