Level 26

780 126 110
                                    

Jennie menghela nafas lega begitu dirinya memasuki lingkungan rumah Raja. Entahlah, dia sendiri baru saja mengetahui bahwa beliau memiliki rumah di Bumi, belum lagi semewah ini , Istana presiden tidak ada apa-apanya.

Gadis itu berdecak kagum, ayolah bahkan rumah kediaman Kim tidak seluas dan sebesar ini. Jalan setapak yang lumayan jauh dari jalan raya terbuka, berjejer pohon-pohon rindang yang menyejukan dan menghalang matahari terik untuk menerpa wajah langsung . Daun-daun yang jatuh dan menghias pinggiran jalan membuat lingkungan ini terasa sangat asri dan jarang orang yang melewatinya. Tentu saja, paling tidak hanya para pelayan atau tukang yang membersihkan rumahnya.

Raja kan tinggal di Istana sungguhan, rumah ini pasti beliau tinggali hanya beberapa malam selama diriNya berada di Bumi.

Jennie melongo, begitu gerbang besar terbuka lebar. Halaman super luas menyambut mereka, air mancur di tengah pekarangan rumah mewah itu . Semak yang dipotong kotak rapi berjejer berbaris seolah menghadap para pendatang. Rumah bergaya minimalis dengan dominan berwarna hitam, lapangan hijau bersih di samping nya serta kolam-kolam kecil menampung para makhluk-makhluk berinsang.

Nona Mantan Tawanan menggeleng-geleng tidak habis pikir. Gadis itu tidak tahu, apakah rumah sekarang berkat para Chadwyks yang sangat memperlakukan Gezos amat berhati-hati atau ini karena profesi beliau yang berstatus 'Presdir' dengan gaji melejit hebat tersebut?

Mobil sport abu-abu milik Raja sudah terparkir rapi di bawah tanah sana setelah beliau mengajak Jennie yang sedang terkagum-kagum itu keluar. Gadis tersebut masih celingak-celinguk melihat taman indah dan langit bebas di atas sana, tangannya tidak lepas merangkul lengan Raja.

"Yang Mulia keren bisa tinggal di tempat seperti ini, apa Chadwyks membantu semuanya?" tanya dia sedikit mendongak.

Ya ampun, untuk apa dia bertanya hal itu . Tidak penting dari mana dan bagaimana, beliau adalah Raja Dewa, ciba sebutkan hal-hal aneh dan paling mustahil di dunia ini lalu sandingkan pada potensiNya. Bukankah itu memang mustahil ? tetapi beliau bisa membuktikan itu

"saya sendiri yang menemukan rumah ini, pemiliknya seorang mafia dari Itali, saya lupa namanya" sahut Gezos menyentuh sedikit kolam dari air mancur. Jennie juga ikut menyentuhnya, air yang jernih dengan keramik berwarna hijau tenang membuat kolamnya terlihat sangat indah.

Nona Tawanan melotot "Yang Mulia bertemu seorang mafia? Wah? Apa orangnya ganteng? Berkuasa pasti..." tebak dia kembali menejelajahi pekarangan rumah Raja dengan lirikan mata.

Gezos menghela nafas "Saya merebut rumah dia, soal tampan atau tidak saya tidak tahu kriteria tampan di mata kamu" jelas Raja. Jelas sewaktu beliau membaca pikiran dan isi hati Nona Mantan Tawanan, diriNya tidak melihat hal-hal semacam itu. Kriteria tampan, tipikal pria atau apalah, Raja melewatinya begitu saja tanpa berniat untuk mengorek-ngorek informasi, toh posisi saat itu mereka sudah memiliki satu sama lain, untuk apa lagi Jennie mencari laki-laki yang tingkatannya jauh lebih rendah.

Jennie tercengir "Kriteria tampan? Aku hampir menghapus kriteria tampan gara-gara sudah bertemu Baginda lho" jelas dia, tiba-tiba raut wajahnya sedih "Pokoknya salah Yang Mulia kenapa bisa melampaui kriteria tampan aku" ujar dia mencubit perut Raja gemas. Pria itu mengerang kaget.

Jennie menutup mulutnya ikut kaget, ternyata Raja Dewa bisa mengerang, suara beratNya indah didengar.

"Ya memangnya kriteria tampan kamu itu seperti apa?"

"Seperti Aberon"

Raja mencelupkan tangannya di air kolam kemudian menyemburkan nya kasar ke sembarang arah membuat beberapa pelayan bahkan Jennie sendiri terpekik. Nama yang selalu sama ketika Nona Mantan Tawanan memuja-muja seorang pria tampan. Tentu beliau tahu bahwa gadis itu tidak akan berselingkuh atau pindah hati. Tetapi si Panglima telah melakukan hal tidak menyenangkan, apalagi ketika dia tersenyum atau mengacak rambut Jennie.

Hey, He's Not Your GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang