BAB 16

146 30 3
                                    

Ryan duduk diam di kursi mobil. Pandangannya nanar menatap kuburan Melisa dari jauh. Rossy hanya membiarkan pria itu larut dalam pikiran nya. Masih terngiang dipikiran nya tentang kejadian beberapa menit lalu dan dia merasa malu.

"Kenapa diam?" Tanya Ryan menoleh kearah Rossyta. Rossyta tersentak kaget dan membuang wajahnya yang kini terasa memerah.

"Tidak ada," Ujarnya malu. Bisa-bisanya mereka bersikap konyol seperti itu. Di depan kuburan  Melisa lagi. Rossyta mengeleng kepalanya pelan.

"Masih memikirkan soal ciuman tadi?"Tanya Ryan lagi dengan nada menggoda. Rossyta mendelik kearah Ryan.

"Itu hanya taktik,"Ujarnya berkilah. Ryan tersenyum kecil. Diraihnya jemari Rossyta dan mengengamnya disana.

"Bagaimana jika bukan hanya taktik?" Ryan menatap Rossyta. Membuat Rossyta menautkan alisnya lebih dalam.

"Apa maksudmu?" Dia menatap tautan jemari Ryan di tangannya. Rossyta menelan kerongkongannya. Terasa debaran cukup kuat di dadanya.

"Aku sudah mengatakan nya tadi,"Ujar Ryan menatap jendela kembali.

"Aku tidak mengerti maksudmu,'' ujar Rossyta malu. Ryan menatap Rossyta kembali.

"Aku mencintaimu.'' Rossyta terdiam sekaligus tercengang mendengar pernyatan Ryan. Mengerjapkan matanya berapa kali untuk memehami apa yang baru saja dia dengar.

"Kau serius?'' pernyataan yang sulit untuk Rossyta terima sekaligus membuat dadanya berdebar tidak karuan.

"Iya,'' gumam Ryan lagi sembari masih mengengam jemarii Rossyta.

"Sejak kapan?''

"Sejak kita bertemu hanya saja aku terlalu takut untuk mengakui perasaanku sendiri. Mungkin aku hanya terlalu takut untuk merasakan kehilangan lagi setelah semua yang aku alami.'' Rossyta menatap Ryan prihatin. Dia memahami pria itu. Bahkan ketika Ryan tidak menagatakan perasaan nya dia memahami ketakutan pria itu.

Iya mungkin sejak awal mereka sudah saling jatuh cinta. Rossyta tidak mudah memahami seorang pria. Tapi dia memahami semua sikap Ryan. Bahkan ketika pria itu bersikap menyebalkan kepadanya.

"Terima kasih karena telah memilihku  dan mencintaiku dan juga memaafkan ketidakjujuranku,''ujar Rossyta lembut. Dia bukan gadis seperti wanita lain. Yang penuh kelembutan dan keanggunan. Rossyta jauh dari itu semua. Dia mandiri,mendominasi,keras kepala dan terutama karena dia adalah seorang Agent. Yang hidupnya selalu penuh bahaya settiap waktu.

"Aku bukan pria yang bisa bersikap manis. Terkadang aku bisa menjadi sangat kasar. Tapi terima kasih karena sudah memahami dan bertahan disampingku,''ujar Ryan lagi. Rossyta tersenyum.

"Aku paham,tapi kau juga punya sisi lain yang bisa kulihat dan membuatku berdebar.'' Ryan menaikan alisnya menatap Rossyta lekat.

"Apa itu?''

"Rahasia,'' ujar Rossyta. Ryan memicingkan matanya lagi.

"berapa banyak rahasia yang kau sembunyikan dariku?'' Rossyta tampak berpikir sejenak.

''Jika itu tentang tugasku,sepertinya tidak banyak. Tapi jika itu tentangku. Sepertinya kau harus bekerja keras untuk mencari tahu.'' Ryan menaikan alisnya lagi.

"Jadi kau menantangku??''

"Kau takut?" Rossyta memancing Ryan. Dia tahu pria itu tidak pernah bisa dipancing.

"Tidak.''

"Jadi silahkan cari tahu tuan muda.''

"Baik,tapi jika aku sudah menemukannya kau harus berjanji satu hal kepadaku.''

"Apa?" Ryan menatap Rossyta lekat.

"Jangan pernah pergi atau mencoba menghilang dariku.'' Rossyta terdiam sejenak. Dia tersenyum simpul.

"Aku berjanjii.'' Ryan tersenyum dan memegang erat jemari Rossyta.

"Aku berharap aku tidak akan pernah kehilangan apapun lagi terutama dirimu,''gumam Ryan lirih. Sudah cukup baginya kehilangan Melisa tidak untuk Rossyta. Cahaya baru yang memasuki kehidupannya yang gelap untuk waktu yang lama. Dia tidak ingin kehilangan cahaya indah ini seperti janjinya dia akan menjaganya apapun yang terjadi. Bahkan jika dia harus mempertaruhkan nyawanya.

****
Angelica menatap jalanan malam ibukota sembari meneguk segelas wine ditanganya. Kejadian dikuburan tadi siang benar-benar membuat hatinya terbakar. Dia tidak menyangka jika Ryan kini justru sudah menemukan penganti  Melisa. Sia-sia semua rencana yang sudah dia susun. Kini dia harus mengatur ulang rencananya dan mencari tahu siapa wanita yang bersama Ryan kini.

"Shitt!! setelah semua yang aku korbankan kenapa kau masih saja belum menjadi milikku Ryan!" Angelica berteriak marah dan prustasi. Setelahh kematian Melisa seharusnya dia yang berada disamping pria itu kini. Tapi apa yang terjadi sekarang justru ada wanita lain yang mengantikan posisi kembarannya itu.

"Menyebalkan! aku harus menyusun rencana ulang. Jika aku tidak bisa mendaptkan mu Ryan maka tidak ada yang berhak satupun. Tidak Melisa maupun wanita itu,''gumam Angeliica tersenyum licik.

Ryan dan Rossyta kembali ke Mansion Ryan. Masih terasa malu dengan pernyataan cinta yang dia dapatkan dari Ryan beberapa waktu lalu. Rossyta berjalan degan cepat  masuk kekamarnya. Joseph seedikit aneh melihat kelakuan dua orang yang berlalu dari hadapannya dengan saling tersenyum dalam diam.

"Kalian sudah berbaikan?''tanya Joseph kearah Ryan. Ryan menoleh kearah Joseph dan berlalu dari hadapannya.

"Aku hanya ingin kau mengawasi Rossyta tiap waktu dan laporkan kepadaku."

"Hah??bukan kah aku sudah sering melakukannya??''

"Sekarang lebih tingkatkan lagi cari tahu dengan siapa dia bertemu dan berhubungan. Apa saja yang dia lakukan baik dimansion atau diluar. Dan,terutama utamakan keselamatanya tidak perduli apa tempatkan lebih banyak penjaga disisinya.'' Joseph mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Dua orang ini sangat memusingkan kepalanya. Deetik kemarin bersikap seperti orang asing dan selanjutnya seperti sepasang kekasih.

"Apa yang sudah aku lewatkan hari ini?" Tanya Joseph lagi masih tidak memahami keinginan Ryan.

"Lakukan saja perintahku atau kau tidak akan pernah mendapatkan cuti lagi.'' Ancam Ryan dan berlalu ke kamarnya. Joseph melotot tidak percaya.

''Kejam!! apa kau lupa siapa yang menemanimuu selama ini,'' gerutu Joseph tidak terima. Ryan tidak memperdulika gerutuan Josephh dia hanya mengulum senyum simpul dan berlalu kekamarnya.

Rossyta berbaring dikamarnya menatap langit-langit kamar yang entah terasa begitu indah malam itu. perasaan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Pernyataan cinta yang begitu sederhana tapi terasa begitu mendebarkan. Dia belum pernah merasakan jatuh cinta seperti kepada Ryan. Pria yang menguras segala energinya dan juga emosinya. Terlihat  kokoh tapi begitu rapuh didalam. Membuat dia tidak pernah bisa menolak setiap keinginannya. Walau terkadang harus berkeras kepala.

Ryan Andersone Smith. Bisakah dia benar-benar bersanding dengan pria itu. Kasanova yang menghilang dari dunia begitu lama. Tapi ketika dia kembali kedunianya akankah Rossyta mampu mengimbangi kehidupan Ryan. Dia bukan Melisa,gadis cantik dengan sejuta pesona dan kelembutan dan juga keanggunan nya. Dia tidak memiliki semua itu. Sikapnya terkadang kasar, akan kah Ryan masih akan tetap bersamanya. Jika dia tahu berapa banyak rahasia dan luka yang Rossyta simpan tentang dirinya.

Semoga ya semoga Ryan bisa menerima ketidaksempurnaan dirinya. Semoga saja dia tidak akan meninggalkan pria itu atau Ryan yang pergi. Kekhawatiran yang begitu terasa kini. Kebahagian sekaligus ketakutan yang menyeruak didada Rossyta. Tapi dia tahu satu hal. Perasaam tidak pernah keliru. ketika logika tidak bisa memahaminya tapi hati bisa memahami dengan baik. jika dia mencintai pria itu kini.

"Aku mencintaimu Ryan,''gumam Rossyta tersenyum menatap langit-langit kamarnya malam itu.

To be continue..dont forget to vote thank you

She is Beautiful 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang