Ancaman yang manis

15K 422 2
                                    

Seorang gadis duduk disebuah taman dengan novel ditangannya yang sedang dibaca. Ia berada ditaman kampusnya, setelah kelasnya selesai beberapa puluh menit yang lalu.

"Li, ketaman hiburan yuk?" ajak Zandy saat baru saja duduk disamping Lidya yang sedang membaca buku novel. Ia habis membeli minum untuk mereka.

Lidya menutup buku yang sedang dibacanya dan menoleh pada Zandy yang sedang menatapnya antusias. "Kapan?" tanya sedikit bersemangat.

"Maunya kapan? Aku sih kapan aja kamu mau, aku bisa." jawabnya mengubah posisi duduknya menghadap Lidya.

Lidya berpikir sejenak, "Nanti sore gimana? Dirumah gak ada orang, tadi aja aku pergi ngampus Mama, Papa udah jalan, mana gak pamitan sama aku." ceritanya agak sedikit jengkel.

"Emang kemana? Adik kamu juga ikut?" tanya Zandy menopang pipinya dengan tangan yang dia taruh dipunggung kursi kayu taman yang mereka duduki, melihat wajah Lidya.

"Ada urusan kantor, Papa ngajak Mama. Tadinya ngajak Putra juga, tapi dia lebih milih pergi kepuncak sama temen temennya dari pada ikut ke Singapur." jawab Lidya.

"Oh, kamu gak diajak?" tanya Zandy, tangannya terulur menyelipkan rambut Lidya yang menutupi wajahnya kebelakang telinga karna tertiup angin.

Lidya mengangguk, "Diajak. Akunya gak mau. Minggu depan ada quis, itu perginya sebulan." jawabnya.

Gantian Zandy mengangguk. Lidya kembali membuka halaman novel yang tadi dibacanya. Zandy masih diposisinya. "Li" panggilnya.

Lidya hanya bergumam. "Li.." panggilnya lagi.

Lagi Lidya bergumam, masih terus membaca sambil menunggu Zandy mengutarakan apa yang ingin dia ucapkan.

"Lee~" panggilnya lagi namun kali ini bernada. Jengkel, Lidya menutup bukunya dan menoleh melihat malas pada Zandy.

Yang sedang dilihat oleh Lidya hanya tersenyum manis. Tatapan malas Lidya berubah menjadi tanya.

Zandy membuka mulutnya, dan terlihat berpikir, lalu mengatupkannya. Lidya masih tetap menatapnya dengan tanya, disertai dengan kerutan dahi yang mulai terlihat.

Zandy masih belum mau berucap. Lidya menghela nafas dan kembali melihat novelnya. "I Love you," bisik Zandy dan mengecup singkat kepala Lidya, "Jangan kelamaan disini, udah mulai panas. Aku masuk kelas dulu ya. Selesai kelas aku temuin kamu" lanjutnya sambil mengacak pelan puncak kepala didepannya lalu bangkit meninggalkan Lidya yang melongo ditempat.

Lidya tersenyum melihat Zandy yang masih terus berjalan namun menyempatkan diri berbalik badan dan berjalan mundur hanya untuk memberinya senyuman lalu kembali membelakanginya.

Gadis itu menggeleng dengan senyuman, betapa senangnya dia diperlakukan dengan manis seperti itu oleh Zandy, laki laki yang sudah menghuni hati sejak dia masih bersekolah dulu.

*******

Beberapa kali mengetuk pintu didepannya, akhirnya pintu itu terbuka. "Loh? Belum jalan?" tanya Zandy pada orang yang membukakan pintu.

"Nanti malem. Masuk Bang" Putra adik dari Lidya yang membukakan pintu. Dia berencana pergi mulai hari ini sampai seminggu kedepan, karna memang acara yang sudah lama mereka buat.

Zandy melewati Putra dan menuju sofa. "Malem? Gak bawa perempuan kan?" ucapnya saat sudah duduk.

Putra menutup pintu dan menjawab, "Engga. Tapi nanti nyewa," katanya dan berjalan menuju sofa.

Zandy langsung menengadah menatap tajam Putra. Yang ditatap menyengir, "Bercanda Bang, bercanda." ucapnya mengangkat kedua tangan, melihat Zandy yang sudah siap melempar bantal dari sofa.

Sweet Moment (Oneshoot) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang