"M-maaf?"
"Aku tanya, apa kau menyukaiku? Orang lain mungkin akan salah paham jika kau bicara seperti itu, apakah selalu seperti ini caramu bicara? Atau mengatakan hal-hal manis padaku saja?" Yeosang menatap biasa saja mata orang yang duduk tak jauh dari dirinya. Kenyataannya adalah Jongho belum lebih dari satu bulan tinggal di sini, setiap perlakuannya pada Yeosang membuat Yeosang sedikit melihat ke arah lain. Dan dugaannya benar. "Apa kau menyukaiku, Jongho? Kenapa diam saja?"
Jongho beranjak dari duduknya, menghadap Yeosang sekarang lalu ia berlutut di depannya terduduk. "Benar, Aku menyukaimu."
"Sejak kapan?"
"Aku tidak tahu, aku merasa pernah melihatmu di suatu tempat. Dan aku selalu memimpikan orang yang mirip denganmu." Jongho menyentuh kedua tangan Yeosang dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh harap dan raut wajahnya sedikit terlihat seperti menyesal. "Maaf, aku tahu ini salah. Aku selalu menahan sekuat tenagaku tapi aku tidak bisa berhenti berdebar setiap kali bersamamu."
"Jangan menatapku seperti itu.."
Jongho langsung menunduk mengerutkan kedua alisnya, sial.. kenapa harus sekarang waktunya sangat tidak tepat. Tidak ada kata apapun yang keluar di antara keduanya untuk seperkian detik, "Aku minta maaf." Kata Jongho lagi, Yeosang melepaskan sentuhan dari kedua tangannya.
"Duduklah kembali ke kursi." Titah Yeosang, dan Jongho menurutinya. Jongho tidak ada pilihan lain selain menyatakannya dengan jujur, sekilas seperti situasi tertangkap basah mencuri(?) Dan sekarang ia tidak bisa melakukan apa-apa. Yeosang berdiri, "Aku akan kembali melanjutkan pekerjaanku," ia pergi masuk ke ruangan kerja miliknya tanpa menjeda langkah ataupun menoleh.
Dengan masih di posisi yang sama Jongho meremat rambut kepalanya dan mengusap wajahnya keras-keras. Mengutuk dirinya sendiri, "Apa yang telah kau lakukan.. bodoh.."
Ini kesalahannya yang akan membuat ia sendiri jauh dari orang yang ia sukai. Tentu saja, ia tidak bisa mengubah kembali waktu.
•••
Empat hari kemudian, walaupun ini suatu hal yang biasa terjadi tapi Yeosang kini lebih sering tidak di rumah. Jongho tidak mengerti, bagian mana kesalahan yang ia perbuat. Apakah Yeosang terkejut tentang pengakuannya waktu itu atau kenyataannya Yeosang memang tidak suka jika seorang pria mengatakan pengakuan secara mendadak. Persetan dengan itu, dan memangnya kenapa kalau pria dengan pria?
"Kau belum tidur?" Suaranya terdengar dari arah pintu, "bergadang tidak baik bagi seorang mahasiswa." Katanya, membuka sepatu dan masuk berjalan menuju dapur untuk meminum air. Sepuluh malam sekarang, "Aku tidak marah soal waktu itu, kau bisa bicara dan menguarkan suara padaku. Ah, ya.. tidak perlu repot buatkan aku sarapan lagi, aku akan tiga kali lipat sibuk mulai besok."
Jongho bergegas mendekat sebelum Yeosang masuk kedalam ruangannya, "Jika benar tidak marah padaku, apa kau membenciku?"
"Itu juga tidak."
"Aku merasa kau menjauhiku sejak kejadian waktu itu."
"Tidak."
"Lalu kenapa bicara dengan membelakangiku sekarang? Bisakah aku melihat wajahmu sebentar, atau biarkan aku menatapmu semenit saja."
Yeosang berbalik, berdiri satu meter dari jarak Jongho, "Kau puas?"
"Wajahmu terlihat sangat kesal sekarang, padahal aku sudah mengatakannya jangan tunjukan wajah kesal pa-"
"Apa hakmu memerintahkanku untuk tidak menunjukan wajah seperti ini di depanmu? Wajahku memang seperti ini sejak dulu, dan aku juga membenci wajahku yang terlahir dengan raut seperti ini. Apa itu belum membuatmu puas?"
Jongho melangkah lebih dekat namun Yeosang mundur menjauh, "Apa sesuatu terjadi padamu?"
"Mengerti apa kau tentangku? Berbuatlah seperti sekedar penyewa rumah, bertingkahlah selayaknya seorang mahasiswa. Jangan melewati batasmu, aku tidak pernah akan menyukai seseorang yang lebih muda ataupun seorang pria." Yeosang kembali berbalik, membuka pintu dan masuk kedalam. Jongho masih berdiri di luar pintu, Yeosang tahu itu.
Jongho menarik dan membuang nafasnya frustasi. Ia melangkah pergi memakai jaket dan sepatunya keluar rumah. Kini ia ada di sebuah tempat minum yang biasa ia datangi. Tidak ada temannya di sini, kenapa mereka pergi? Padahal hampir setiap hari mereka selalu datang ke sini. "Perlu pesanan?"
"Tolong sajikan sesuatu yang enak di minum saat patah hati."
Satu jam setelahnya, Jongho mabuk di tempatnya duduk. Lalu seseorang duduk di depannya. "Oii, Choi Jongho, kau tidak datang saat rapat mahasiswa dan bisa-bisanya malah mabuk di sini."
"Siapa kau."
"Yedam, wajahmu terlihat buruk seperti sampah masyarakat."
"Ah, ternyata kau.."
Yedam mengangkat tubuhnya untuk berdiri, ini serius sangat berat. Membawa dia pulang.
"Mr! Mr. Kang, kau di dalam!?" Yedam menggedor pintu rumah. "Permisi!! Mr. Ka-"
Yeosang membuka pintu, "Yedam?"
"Selamat malam, bukan. Maksudku pagi, maaf mengganggumu, aku membawa orang ini pulang."
Yeosang melihat Jongho setengah sadar di rangkulan Yedam, "Dia sedikit agak gila.."
"Terimakasih sudah mengantarkannya pulang."
"Bukan masalah, sampai jumpa."
Menutup pintu, jam satu pagi sekarang. Jongho berdiri mematung di depan sana saat Yeosang mengunci pintu. "Astaga.." Yeosang terkejut karena Jongho memeluknya dari belakang.
"Tubuhmu harum.." Jongho menyesap leher belakang Yeosang secara tiba-tiba. "Aku berharap Anda berhenti memberiku tatapan kebencian.. Mr. Kang..."
Yeosang berusaha berbalik namun setelah berhasil berbalik Jongho tetap memblokir jalan, mereka masih ada di depan pintu. "Wah... Kenapa Anda semakin hari semakin terlihat manis?" Jongho mengusap sebelah mata Yeosang pelan-pelan, "Berhentilah menatapku begitu.. apa Anda tahu.. hatiku sangat sakit?"
"Ada apa dengan bahasamu sekarang?" Yeosang menahan tubuhnya dengan kedua tangan agar tidak terlalu berdekatan. "Hentikan, Jongho.. kau benar-benar mabuk.."
"J-jo...!?" Jongho melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Yeosang, mengusap tengkuk wajah Yeosang dengan tangan satunya lagi. Sebuah kecupan bibir yang begitu singkat dilakukannya.
Yeosang melamun untuk beberapa detik, apa itu tadi?
"Bolehkah.. aku menciummu.." Jongho menatap Yeosang, tatapannya yang begitu lurus padanya membuat ia tidak sanggup menatap balik. Jongho terlihat seperti orang yang sangat sengsara, "Bolehkah? Mr..."
"K- kau melakukannya barusan.."
Jongho menyentuh dan mengelus sudut bibir orang yang sangat ia inginkan itu dengan penuh kelembutan, lebih merekatkan tubuhnya pada tubuh Yeosang, "Boleh aku cium lagi?"
•••
To be
Continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
my yeosang; Jongsang
Fiksi Penggemar[REVISI] Kang Yeosang yang logis dan Choi Jongho yang optimis. "Aku kesal karena tidak bisa marah pada takdir." "Kalau begitu marah saja padaku." "Kenapa harus?" "Karena aku takdirmu." ••• Saat Fajar. ©Iceteez On going