Level 22

830 145 82
                                    

Jennie memicingkan mata saat melihat Jisoo di kamarnya sedang menggedong hewan kecil, tidak mirip dengan Ruby. Bentuknya mirip dengan Panda, tetapi bulunya berwarna merah muda, dengan bola mata senada. Entah darimana temannya itu dapatkan tapi hewan tersebut boleh jadi akan bermain dengan Ruby.

"Hewan darimana itu?" Nona Tawanan bertanya, beranjak duduk di sofa.

Jisoo tidak menjawab , bukan tidak dengar, tetapi pura-pura tidak dengar. Tidak tahu kenapa dia begitu.

Jennie tambah curiga, dia mendekat kali ini kemudian menerka-nerka sebuah jawaban yang tidak dia pikirkan sebelumnya "Ini Zalatyn? berubah jadi begini?""

Jisoo mendelik, dia tidak menjawab namun kali ini tampak ragu untuk berbicara yang sesungguhnya membuat Nona Tawanan ingin memukul mulut dia agar segera mengeluarkan satu patah kata saja. Toh dia berbicara tidak menggunakan dollar.

"Ini dari temanmu" jawab Jisoo lebih mirip dengan cicitan burung.

Jennie menautkan alis, berusaha mencerna apa yang di dengar. Jelas sekali bahwa ucapan Jisoo kurang dari lima detik.

"Apa?"

"Ini dari temanmu, bodoh" Jisoo telah kehabisan kesabarannya, padahal itu salah dia sendiri.

Nona Tawanan melotot "Eh? Ya ampun, Robin gerak cepat sekali...." dia meringis.

Lihatlah betapa lamanya dia dengan Raja. Butuh tiga tahun setengah untuk menaklukan hati beliau, yang entah takluknya kapan. Tahu-tahu empat hari yang lalu pria itu menciumnya di ruang penghormatan. Namun Nona Tawanan rasa hal itu sebanding dengan perasaannya selama ini. Gezos bukan tipikal yang langsung mengatakan "Saya cinta kamu" tetapi perilaku dan perkataan dalam mengutarakan isi hatinya lebih dari cukup.

Dan itu yang tambah membuat Jennie ingin mencubit gemas Yang Mulia-nya. Dulu sewaktu masa Sekolah Menengah Atas, paling-paling dia di tembak oleh mantan pacarnya menggunakan boneka dan tiket menonton bioskop, sudah tak terbayang rasa senangnya. Namun saat ini dia lebih merasa spesial, perlakuan Raja berbeda, membuat dirinya senang bukan main lebih dari sebelum-sebelumnya.

"Jadi? Kalian pacaran dong?" tanya Jennie menggoda temannya itu.

Jisoo mendongak "Memang dia sudah mengatakan, tapi aku diberi waktu tiga hari, padahal saat itu aku sudah bisa menjawabnya" jelas dia cengengsan.

Nona Tawanan memasang wajah kasihan "Terus? Jawabanmu apa?"

"Ya aku mau, keren lho dipacarin sama penyihir, mirip Robin Hood, Bad boy" tiba-tiba Jisoo sudah membanggakan dirinya sendiri dan mendeskripsikan calon pacarnya "Lebih dari most wanted di cerita-cerita, iya, kan?" tanya dia lagi.

Jennie tampak berpikir, itu benar juga. Tetapi, kalau gadis ini hanya mengenal Kogand tanpa mengenal Raja mungkin dia sudah menganggap Kogand sangat-sangat keren dan tidak terkalahkan. Tetapi, dia sudah di klaim kepemilikan oleh Raja Dewa, jadi jangan menggeleng-geleng aneh bila Nona Tawanan senyum-senyum sendiri .

Jisoo masih tercengar-cengir di tempatnya "Nah, kamu sendiri bagaimana?" tanya dia kali ini "Sudah ada kemajuan belum? Kalau belum, sudahlah mendingan balik lagi ke Daschordia lalu pacari Aberon, astaga dia tampan lho, ya walaupun belum setampan Gezos Maha Agung, sih , tapi aku jamin Aberon pasti lebih peka, tapi ya ampun aku gak bermaksud mengatai anda tidak peka, maafkan hamba Gezos" Dia menyerocos panjang, terlalu sayang dengan sahabatnya yang kelihatan cinta bertepuk sebelah tangan.

Nona Tawanan memutar bola mata malas, peka tidak peka kenapa harus takut mengejek? Sebetulnya dia tahu bahwa Gezos juga bukannya tidak peka, hanya saja beliau mungkin masih ragu atas perasaan Jennie sendiri atau beliau memikirkan perkara ketetapan mutlak dan konsekuensi juga semacamnya.

Hey, He's Not Your GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang