Level 29

967 134 99
                                    

Dengan tidak berperasaan Jennie mengambil ponsel hitam Raja dari si pemilik. Gadis itu gemas sekali ingin memegangnya. Barangkali ada sesuatu yang menarik.

"Kamu mau apa?" Gezos bertanya sedikit terkejut saat Jennie mengambil ponselNya begitu saja.

"Aku mau lihat?... eh? Maaf Yang Mulia, ya ampun aku gak sopan.... ini" Nona Mantan Tawanan tersebut menutup mulut ikut terkejut dengan kelakuannya sendiri. Dia tidak menyadari bahwa perilakunya sangat tidak sopan . Bila Amúsia melihat tidak tahu apa yang akan terjadi.

Raja menggeleng tidak masalah, ketika Jennie dengan ekspresi ketakutannya mengembalikan ponsel kepada beliau. Pria itu menggeleng-geleng aneh, mengapa Jennie jadi seringkali meminta maaf? Ada apa dengan dia ? Beberapa waktu lalu gadis itu sempat menyenggol perut Nya sedikit, hebohnya minta ampun. Jennie bahkan hampir menangis karena ketakutan.

Menolak, Raja kembali menyodorkan ponsel beliau kepada Jennie.

"Tidak apa-apa"

Jennie tertegun tidak nyaman, dia menarik nafas panjang kemudian mengangguk pasrah, dia malah takut Gezos tidak merasa enak di dekatnya. Namun melihat beliau yang mengambil sendok kemudian menyuap Ikan Salmon ke mulutNya sendiri cukup membuat gadis itu lega.

"Kamu jangan ketakutan, saya tidak suka" Raja berujar pelan, melirik Jennie yang sudah mengotak-atik ponsel beliau.

Gadis itu mendongak sejenak, dia menggigit bibir bawahnya dan menghela nafas lega "Aku cuma takut membuat kesalahan besar dengan Yang Mulia.... jangan sampai kejadian bertengkar itu terulang lagi" pungkir dia menangkup pipi.

Raja tidak menjawab, beliau beralih menatap Nona Mantan Tawanan sepenuhnya. Tahu bahwa memang Jennie sedikit berbeda setelah mereka bertengkar, gadis itu lebih banyak berhati-hati dan menjaga perlakuannya. Namun, hal itu yang tidak disukai Gezos sama sekali.

"Berlaku seadanya, mau kamu berbuat salah sebagaimana pun, memangnya saya bisa membunuh kamu?"

Jennie mendesah gusar. Dia mengaduk-aduk kuah sup di mangkuk dan mengedikkan bahu cukup singkat.

"Siapa tahu?"

Gezos mendengus kasar, beliau bahkan tidak yakin sama sekali hal itu akan terjadi. Pria itu menggulung lengan kemejaNya sedikit lebih rapi kemudian menaruh sayuran lebih banyak di mangkuk Jennie.

Beberapa pikiran terus menghantui beliau. Saat Raja mampir ke supermarket untuk membeli 'keperluan wanita' diriNya jadi berpikir apa jangan-jangan mereka bertengkar akibat hormon Jennie yang sedang tidak stabil menjelang menstruasi? Benarkah karena itu? Kalau benar berarti konyol sekali.

Namun perkara kematian memang jauh dari kata mudah untuk direlakan begitu saja. Raja juga yakin kendati Jennie tidak menstruasi pertengkaran tempo waktu akan tetap terjadi. Rasanya bagai mimpi saat gadis itu mengetuk pintu kamarNya kemudian memeluk beliau erat, setidaknya Raja berpikir bahwa Jennie membutuhkan lebih banyak waktu upaya menenangkan diri. Gezos sendiri tidak mau mengganggu.

"Iya, boleh jadi" Raja menyahut, Jennie membeku. Benar, kan? Beliau baru saja mengatakan bahwa pria itu bisa saja akan membunuhnya sewaktu-waktu

"Boleh jadi mutlak mustahil" lanjut Gezos, menangkup wajahNya. Beliau tersenyum miring.

Jennie mendelik kasar "Aku takut, lho, Yang Mulia.... bisa-bisanya bercanda"

"Saya serius, mustahil saya membunuh kamu" sahut beliau "Ayo makan"

Mengangguk, Jennie menyendok sup nya. Mata dia menelusuri sesuatu di layar ponsel Raja. Tidak ada sesuatu yang menarik. Kebanyakan isinya adalah pekerjaan-pekerjaan penting di kantor, kemudian kontak-kontak Chadwyks juga anggota divisi hingga investor. Seperti bos besar sibuk pada umumnya.

Hey, He's Not Your GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang