25. penghambat angin

283 47 27
                                    

"Choi Jongho, benar?"

Yeosang melihat keduanya bergantian, "Kau tahu Jongho?" Tanyanya pada Hendery.

"Ya, tentu saja. Dia sulit untuk diajak bertemu, kebetulan sekali.. Bisa kita bicara sebentar Choi Jongho?"

Jongho diam untuk sesaat kemudian beranjak pada barang bawaan miliknya yang telah ia siapkan subuh tadi, "Maaf, aku harus pergi sekarang." Jongho tidak menyangka jika teman reporter yang Yeosang bilang akan datang itu adalah reporter yang ini.

"Ah, tapi.. aku hanya akan bertanya-"

Tunggu, jika reporter Hendery ada di sini, jadi.. kalau begitu Yeosang sudah tahu apa masalah yang terjadi? Tapi kenapa dia tidak bilang apa-apa padanya? Mungkinkah mereka berdua bertemu hari ini untuk membahas tentang kasus yang terjadi pada mahasiswi kampusnya?

Yeosang mendekati Jongho yang sedang memakai sepatu, "Bukankah kau bilang akan pergi nanti agak siang?"

"Pergi lebih awal lebih baik, mungkin aku akan pulang lusa nanti. Jadi.. ya.. dan aku juga sudah membeli persediaan untuk kau makan nanti.. jangan telat makan Mr. Kang."

Kenapa Yeosang tidak bicara apapun tentang ini. Apa dia akan memberitakan kasusnya? Bicaralah sekarang Mr. Kang, agar Jongho bisa mencegah sesuatu yang mungkin saja membahayakanmu.

Jongho menahan dirinya di pintu, entahlah tapi.. Jongho merasa sedikit kecewa.

"Ah.. em, baiklah."

Jongho menatapnya, Yeosang terlihat tidak ada niatan untuk bicara apapun lagi. "Ya, kalau begitu.. aku pergi."

"Jaga dirimu."

Jongho sudah pergi dan sekarang hanya Yeosang dan Hendery, "Jika saja sejak awal aku tahu kalau ternyata Choi Jongho tinggal bersamamu." Kata Hendery.

Yeosang juga sadar kalau Jongho menghidari Hendery tadi. "Apa kau mencoba menemuinya? Untuk apa?"

Hendery meminum suguhan teh yang dibuat Yeosang, "Ah.. dia ketua organisasi, dia yang memegang kendali, aku harus tahu bagaimana situasi dari dalam kampus." Menjeda perkataannya sebentar dan melanjutkan, "Kau tahu, sudah sekitar satu minggu kampus tidak berjalan, tidak ada kelas satupun, mahasiswa banyak yang mogok belajar karena rumor pelecehan sudah menyebar luas."

Yeosang mengerutkan alisnya, "Maksudmu selama itu semua mahasiswa hanya pergi tapi tidak belajar? Bagaimana dengan para dosen? Atau rektornya?"

Hendery membuang napasnya, Yeosang ternyata belum tahu apa-apa. "Semuanya, semuanya tidak datang, hanya diisi oleh para mahasiswa. Aku berusaha mewawancarai mahasiswa lain tapi semua sia-sia. Dan anak itu juga sangat sulit untuk diajak bicara." Ujarnya mengarah pada Jongho karena dia selalu saja diam dan menghindar.

"Apa yang kau lakukan hanya membuat mereka tidak nyaman, mereka tidak akan bicara karena mereka tidak ingin ada yang terluka." Yeosang jadi khawatir sekarang, apakah Jongho akan membencinya setelah menyadari kalau Yeosang menyembunyikan fakta bahwa ia telah mengetahui kasus kampus Kiaran. Tidak kan? Jongho tidak mungkin sampai membencinya.

Hendery memberi sebuah data dari sebagian kecil hasil yang ia dapat ke hadapan Yeosang, "Kau tahu.. ini mungkin akan sulit, tidak, ditambah dua bulan lagi pemilihan presiden yang baru."

"Aku tahu."

Hendery mengenggam kedua pergelangan tangan Yeosang, menatapnya dengan serius. "Tidak ada yang mau melangkah untuk masalah ini, tidak ada satupun yang benar. Aku akan membantumu semua.. apa saja, karena aku membenci ini terjadi, kau lihat polisi? Katanya banyak yang melapor tentang ini tapi kemana para bajingan dengan pistol itu? Mereka bahkan tidak berniat melakukan penyelidikan sedikitpun."

Yeosang hanya diam saja dengan tatapan balasan yang tenang untuknya. "Apa kau takut, Hendery."

"Aku ingin membuat semua orang tahu tentang kebenaran kasus ini.. tapi seperti yang pernah aku bilang padamu aku akan menikah.."

"Lalu menikahlah.."

Hendery menunduk, berpikir keras hingga kepalanya seakan sebentar lagi terbelah. "Aku takut kau terluka.. apa kau yakin akan melakukannya? mereka mungkin tidak seperti apa yang kita duga."

Yeosang tertawa kecil, "Aku akan baik-baik saja, aku mungkin pernah hampir kehilangan sebelah kakiku tapi aku punya dua kaki, aku bisa menggunakan yang satunya lagi jika satunya hilang."

"Aku sedang tidak bercanda Kang Yeosang."

"Aku juga. Aku akan menghadiri pernikahanmu dengan keadaan utuh. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, aku janji." Yeosang menepuk pergelangannya yang digenggam Hendery lalu tersenyum, "Jangan terlalu terlibat, aku akan mengabarimu jika aku butuh bantuan."

Dua hari berikutnya, Yeosang dibawa pergi oleh Sangyeon dengan mobil miliknya menuju suatu tempat. Yeosang juga meminta bantuan Sangyeon untuk beberapa kontak info yang bisa ia dapatkan darinya. Kemudian di sinilah Yeosang, keluar dari dalam mobil berdiri di depan sebuah rumah besar.

Yeosang menatap tajam Sangyeon, karena ulahnya yang membawanya ke sini. "Sangyeon, apa-apaan maksudmu sekarang ini."

"Maafkan aku, aku tidak bisa mencegah ini terjadi."

"Sial.." Yeosang mengeratkan jari jemarinya kuat, lalu ia dan Sangyeon masuk ke dalam rumah dan dengan segera ia disambut hangat oleh penghuninya.

Yeosang tahu, ia seharusnya lebih mempersiapkan ini akan terjadi. Tapi kenapa? Ada hubungan apa sebenarnya semua ini.

"Sebuah kehormatan bertemu denganmu, aku tidak menyangka bahwa dapat sesulit itu hanya untuk melihatmu secara langsung." Katanya mengajak Yeosang berjabat tangan.

Yeosang menerima jabatan tangan itu sembari tersenyum. "Sama-sama Gubernur Lee, luar biasa orang seperti saya yang bukan apa-apa bisa bertatap dengan undangan langsung dari Anda sendiri."

"Pertemuan ini dapat terjadi karena Sangyeon.. termakasih anakku."

"Ya, Ayah."

••






















To be
Continue.

🤗♥️

🤗♥️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
my yeosang; JongsangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang