Question

722 88 4
                                    

Hope you like it! And Happy Reading^^

______________________________________________

Lidya bangun telat karena pikirannya sibuk berdebat sendiri sepanjang sisa malam, jika bukan karena pening, mungkin dia tidak akan ketiduran.

Dia terbangun karna suara Papa nya terdengar dibalik pintu, juga ketukan yang berulang semakin kencang.

Tadi, dengan tergesah dia bangkit dan langsung membuka pintu, tak menghiraukan pandangannya yang seketika gelap saat pintu terbuka.

Papa menegurnya karena waktu ibadah hampir terlewat. Lidya meminta maaf dan melakukan kewajibannya setelah itu sesegera mungkin sebelum matahari menampakkan cahayanya lebih terang.

Dia sempat berbaring beberapa saat setelahnya, mengumpulkan niat untuk mandi pagi di hari minggu ini.

Matanya kembali memejam, dan hampir tertidur lagi, jika saja di tidak ingat Zandy menginap disini. Dengan begitu dia bangkit dan mandi.

Selesai membersihkan tubuhnya dia turun menuju meja makan. Langkahnya sempat terhenti saat melihat Zandy yang duduk membelakanginya.

Menarik dan menghembuskan nafas, Lidya lanjut melangkah dan duduk ditempatnya. "Tidur jam berapa emang?" tanya Zandy setelah bertukar senyum.

Mendengar itu Lidya sedikit kaku, dia melirik adik nya yang sedang mengunyah kerupuk, memastikan sang adik tidak melihat mereka semalam.

Dirasa tatapan balik Putra terlihat biasa saja, Lidya menjawab, "Jam 3an kayaknya, itu juga ketiduran."

"Kamu bisa tidur?" tanya balik Lidya pelan, karena meski terlihat segar, mata Zandy agak memerah. Sambil tersenyum, dia menggeleng untuk menjawab pertanyaan itu.

Tak sempat melanjutkan obrolan internal mereka, Mama datang dengan menepuk tangan Putra, diikuti Papa dibelakangnya.

Mereka sarapan seperti biasa, tapi suasana seketika berubah didetik detik akhir acara sarapan itu, saat celetukan Putra berbuah tanya dari orang tuanya.

Awalnya Lidya tidak mengerti ucapan Putra yang terdengar sangat ngalor ngidul. Tapi saat dijelaskan dengan 'gigitan nyamuk' Lidya menegang dan melirik Zandy yang juga terkejut.

Dia baru ingat, semalam dia merasakan gigitan Zandy dileher kanannya, namun terlupa begitu saja, karena pikirannya yang bertengkar.

Meski sudah terlambat, Lidya menunduk, juga melepas lagi ikatan rambutnya, untuk menutupi tanda itu.

"Papa perlu bicara setelah sarapan kalian selesai, gak ada yang boleh beranjak dari meja." suara Papa pelan, namun tegas, membuat nyali Lidya semakin ciut.

Zandy melihat itu, dia meraih tangan kekasihnya yang berada di bawah meja. Menggenggamnya, dan mengelus lembut.

Sarapan mereka selesai, semua yang ada diatas meja, Putra dan Mama yang membereskan, membiarkan meja bersih dari piring piring, hanya menyisahkan gelas.

Putra selaku yang paling termuda disana, berniat memisahkan diri, namun Papa menyuruhnya duduk bersama.

"Maaf Om, Zandy yang kelepasan semalam." Zandy memecahkan hening.

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang