Holaaa, lama ya gak nongol?
Maaf baru update lagi:'
.
.
Gak ada alesan yang bisa dikasih sih,
Tapi kalo jujurnya nih, lupa sorry punya work disini wkwk.
.
.
Udeh, langsung aja lah ya, gak usah banyak notes.
.
.
.
Hope you like it! And Happy Reading^^
______________________________________________"Zan."
Lagi, panggilan Lidya sepertinya sengaja tidak ditanggapinya, padahal gadis itu duduk tepat disampingnya tidak mungkin dia tidak mendengar dari jarak ini.
"Zan?" dia menyenggol dengan lengannya.
"Aku tuh kesini karna kamu panggil loh, kenapa sekarang malah didiemin?" ucapnya terlihat agak sebal, sejak datang, dia hanya menatap Lidya saat membukakan pintu, lalu fokus pada laptop nya.
Melihat dia sama sekali tidak ditanggapi, Lidya merasa ada yang salah. "Aku buat salah ya?" tanyanya, karna sikap Zandy akan seperti ini jika ada yang bersalah, diam membiarkan orang yang bersalah sadar akan kesalahannya. Tapi gadis itu tidak terpikirkan suatu hal tentang kesalahannya sebelum ini.
Masih, pria itu masih diam, bahkan menoleh dari tugas power point nya saja tidak.
Menekan tombol ctrl+s dengan cepat lalu menutup laptop itu. "Aku pasti ada salah nih. Apa? Aku gak kepikiran apa apa soalnya, tapi aku minta maaf kalo itu buat kamu bete." kata Lidya memohon saat Zandy langsung menoleh setelah laptop nya ditutup.
Dia menatap kekasihnya, ekspresinya datar tidak terlihat marah atau bercanda. Tapi sekilas Lidya melihat kilat jengkel, dan itu membuatnya menyatukan kedua alis.
Helaan dan decakannya sendiri, menghentikannya menatap gadis itu. Semakin heran, lipatan didahi Lidya mendalam, apa kesalahanku, sampai dia seperti ini, batinnya.
"Kasih tau ih, aku salah apa? Maaf kalo aku gak sadar bikin kamu kesel." rengeknya memaksa.
Zandy jarang sekali marah, jadi gadis itu agak sedikit lupa apa apa saja yang bisa membuatnya marah, tapi seingatnya, seharian ini dia tidak melakukan hal yang pernah membuat kekasihnya marah.
"Gak, gak salah." jawabnya, dan berniat membuka kembali laptopnya.
Tapi dengan cepat Lidya meraih benda itu dan dibawa kepelukannya. "Jelasin. Aku gak akan kasih, sebelum kamu jelasin." keukeuh-nya.
Dia menghela nafas halus. "Gak ada yang salah dari kamu."
"Ada. Pasti ada. Kamu diemin aku dari tadi."
"Gak ada Li, serius. Aku lagi fokus, tapi mau ditemenin."
Gadis itu memicing tak percaya, karena Zandy bahkan hanya sekilas menatapnya saat bicara. Menyondongkan tubuh, dia berusaha membuat pria itu melihat padanya. "Liat aku coba."
Dia menoleh dan menatap, tapi hanya beberapa detik. "Tuh kan kamu kesel sama aku! Kenapa?! Aku ada salah ngomong?" katanya yang langsung menahan wajah Zandy untuk menatapnya lebih lama, membiarkan laptop bersuhu diatas pangkuannya.
"Gak ada salah kamu. Aku cuma kesel sendiri aja, tadi sore liat ada yang ngobrol seru banget didepan mini market, sampe elus kepala." jawabnya membuat tangkupan Lidya longgar karna langsung terhubung dengan maksud ucapan itu.
Ekspresi jengkel mulai terlihat diwajah Zandy. Lidya tak tau pria itu sempat melihatnya saat berbicara dengan senior, karna meskipun Zandy disana, dia muncul beberapa menit setelah senior itu pergi, dan terlihat biasa saja saat itu seperti tidak ada masalah. Tapi kenapa sekarang sekesal ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Moment (Oneshoot)
Short Storysekumpulan cerita dimomen momen manis sepasang kekasih. part dalam cerita bukan berkelanjutan, hanya saat momen momen tertentu di waktu dan latar yang acak. #1 - memorable (15062019)