Today?

778 82 3
                                    

Hope you like it! And Happy Reading^^

______________________________________________

Zandy menghela nafas dengan jelas setelah sahutan dari hadirin terdengar kencang dan kompak. Dia baru saja selesai melafalkan dengan lancar, tanpa hambatan sebuah ijab dengan menggenggam erat jabat tangan Papa Lidya yang mulai detik itu, sudah resmi menjadi Papa untuknya juga.

Jantungnya berderu sangat kencang, mungkin jika microphone yang berada diatas meja dia dekatkan pada dada nya, seluruh orang yang ada disana akan bisa mendengar betapa berisiknya dia didalam diri.

Namun usahanya saat sedang menetralkan debar jantung terbukti sia-sia, mempelai wanitanya datang, bagai putri dalam dongeng, dengan mahkota indah dipuncak kepalanya, gaun putih melekat di tubuhnya dengan sempurna.

Senyum manis yang dilemparkannya pertanda dia tak membiarkan Zandy untuk tenang sejenak hari ini, karena nyatanya kehadiran Lidya makin membuat jantung Zandy lebih mencepat dari detak yang tadi.

Dia sangat cantik dan langsung terlihat serasi berdiri dihadapan Zandy.

Hal pertama yang Lidya terima adalah uluran tangan Zandy yang membantunya untuk mendekat, berdiri disampingnya. Mata dan senyum mereka bertemu.

Zandy tak bisa lepas dari wajah Lidya yang memang sudah cantik, dipoles dengan make up soft yang sangat cocok untuknya.

Kilat flash yang sedari tadi menghujani mereka tak membuat Zandy terganggu untuk menatap lebih lama perempuan yang kini sudah berstatus istrinya.

"Kak liat sini dulu yuk, sekali yuk." photographer yang ditugaskan mendokumentasikan acara itu, meminta pada Zandy.

"Candid aja mas, ini mata saya kedip aja gak mau." ucapnya, membuat para tamu tertawa dan memberi kesempatan untuk Putra mencibir, "Bucin betul orang satu nih, nanti juga puas, ini mau difoto dulu bang."

"Iya kak, candid gak disuruh saya lakuin, nanti banyak pokoknya mah. Ini foto pengesahan dulu ya. Berdua, cincin, sama buku nikah." jelasnya.

Lidya ikut berbisik, "Zan ih, malu ah." katanya bercampur kekeh.

Meski masih ingin menatap lama, Zandy memalingkan wajahnya, dan melanjutkan tahap demi tahap acara hari itu. Memasangkan cicin yang telah orang tua Zandy buatkan. Foto dengan menunjukkan cicin, buku nikah, Lidya salim, Zandy kecup dahi, dan rentetan acara lainnya.

.
.
.

Rangkaian itu selesai dan mereka dipersilahkan duduk di pelaminan, dan para tamu bisa mulai menyantap hidangan yang ada.

Lidya terus menatap tangannya yang sedang digenggam, masih tak percaya ini adalah harinya. Tangan yang dia genggam balik terangkat, membawa serta tangannya, lalu dikecup punggung tangan yang berhias motif putih. "Kepalanya berat gak?" pertanyaan Zandy membawa mata mereka bertemu, dia melihat mahkota yang berada diatas rambut Lidya.

"Lumayan, tapi nanti ganti gaun, jadi gak lama lagi dilepas."

"Itu di jepit ke rambut kamu ya?" pertanyaan itu mendapat anggukan yang terlihat angun karna menahan apa yang ada dikepalanya.

Zandy berhenti bertanya karena ada temannya naik pelaminan untuk berfoto bersama, dan diikuti beberapa orang dari teman Lidya.

Acara itu hanya mengundang orang orang yang Lidya atau Zandy kenal sedikit lebih dekat, lalu kenalan dari kedua orang tua yang masing masing dari mereka setidaknya pernah bertatap muka. Mereka dan didukung kedua Mama memilih untuk mengundang orang yang memang dikenal.

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang