BAB 15

250 27 2
                                    

Semilar angin terasa menyejukan. Musim gugur datang tampak dedaunan yang mulai runtuh dari pepohonan. Seorang wanita cantik berpakaian serba hitam sedang memandangi sebuah makam. Pemakaman yang luas itu terasa begitu sunyi hanya ditemani oleh semilar angin yang menyapanya.

"Hai kembaran. Lama tidak menemuimu aku kembali,"Ujar wanita itu tersenyum miring. Topi lebar yang dia kenakan menutupi sebagian wajah cantiknya.

"Apa kau merindukanku kakak? Adikmu sudah kembali. Bagaimana kabar keluarga kita tercinta?" Senyum nya terlihat getir. Dia meletakan bunga lili putih diatas pusara.

"Melisa,aku begitu penasaran. Setelah kematian mu apa semua berubah? Terasa begitu tenang akhir-akhir ini. Apa pria itu masih mencintaimu?" Tidak ada jawaban. Selain rasa sunyi yang meyambutnya.

Disisi lain Ryan juga datang ke makam hari itu. Hari itu adalah peringatan kematian Melisa. Sudah sangat lama Ryan tidak mengujungi makam Melisa. Dari kejauhan Ryan melihat ada orang lain disana. Tubuhnya menegang seketika melihat wanita itu.

"Angelica," Gumam Ryan yang masih sempat di dengar Rossyta. Dengan pandangan cepat Rossy menatap kearah pandangan Ryan. Matanya menjipit mencoba melihat lebih jelas pandangan di depan Ryan.

"Angelica?Apakah itu kembaran Melisa itu?" Batin Rossy menatap penasaran kearah depan.

"Kalian tunggu disini," Ujar Ryan kepada para pengawalnya. Namun,bukan Rossyta namanya jika dia aken menuruti Ryan. Tentu saja dia mengikuti pria itu mengetahui lebih lanjut wanita yang membuatnya penasaran dari kemarin.

"Aku akan mengawal anda tuan,berbahaya jika anda pergi sendirian,"Ujar Rossyta melangkah lebih dulu daripada Ryan. Ryan tidak bisa melakukan apapun jika wanita itu sudah bertindak.

Mereka melangkah menuju makam Melisa. Angelica menyadari ada yang datang. Dia melihat sosok Ryan yang berjalan kearah makam Melisa. Seutas senyuman miring terpatri diwajahnya. Namun, keningnya mengkerut ketika menatap seseorang di depan Ryan.

"Siapa wanita itu?" Batin Angelica melihat ke arah Rossyta yang berjalan dengan tatapan dingin dan tajam. Mengenakan pakaian pengawal dengan jas dan celana hitam. Rambut hitamnya yang mulai memanjang Rossy kuncir. Dia tampak begitu cantik dan maskulin dalam waktu bersamaan. Aura membunuhnya begitu kental terasa disekitarnya. Angelica yang baru melihatnya bisa merasakan bahwa dia bukan wanita yang mudah untuk dihadapi.

****

"Ryan Andersone Smith," Ucap Angelica menyebut nama Ryan ketika mereka sampai di pemakaman. Rossy masih berdiam diri kini dia berada di antara mereka. Dia mengawasi keadaan sekitar dengan seksama. Ryan diam tidak menyahut pangilan Angelica.

"Cih ternyata kau masih sama dingin nya. Aku pikir hidup dikursi roda cukup lama bisa mengubah sikap acuh tak acuh mu," Ujar Angelica mengoceh lagi. Rossyta menatap ke arah Angelica. Dari wajah mereka memang sangat mirip. Bagai pinang dibelah dua. Tapi,apa yang dikatakan para sahabat Ryan benar. Dari penampilan dan Sikap Melisa dan wanita ini sungguh berbeda. Rossyta menyungingkan senyum mengejek. Angelica menatap expresi Rossyta.

"Kau hanya seorang pengawal, berani sekali kau memasang wajah itu didepanku,"Ujar Angelica marah melihat Rossyta. Rossyta tersentak kaget begitu juga Ryan yang langsung melihat Rossyta. Ryan akan menyahut namun,Rossyta sudah beraksi lebih dulu.

"Ada masalah nona?Wajahku milik ku,expresi apa pun yang ingin aku tampilkan bukan urusanmu." Rossyta memasang expresi acuh yang menyebalkan. Membuat Rossyta naik pitam. Dia tidak menyangka Ryan akan datang dengan pengawalnya.

"Aku tidak berpikir kau akan melewatkan hari pemakaman tunanganmu dengan membawa wanita lain kemari Ryan." Ryan menatap Angelica.

"Aku pun tidak berharap kau ada disini." Tatapan dingin Ryan membuat Angelica mengepalkan tangan nya. Namun,dia tidak akan semudah itu untuk menyerah menghadapi pria ini. Dia sudah terbiasa dengan sifat Ryan. Satu-satunya hal yang selalu Angelica lakukan dari dulu adalah. Selalu bertahan menerima semuanya.

She is Beautiful 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang