03. sifat realistis

547 113 44
                                    

Kejadian sesaat sebelum pintu kamar mandi tidak sengaja di buka. Jongho berjalan menuju dapur untuk sarapan, setidaknya walaupun selalu bangun siang ia tidak pernah melewatkan sarapan. Seperti bangun pagi, sarapan dan tidur kembali. Hal yang biasa ia lakukan jika tidak punya janji atau jadwal kuliah.

Dan sepertinya Kang Yeosang belum bangun, semalam juga Jongho mendengar suara sibuk di ruangan kerjanya, tertutup rapat dan lumayan terang di dalam sana jika di lihat dari celah luar pintu. Jongho tahu pekerjaannya adalah membuat berita tapi kenapa harus ada sesuatu yang ia rahasiakan tentang ruangannya. Jongho memasak beberapa butir telur dan sup, roti panggang dengan olesan mentega juga selai strawberi. Jongho membuat semuanya dua porsi.

Pemilik rumah keluar dari ruangan pribadinya, wajah lelah dan lingkaran bawah mata yang sangat jelas terlihat itu membuatnya sedikit khawatir. Sesibuk apa pekerjaannya dan apakah harus memaksakan seperti itu setiap harinya. "Aku buatkan sarapan." Kata Jongho.

Yeosang yang melihat atas meja makan penuh melengkungkan bibirnya, ia meminum air tawar hangat di kursi. "Terimakasih, pemandangan yang jarang terlihat di sini. Tapi aku tidak ada waktu untuk makan dulu."

"Sejak aku di sini, aku belum pernah melihatmu memakan sesuatu setiap pagi, kenapa?"

Yeosang menatapnya, wajah anak yang berdiri di depannya ini begitu serius. "Kenapa jarang sarapan maksudmu? Ah, itu karena aku tidak ada waktu."

Jongho menahannya untuk pergi, "Setidaknya cobalah sesuap."

Terdiam, lalu Yeosang menyerah. "Baiklah," Yeosang duduk di salah satu kursi. "Aku selalu bertanya-tanya siapa yang berbelanja dan memenuhi lemari. Ternyata kau."

Jongho duduk bergabung, "Lebih bisa di bilang aku tidak bisa tidak sarapan dan melewatkan waktu makan, kekosongan rumah ini aku isi dengan bahan makanan."

Pernyataannya membuat Yeosang sedikit tertawa, "Benar, kau masih butuh asupan untuk masa pertumbuhan, terimakasih.. kalau butuh lebih dana untuk belanja bisa bilang padaku."

"Aku melakukannya karena suka, dan aku ada uang. Jadi tidak perlu."

Yeosang menatapnya lagi. "Baiklah," sebenarnya dia ini umur berapa, cara berpikirnya boleh juga. Dan yang terpenting terimakasih karena tidak meminta uang tambahan untuk bahan makanan.

Untuk beberapa menit kemudian, siapa sangka jika mencicipi ternyata dapat menghabiskan. Yeosang sangat menikmati sarapan yang Jongho buat. Dan Jongho bersyukur sarapannya di makan habis. "Terimakasih."

"Akan aku buat lagi besok."

Yeosang diam sebentar, "Lakukanlah sesukamu."

Sepuluh siang, Jongho terbangun dari kembali tidurnya saat selesai sarapan tadi. Rumah sepi seperti biasa, yang punya rumah pasti sudah pergi kerja sekarang. Jongho berpakaian seadanya, keluar dari kamar untuk pergi ke kamar mandi. Dan untuk informasi tambahan. Di rumah ini hanya ada satu kamar mandi, walaupun begitu di dalamnya lumayan luas.

"Ehm? Salah dengarkah?" Jongho berbalik selagi minum air di dapur. "Apa telingaku mulai hilang dengar?" Menggelengkan kepalanya sendiri, selesai minum dan bercermin sebentar, Jongho pergi masuk ke kamar mandi.

"Oh? Jongho, maaf.. sebentar lagi aku selesai." Kata Yeosang di balik tirai kamar mandi.

Jongho yang terdiam membeku dengan kesadaran sehat keluar perlahan. "Apa yang baru saja aku lihat tadi? Dia tidak kerja hari ini!?"

Jongho menunggunya selesai di ruang tengah, dengan sedikit keringat dingin yang keluar dari tubuhnya sendiri. Siang ini sangat panas, mungkin saja sorenya akan hujan. Jongho mencoba lebih berpikir hal-hal acak lain untuk melupakan apa yang ia lakukan sebelumnya. Hingga kemudian pintu kamar mandi terbuka, membuat Jongho langsung berdiri.

my yeosang; JongsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang