Level 28

801 139 70
                                    

Tanah yang dipakai Para Chadwyk untuk membangun Akademi luar biasa luas. Mungkin kisaran seratus hektar lebih, belum lagi ternyata seluruh tingkatan hampir di gabung. Mulai dari Sekolah Dasar untuk para anak-anak yang dilatih keras dunia kemiliteran, Sekolah Menengah Pertama untuk tingkatan selanjutnya, dasar-dasar dari ilmu petarung mulai sekarang wajib dipelajari di tingkatan tersebut, lalu untuk Menengah Ke atas pelatihan nyata kepada keluarga bangsawan, mereka akan dididik langsung oleh Chadwyk dari dalam negara.

Sedangkan dari yang Jennie lihat, Ilmu Perguruan tinggi akan diajar khusus pada seluruh bidang- seperti perguruan tinggi pada umumnya, namun mereka akan bersanding dengan mahasiswa lain dari negara yang berbeda. Guru didik juga berasal dari luar negara.

Jennie menggeleng-geleng takjub. Dia melihat keindahan futuristik dari pembangunan Akademi ini, seandainya dia masuk apakah Jennie akan menjadi gadis yang kuat mental juga fisik? Dia mengangkat bahu sendiri atas pemikirannya. Tidak ada niatan memperdalami ilmu bertarung, toh dia sudah belajar dari Petarung Planet lain. Juga dengan teman-teman nya.

Sudah ke sekian kali Jennie menghela nafas panjang Lihatlah, dia tertinggal jauh dengan Raja. Pria itu berjalan diiring empat Chadwyks serta Menteri pendidikan langsung. Bukankah itu terlalu mencolok bila beliau ingin menyembunyikan identitasNya?

Lalu tidak hanya itu, banyak siswi-siswi yang memperhatikan Raja. Mereka saling berbisik-bisik lalu mencoba untuk lebih dekat melihatNya. Gadis itu jadi terlihat tamu yang terpisah dan tidak di hargai. Berjalan sendiri dan terkagum-kagum pada sekolah milik orang.

Nona Mantan Tawanan merutuki Raja " awas aja, dasar sok ganteng"

Tidak menghiraukan kekesalan dirinya sendiri, Jennie memilih berbelok, menuju taman Akademi yang terlihat menyejukkan. Banyak saung kayu dan semak labirin untuk tempat berfoto. Mayoritas nya adalah mahasiswa atau mahasiswi yang sedang sibuk mengerjakan tugas akhir. Tetapi Jennie juga sempat melihat diantara nya terpaku dengan Raja. Gadis itu jadi tambah malas dan ingin menjauh, kalau tahu begini mending ia datang ke museum musik untuk menghibur diri tanpa ditemani siapa-siapa.

Jennie menghirup oksigen banyak-banyak ketika angin menerpa wajahnya, dia menjatuhkan bokong di salah satu saung kayu yang tidak berpenghuni. Melihat jelas pemandangan kesibukan aktifitas murid-murid akademi yang berlalu lalang, gedung-gedung tinggi modern yang disinari matahari tak lampau terik.

Dia merengut ketika ingatan-ingatan mulai berlalu dari kepala , rasanya aneh, seluruh ingatan tentang keluarga nya yang sempat tega dengan dia serta perjalanan-perjalanan Konstelasi baru saja dilakukan kemarin sore, tahu-tahu dia sudah menikah dengan Raja. Kendati benak dia tidak mengatakan bahwa itu pernikahan.

Sungguh tidak percaya bahwa Gezos mencintai dirinya juga. Tidak tahu sejak kapan, yang bisa gadis itu lihat hanya kilas mata Raja ketika melihat dia. Kilas mata seperti seseorang yang memuja sesuatu, Jennie bahkan bergidik mengingat itu . Antara senang antara bingung. Bagaimana bisa Raja Dewa memiliki perasaan cinta?

"Permisi, boleh saya duduk di sini?"

Jennie spontan menoleh ketika bariton suara berat milik seseorang memecah lamunannya. Dia mengangguk sambil tersenyum saat seorang laki-laki bertopi putih dengan jaket denim itu membawa laptop seperti orang sibuk. Dilihat dari seragamnya yang bebas sudah pasti ia mahasiswa.

Nona Mantan Tawanan sedikit bergeser memberikan ruang agar orang tersebut bisa masuk ke dalam saung dengan nyaman.

"Terimakasih" ujar dia. Jennie mengangguk kembali.

Gadis itu sedikit menoleh ke belakang, memperhatikan laki-laki tersebut yang langsung mengetik-ngetik di laptopnya sembari terus bolak-balik melihat berkas-berkas di tangan.

Hey, He's Not Your GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang