Kesepakatan

1.2K 95 7
                                    

Hope you like it! And Happy Reading^^

______________________________________________

Acara makan malam sederhana waktu itu berjalan lancar. Lidya cukup terkejut karena dua kali acara makannya di hari yang sama membahas soal lamaran.

Namun bedanya semua pembicaraan dimulai dengan rasa yang santai dan nyaman, tidak seperti waktu sarapan yang kental dengan tekanan.

Papa dan Mama Zandy meminta kesediaan Lidya dengan lembut, sampai dia merasa tersentuh.

Mereka juga langsung mengatur acara selanjutnya yang akan kedua keluarga hadiri.

Dikarenakan kedua orang tua mereka adalah pekerja yang terjadwal, Lidya sempat menanyakan pada Papanya melalui telepon, untuk benar-benar memastikan tanggal yang sama.

Dan sinilah, hari yang telah diatur lagi untuk kedua keluarga bertemu. Pertemuan dengan maksud melamar seperti acara lamaran pada umumnya.

Ada Putra juga Putri (gadis ini sebenarnya kembali menolak dengan alasan yang sama dengan sebelumnya, tapi Putra meminta Mamanya yang berbicara langsung, Lidya juga mengundangnya secara pribadi).

Papa dan Mama dari Lidya juga Zandy. Lalu kedua calon yang akan menjadi sepasang pengantin dalam 2 bulan kedepan.

Memang tidak mengundang orang lain, karena hanya bermaksud lamaran yang simpel, mereka hanya berkumpul disebuah resto keluarga, yang sudah Zandy pesan lantai rooftop nya.

Acara hari ini pun berjalan lancar, para orang tua merasa harus pulang lebih dulu, dan para anak muda ini menjadikannya acara kedua.

Hanya ada mereka berempat disana, dengan makanan ringan yang baru disajikan lagi. "Put, aku beneran akan jadi abang kamu loh, jadi kalo mau tau apa apa, tanya aja oke?" ucap Zandy membuat dua wanita disana mengercit.

"Siap bang, gak akan ada rahasia antara kita." balas Putra. "Btw makasih sarannya, udah aku praktekin." lanjutnya dengan senyum dan alis yang naik turun.

Seperti punya dunia sendiri, mereka berbicara seakan tidak ada Lidya dan Putri. "Wih kapan?"

"Sehari setelah insiden Edward Cullen."

"Kalian nih ngomongin apa sih?!" sahut Lidya agak jengkel karena tidak masuk dalam percakapan mereka, terlebih karna adanya nama Edward Cullen.

"Putra, udah bisa nyium Putri." kata Zandy dengan santai, yang berdampak pada anak seseorang tersedak dari makannya.

"Hah?" respon Lidya tidak bisa diartikan sebagai apa, karena dia sendiri bingung harus bereaksi seperti apa.

"Pelan pelan makannya. Nih minum dulu." Putra dengan sigap menuangkan air ke gelas kekasihnya.

Pipi Putri terlihat agak memerah, namun karena tidak adanya tatapan atau sahutan yang membuatnya harus sangat malu, dia kembali bersikap normal. "Gak mesti dibahas kali itu mah??!" geram Putri sangat pelan disamping Putra.

Lidya bangkit, dan mengajak Zandy. "Kalian lanjut makan aja, aku ada perlu ngomong berdua sama Zandy." katanya tersenyum dulu lalu menarik kekasihnya agak menjauh, dan berhenti disamping pembatas.

Berhadapan, Zandy tersenyum melihat rambut yang (memang Lidya buat ada helaian membingkai wajah, walau lebih banyak yang tergulung dibelakang) terhempas oleh tiupan angin. "Cantik." katanya.

"Kamu ngajarin apa ke Putra?"

"Memberi saran, kalo ngajarin aku ngajak dia buat liat apa yang aku lakuin."

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang